13. Kenapa Bisa?

2.9K 127 5
                                    

Perjalanan ke sekolah yang biasanya menempuh waktu 25 menit, sekarang malah menjadi 15 menit karena William yang membawa motor tidak pakai hati. Sherren di belakangnya sudah menyumpahkan sesuatu yang tidak-tidak jika sampai terjadi apa-apa. Sumpah serapah juga keluar dalam mulutnya. Dan mungkin William mendengarnya.

Mereka sampai di sekolah tepat 10 menit sebelum bel masuk berbunyi. Dan banyak orang yang menatap heran kepada Sherren dan William. William memarkirkan motornya di tempat keramatnya. Tempat yang sudah dicap menjadi tempat parkir 3G. Semua teman William sudah menunggu disana. Mereka juga menatap heran kepada William. Ah, tak lupa dari kejauhan dapat terlihat Jade dan kawan-kawan sedang menatap sengit Sherren.

"Anjir, PJ nih PJ!" Teriak Ivan.

William dan Sherren hanya terdiam. William pun menatap Ivan dengan tatapan yang.. entahlah?

Gino yang sedaritadi memerhatikan Jade dari tempat parkir pun merasa sedikit kesal ketika melihat wajah Jade yang sudah tidak lurus lagi sejak kedatangan William dan Sherren.

"Apa sih, Van! Masih pagi deh ah," cela William.

"Ih kok babang marah sama dedek sih? Dedek salah apa sih?" Ucap Ivan dengan nada yang sangat dibuat-buat.

Hening.

"Tampol bego tar kebiasaan!" Teriak Davin.

Ivan yang merasa akan terpojokkan lagi pun menatap sinis Davin yang sekarang cengengesan entah kenapa, "Anjing."

"Gue duluan," kata Sherren singkat.

"Hati-hati," sambung William.

Baru saja Ivan mau mengomentari yang tidak-tidak, Davin sudah menepuk pundaknya sangat keras, "Diem. Kalo gak diem, gue tendang lu dari sini," ucapnya sengit.

Ivan yang melihat tatapan Davin pun meras sedikit takut. Pasalnya, Davin memang orang yang sering berubah kepribadian? Entahlah. Kadang Ia lucu-lucuan bareng Ivan tapi kalau Ia sudah naik pitak, doakan saja tidak terjadi apa-apa nantinya.

"Mampus lu, Van." Seru William.

Marcel yang sedaritadi diam pun hanya mengulum senyumnya. Entahlah mengapa Marcel bisa bergabung dengam William, Ivan, Gino, dan Davin yang notabene-nya adalah bekas pasien rumah sakit jiwa. Cerewet dan (sedikit) nakal, dan itu sudah dicap dalam diri mereka. Dari dulu. Tapi, biarpun (sedikit) nakal, mereka masih sering mendapatkan juara di kelas mereka.

"Nakal boleh, goblok sama jelek jangan. Kita mah nakal tapi tampan." Itu adalah slogan yang dibuat mereka untuk mereka sendiri.

Bisa dibilang yang paling 'gila' adalah Ivan setelah itu Davin, William, Gino, dan yang paling 'kalem', Marcel.

Setelah Sherren meninggalkan mereka, mereka pun masuk ke kelas mereka masing-masing. William sekelas sama Gino IPS 1, Ivan dengan Davin IPS 3, dan Marcel sendiri di jurusan IPA, IPA 1.

Mereka berteman sejak mereka belum lahir. Orang tua mereka berteman baik dan menurun ke anak-anak mereka. Oh, bahkan kakek nenek mereka juga berteman baik. Sifat mereka juga menurun dari orang tua mereka masing-masing. Mungkin hanya Ivan yang beda sendiri dari orang tuanya. Orang tua Ivan bisa dibilang berbanding terbalik dengan anaknya.

"Hei! Kalian! Kenapa masih di tempat parkir saja? Masuk! Udah mau apel!" Teriakan seseorang memecah keheningan mereka.

"Ini juga mau masuk kok, Bu." Jawab Ivan enteng lalu mereka berjalan melewati Bu Jayanti menuju kelas mereka masing-masing untuk menyimpan tas mereka sebelum mengikuti apel pagi.

William dan kawan-kawan pun masuk ke kelas mereka. Dan saat melewati kelas jurusan IPA, mereka berpapasan dengan Jade dan kawan-kawan.

"Will, kok kamu tadi boncengan sama si Sherren itu sih?" Ucapnya sambil menggelantungkan tangannya di pinggang William.

Why Senior? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang