Jam pelajaran ke empat sebentar lagi akan habis. Sudah mau istirahat, dan Sherren masih belum bangun dari pingsannya. William tetap setia menunggunya di UKS. Sekalian bolos, pikirnya. William juga tidak tahu kenapa dia betah menunggu Sherren di UKS sedangkan menunggu Jade di salon dia paling ogah.
"Ni anak pingsan apa tidur sih? Lama banget bangunnya udah mau istirahat pertama juga. Mana gue laper lagi, karena gak makan pagi tadi," ucap William memecah keheningan di dalam UKS yang memang hanya ada mereka berdua.
"Siapa suruh nunggu gue," sahut Sherren.
"Ih lo udah bangun dari kapan? Kok gue gak tau? Bilang-bilang kek. Nih minum airnya," ucap William seraya menyodorkan gelas air panas yang sudah menjadi hangat sekarang.
Sherren meminumnya dengan cepat, "Makasih."
"Eh iya, kapan lo bangun sih?" Tanya William lagi.
"Udah lama sih cuma kepala gue masih sakit dikit trus lo juga gue kira tidur, jadi ya gue diem aja." Jawab Sherren.
Sherren melihat ke arah jam yang tergantung di dinding, 10 menit lagi istirahat pertama. Dan pasti setelah istirahat ia akan mengikuti pelajaran lagi.
"Temen-temen lu bakal dateng kesini pas istirahat. Tunggu sampe mereka dateng baru ke kantin ya," William berucap. "Tapi kalo lo laper, mau gue beliin? Mau apa? Soto ayam aja ya supaya anget, atau mie ayam? Ntar gue beliin," tawarnya seraya beranjak dari tempat duduknya untuk pergi ke kantin.
"Gak usah. Nanti tunggu temen-temen gue aja. Gue udah makan kok tadi pagi," tolak Sherren.
Padahal sejujurnya Sherren sudah sangat sangat lapar.
"Tapi kata penjaga UKSnya lo beberapa hari ini makannya ga bener. Tadi pagi tumben juga lo telat, pasti makannya sedikit kan?"
"Cerewet banget sih lo jadi laki-laki. Jangan ketularan Ivan deh," ucap Sherren kesal sambil menatap sinis William.
William hanya nyengir tidak jelas, "Ya daripada gue sok cool gitu dih pencitraan banget, mending gini. Apa adanya," ucapnya.
"Ini udah jam istirahat kok mereka belum dateng ya?" Sherren bermonolog.
"Disini aja, kan ada gue. Bagus malah mereka gak dateng-dateng, jadi gue bisa lama-lama sama lo," William menjawab. Nyatanya Sherren tidak bermonolog.
"Gue nanya boleh, Sher?" ucap William.
"Iya," Sahut Sherren.
"Kok lo bisa tiba-tiba cuek, tiba-tiba baik sama gue?" Tanya William.
"Gue emang dari sononya udah cuek sama orang, apalagi sama orang baru dan bakal lebih cuek kalau ada masalah. Tapi kalo udah deket, gue gak cuek kok. Eh tapi gue baik sama lu juga karena lu udah bantuin gue pas ekskul itu, sama ini mungkin? Jangan geer," Entahlah itu pernyataan atau pertanyaan. Tapi yang dikatakan Sherren benar adanya.
Sherren memang seorang perempuan yang sangat cuek dengan orang baru. Orang yang baru Ia kenal. Bisa dibilang Ia adalah orang yang sangat tertutup. Sherren baru akan terbuka kepada seseorang jika Ia sudah dekat dengan orang itu.
"Eh by the way, kok mereka belum dateng-dateng sih?" Tanya Sherren.
"Dikit lagi palingan. Udah laper kan lu? Udah dibilangin ntar gue beliin aja gak mau,"
"Laper sih, tapi biarin lah gue gak mau ngerepotin orang lain," ujar Sherren.
"Ah, bilang aja mau deket-deket sama gue," goda William.
"Ih apaan banget sih," sahut Sherren dengan sinis.
"Yaudah kali. Bercanda kok, sayang."
Tak terasa jam istirahat sudah berjalan hampir 10 menit dan teman-teman Sherren masih belum datang ke UKS. Sherren dan William pun sudah kehabisan topik sepertinya, jadi mereka hanya bergumul dengan pikiran mereka masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Senior?
Teen FictionSherren Shierra, seorang gadis dengan banyak kepalsuan dalam hidupnya. Bisa saja ia terlihat tersenyum. Namun, tidak ada yang tahu isi hatinya. Terlalu banyak yang telah berhasil ia sembunyikan. Satu kekurangan yang membuat ia seperti ini, yaitu, ke...