Bissmillah semoga banyak yang suka.
***
Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda :
"Menikah adalah sunnahku. Barangsiapa yang enggan melaksanakan sunnahku, maka ia bukan dari golonganku. Menikahlah kalian! Karena sesungguhnya aku berbangga dengan banyaknya jumlah kalian di hadapan seluruh ummat. Barangsiapa memiliki kemampuan (untuk menikah), maka menikahlah. Dan barangsiapa yang belum mampu, hendaklah ia berpuasa karena puasa itu adalah perisai baginya (dari berbagai syahwat)."***
"Kamu gak nyesel udah nikah sama saya?" tanya Fadil yang melepas kopiah nya.
Nayla terdiam lagi, "Nyesel! Sangat kecewa karena bodoh, gue mau aja nerima lo. Kalau gak karena orangtua gue yang minta, gue gak bakalan mau! Gara-gara lo dan orangtua lo. Gue gak bisa nikmatin masa muda gue. Dil, usia gue baru 17 tahun--" Nayla terdiam sebentar untuk menghela nafas beratnya. "Harusnya gue bisa nikmatin masa muda gue. Tapi apa? Malang banget takdir gue." Nayla menunduk karena air mata berhasil lolos dari matanya.
Fadil diam tak bergeming, lalu duduk mendekati Nayla yang menangis, "Usia kamu sama saya hanya terpaut 8 tahun. Itu bukan masalahkan? Tenang aja, saya memberikan kamu kebebasan kok. Selama itu tidak melenceng dari peraturan Allah, saya dan negara." Fadil menepuk bahu Nayla pelan.
Nayla mendongakan kepalanya untuk menatap Fadil, ditatapnya Fadil secara sengit, lalu ditepisnya tangan Fadil, "Gak perlu. Tanpa lo suruhpun. Gue akan hidup bebas."
Fadil menghela nafasnya lagi-lagi ia harus banyak bersabar untuk menghadapi sifat Nayla yang seperti ini.
"Gak bisa! Kamu istri saya, sudah kewajiban saya untuk menjaga kamu."
"Gak! Gue cape! Gue pengen istirahat. Lo tidur disofa atau gue yang tidur disofa?" Nayla berbicara tanpa menatap Fadil.
"Kita tidur satu ranjang!" ucap Fadil tegas.
"Gak! Bukan mahram." Nayla mengambil bantal dan selimut dari lemari lalu menghempaskan tubuhnya disofa.
Fadil memperhatikan tingkah laku istrinya yang seperti anak kecil, lalu terkekeh.
"Nayla, biar saya yang tidur disofa."
"Gak usah! Ini rumah lo! Gue gak mau punya hutang budi." Ketus Nayla.
"Kamukan istri saya." Fadil berteriak.
"Ogah!!"
"Yaudah."
Akhirnya setelah Nayla tertidur pulas, Fadil memindahkannya ke kasur.
*****
Pagi-pagi sekali Nayla sudah bergelut dengan dapur. Dia akan memasak, dia juga sudah membereskan rumah Fadil.
"Yaa ampun. Penganten baru kok udah bangun? Biar bunda aja yang masak." teriak Bunda Rike ketika menuruni tangga.
"Gak usah bun." Nayla tersenyum manis.
"Padahalkan ada pembantu. Kenapa kamu beresin semuanya? Mana masak lagi. Bunda jadi gak enak sama kamu Nayla."
"Lagian Nayla cuman masak telur dadar aja, maaf, Nayla cuman bisa masak ini."
"Gakpapa kali bund. Sore nanti kan Fadil udah bawa dia ke rumah baru, jadi biarin aja dia masak. Sekalian belajar." ucap Fadil yang baru turun dari tangga.
Nayla menatapnya sengit, rasanya ia ingin menangis lalu merujuk pada Rike untuk memulangkannya ke rumah orangtuanya. Tapi mustahil itu.
"Kamu itu harusnya bangga punya istri kayak Nayla gini. Pinter, rajin, sholehah, cantik lagi, baik lagi uhh." puji Rike pada Nayla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Imam
RomanceBerawal dari masa kecil yang sering bermain nikah-nikahan. Dan sebuah janji akan menikahi ketika sudah kembali. Sama-sama berjuang diawal dengan orang tercinta sangat tidak disukai oleh Fadil, Fadil adalah laki-laki gentlemant yang ingin berjuang se...