19. Berat.

1.6K 85 8
                                    

Senin, hari yang tidak disukai banyak orang. Sama halnya juga dengan Sherren. Seperti biasa, Sherren harus bangun lebih awal di hari Senin ini karena upacara yang mengharuskan mereka datang lebih awal.   Kadang Sherren iri dengan Julio. Bagaimana tidak, Julio tidak harus tersiksa untuk bangun pagi sama seperti Sherren.

Hal yang jarang terlihat hari ini terjadi. Orang tua Sherren dan Julio berada di meja makan untuk sarapan bersama. Terlihat Anton sedang menyeruput kopinya dan Evina yang sedang menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anaknya.

"Wah tumben sarapan di rumah, Ma, Pa." Ucap Julio yang langsung menyolong roti di depannya.

"Eh eh itu punya Sherren. Punya kamu lagi mama buat," cegah Evina.

"Yah iya deh. Ini mamam ampe abis," ucap Julio sambil menyodorkan roti kepada Sherren.

"Mampus lo bang, makanya jangan rakus jadi orang."

"Udah udah makan cepet nanti Sherren terlambat ke sekolahnya," kali ini Anton yang bersuara.

*Drrtt*
William : keluar, gue di depan.

Sherren mengernyit melihat pesan singkat dari William tersebut. Yang benar saja, mana mungkin William sudah berada di depan rumahnya.

Sherren : boong bgt gw g prcya.

Saat ingin melanjutkan sarapan, bell rumah Sherren berbunyi. Mbok Lis lah yang membuka pintu.

"Permisi," ucap Mbok Lis ketika kembali ke ruang makan.

"Ada siapa mbok? Pagi-pagi gini udah bertamu?" Tanya Evina

"Katanya temennya non Sherren, bu."

Sherren mengerjap, "Hah? Siapa mbok? Cewek?"

"Cowok, non. Katanya mau ke sekolah bareng non Sherren,"

"Buset! Siapa? Willy yah.. cie.." goda Julio.

"Diem deh bang. Ma, Pa, aku berangkat dulu ya. Have a good day!"

"Eh eh itu rotinya belum habis, susunya juga belum diminum!" Terdengar teriakan Evina dari dalam rumah ketika Sherren telah berlari keluar rumah.

Sherren cepat-cepat keluar dan benar saja. William sudah menunggu di depan rumahnya. Sherren memutar bola matanya kesal. Mengapa William sangat niat sampai-sampai menjemput Sherren untuk pergi ke sekolah bareng.

"Selamat pagi," ucap William dengan senyum mengembang ketika menyadari Sherren sudah berdiri di hadapannya.

"Selamat pagi juga say-"

"Sayang?" William memotong.

"-ton"

"Nggak apa-apa deh yang penting calon senang. Naik udah yuk, nanti telat. Ini hari Senin loh,"

Sherren bingung harus duduk seperti bagaimana karena William kali ini membawa motornya. Memang Sherren pernah naik motor William namun saat itu ia sedang mengenakan celana tidak seperti sekarang ini.

"Duduk nyamping aja," William menjawab seakan tahu isi pikiran Sherren.

Sherren mencoba untuk duduk menyamping, "Takut jatuh bego,"

"Nggak bakalan jatuh lah kalo lo pegangan," jawab William sambil mengenakan helm di kepala Sherren.

"Pegangan yang erat, di tas gue juga nggak apa-apa kalo lo nggak mau peluk gue. Jangan jatuh, berat. Gue nggak sanggup ngangkat lo,"

Sherren memukul lengan William, "Siapa juga yang mau peluk lo, kegeeran banget sih."

"Ya kan gue cuma mau ngingetin. Ntar kan kalo lo jatuh gue yang bakal ngurus lo,"

Why Senior? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang