"Makasih yah," ujar Sherren ketika motor William berhenti tepat di depan rumahnya.
"Makasih doang?"
"Ih," desis Sherren. "Ya iya makasih doang lah, emangnya apa lagi? Thank you? Arigatou gozaimasu? Xiexie?"
"Nggak peka banget sih lo," ucap William.
Sherren memutar bola matanya kesal, "Ya makanya ngomong atuh mas."
"Jalan kuy," jawab William to the point.
"Males ah," desis Sherren. "Nanti lagi anteknya Jade ngelaporin yang nggak jelas ke Jade kalo gue jalan sama lo."
"Yah nggak mungkin lah, gue juga udah putusin dia tadi di pas istirahat kedua tapi dianya aja yang masih ngebet sama gue. Nasib orang ganteng mah gini amat ya?"
"Ha ha ha ha. Lucu banget lo ketek tapir," ejek Sherren.
"Gue emang lucu kok, sama juga kayak lo makanya kita serasi," jawab William dengan senyum menggodanya.
"Apa baget sih, Kak!" ucap Sherren.
Oh dan William ternganga mendengar perkataan Sherren.
"Anjir! Lo ngomong 'Kak' ke gue? Beneran nih? Gue nggak lagi mimpi kan?" ucap William histeris. Ia mulai menepuk-nepuk pipinya dan mencubit lengannua sendiri.
"Anjir nggak mimpi gue! Ya ampun sujud syukur gue,".
"Alay banget sih lo," desis Sherren.
William yang mendengarnya pun tertawa. Sherren yang melihat William tertawa pun merasa aneh karena William yang terlihat sedikit aneh. Memang aneh sih dari awal, tapi ini lebih aneh lagi.
Sherren menggidikkan bahunya ngeri ketika melihat William yang masih belum berhenti tertawa sejak tadi, "Lo kesurupan? Gue masuk ya! Takut hantunya malah masuk ke badan gue ih."
"Ah gue seneng! Akhirnya! Seorang Sherren manggil gue dengan sebutan 'Kak'. Itu tuh lebih berharga daripada dapet emas segudang," ucapnya dengan nada yang masih ingin tertawa lagi.
"Hiperbola banget deh," desis Sherren. "Gue masuk dulu ya, takut abang gue nyampe rumah gue belum mandi sama belum masakkin dia makanan," lanjut Sherren.
"Emang di rumah lo nggak da pembantu? Mama sama papa lo kemana?" Tanya William.
"Nggak ada pembantu. Bonyok kerja," Sherren hanya menjawab seadanya saja.
"Oh gitu.. Eh tapi, mau nggak jalan? Hari Sabtu, supaya kayak couple goals gitu loh.."
"Najis"
"Ya udah, kalau gak mau jalan. Tapi adik gue kan hari Sabtu nanti ulang tahun, nah dia ngajak lo buat ke ulang tahunnya,"
"Jam berapa?" Tanya Sherren.
"Sore jam 4 gitu deh. Acara anak kecil juga kok,"
"Oh gitu. Ntar liat keadaan aja,"
"Kata Aca, lo harus dateng. Karna dia tau kadonya lo yang pilihin. Jadi nggak ada penolakan. Gue jemput jam setengah 4," ujar William
Sherren memutar bola matanya kesal, "Ye kalo nggak ada penolakan nggak usah ngomong aja dari awal," desis Sherren.
William yang mendengarnya pun hanya tertawa dan mengacak rambut Sherren. Dan karena cewek sudah ditakdirkan gampang baper, semburat merah di pipi Sherren mulai muncul. Di senja hari ini, Sherren baper dan menunjukkan kelemahannya itu kepada orang yang sangat Ia kesal untuk saat ini. Saat ini? Ya, karena tidak ada yang tau perasaan seseorang.
"Cie merah kayak tomat pipinya cie. Baru gini aja baper, apalagi nanti kalo udah pacaran,"
"Apa sih?! Pulang gih sana!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Senior?
Teen FictionSherren Shierra, seorang gadis dengan banyak kepalsuan dalam hidupnya. Bisa saja ia terlihat tersenyum. Namun, tidak ada yang tahu isi hatinya. Terlalu banyak yang telah berhasil ia sembunyikan. Satu kekurangan yang membuat ia seperti ini, yaitu, ke...