4. Akhirnya...

4K 158 2
                                    

Setelah sampai di rumah Natasha, ia mengajakku untuk masuk ke rumahnya dan mengenalkanku kepada kakaknya yang katanya ganteng itu, namun aku menolak secara halus karena aku harus langsung pulang ke rumah, daritadi handphone ku berbunyi dan yang meneleponnya tidak lain adalah Julio, kakakku satu-satunya. 17 misscall sudah cukup membuatku takut dimarahinya. Julio memang baik, hanya saja dia tidak ingin "menunggu", pasti dia sudah di rumah sekarang, pikirku. Tidak apalah, lagipula aku menolong orang lain kok.

Setelah memberikan nomor teleponku kepada Natasha, aku langsung pamit pulang. Aku menanyakan dimana keberadaan orang tuanya untuk pamit namun katanya orang tuanya sedang sibuk kerja dan baru akan pulang beberapa jam setelah matahari tenggelam.

"Sore kak" ucapku setelah melepas sepatu bulukku lalu masuk ke dalam rumah tanpa mengetuk pintu.

"Kamu darimana? Daritadi ditelpon gak diangkat-angkat. Kenapa?" Tanyanya. Tidak dengan emosi tapi bisa dibilang tegas(?)

"Gak apa-apa, tadi pulang sekolah aku langsung ke taman. Ke rumah sebentar cuma buat naruh tas aja. Trus pas di jalan, ada anak kecil jatuh dari sepeda jadi aku tolongin trus anter dia pulang," jelasku kepadanya.

Julio pun hanya manggut-manggut saja. Wajahnya kelihatan capek. Hanya saja ia menyembunyikannya.

"Kak? Boleh nanya gak?" tanyaku.

"Itu kamu udah nanya, dek"

"Yaudah deh, aku lanjut ya hehe. Tadi kan anak kecil yang nolongin gitu nanyain aku juara berapa nah trus aku jujur aja juara 1, terus dia nanya boleh gak ngajarin dia entar? Nah ya terus aku iya-in aja. Gak apa-apa kan kak?" Tanyaku setelah menjelaskan kepadanya.

"Terserah kamu aja, yang penting enggak ganggu sekolah kamu," ucapnya bijak.

"Ngomong-ngomong kak, mama sama papa udah baikan apa belom?" Tanyaku secara hati-hati.

"Udah deh kayaknya. Ya kamu doain aja yang terbaik supaya masalah-masalah sepeleh yang dibesar-besarkan kayak kemarin gak terjadi lagi," ucapnya bijak, lagi.

"Yaudah deh, aku ke kamar aku dulu yah kak. Mau nyiapin barang-barang buat berkemah besok di Lembang,"

"Loh berkemah?"

"Iya, katanya sih buat nutup MOS gitu. Udah tradisi juga katanya,"

"Tendanya gimana?" Tanyanya setelah meneguk habis air putih yang ada di gelasnya.

Aku yang mendengar pertanyaanna pun hendak menjawab namun tanganku dengan sendirinya mencomot kue yang tersedia di atas meja.

"Tendanya disiapin sekolah, tapi kalo emang ada yang punya gak apa-apa juga buat bawa sendiri,"

Kak Julio hanya manggut-manggut tanda mengerti, "Yaudah, aku mau ke kamar dulu. Oh iya, bilangin Mbok Lis buat nutup pintu depan yah kalau dia udah mau pulang. Abang mau ngerjain tugas soalnya,"

Mbok Lis adalah satu-satunya pembantu yang ada di rumah kami. Tapi Ia hanya datang pagi lalu pulang saat sore hari atau malam hari. Ada juga sopir sekaligus tukang kebun yang datang, Pak Adi.

Setelah menyampaikan pesan kak Julio kepada Mbok Lis yang sedang memasak untuk makan malam, aku pun mengambil beberapa stok snack yang ada lalu mengambil minuman dingin di kulkas. Bisa dibilang, kulkas kami tidak akan pernah kosong dari stok makanan dan minuman karena setiap seminggu 2x Mbok Lis pasti berbelanja di supermarket. Setelah mendapatkan apa yang ku mau, aku pun bergegas pergi ke kamar. Yang awalnya ingin menyiapkan barang-barang untuk perkemahan, aku malah melempar diriku keatas kasur lalu memejamkan mata sejenak sekedar untuk menyegarkan otak dari berbagai masalah yang sedang aku alami sekarang ini, hanya satu memang tapi menurutku itu besar jadi ku bilang 'beberapa'. Hehe.. Setelah sudah cukup memejamkan mata, aku mengambil handuk yang digantung di gantungan yang terletak di balkon kamarku lalu masuk ke kamar mandi. Mandi air hangat sepertinya bisa membuatku lebih segar lagi. Aku mandi dalam waktu yang bisa dibilang cukup lama. 45 menit apakah bisa dibilang lama? Menurutku tidak karena aku tidan merasa lama, hehe..

Why Senior? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang