Fadil melirik meja makan yang sudah tersedia semangkuk bubur ditaburi abon, juga sepiring roti dioles nuttela dan secangkir teh panas.
Fadil yakin Nayla yang menyiapkan sarapan pagi ini. Tapi dimana keberadaan Nayla? Selepas sholat shubuh Fadil tidak menemukan Nayla.
Fadil memalingkan wajahnya ketika melihat Nayla yang baru keluar dari kamar maid. Diikuti maid dibelakangnya.
"Nyonya beneran udah baik 'kan? Atau mau saya pijitin lagi?" Seorang maid yang berasal dari Indonesia yang sengaja Fadil bawa itu memijit pelan tengkuk Nayla.
Wajahnya terlihat pucat.
"Nay kamu kenapa?" Fadil mengusap puncak kepala Nayla yang dibalut pashmina hijau.
"Aku gak papa. Sarapan kamu udah aku siapin. Aku berangkat dulu, dan berangkat sama supir." Nayla menyambar tangan kanan Fadil lalu menciumi punggung nya.
"Nay, biar aku anterin kamu. Sekalian berangkat kerja." Sela Fadil menghentikan langkah Nayla dengan cara menggenggam tangan Nayla.
Nayla menepisnya. "Gak usah, nanti Mbak Dina nyari kamu lagi." Nayla tersenyum sinis lalu berjalan meninggalkan Fadil yang mematung.
*****
Fadil berjalan dengan wajah tidak bersahabat, datar. Karyawan dikantor nya sejak daritadi memberikan senyum juga sapaan yang sama sekali tidak digubris oleh Fadil.
Fadil menghentikan langkahnya ketika sepasang tangan melingkar diperutnya, pas saat didepan pintu ruangannya.
"Ada apa lagi, Dina?" Tanya Fadil.
Dina tersenyum lalu memperlihatkan dua buah ticket. "Aku mau ngajak kamu nonton. Kita udah lama 'kan gak jalan bareng."
Fadil sedikit mengerang, lalu menduduki kursi kebesarannya. "Aku gak bisa."
Dina yang duduk dihadapannya lantas cemberut. "Kenapa sih? Jangan nolak dong Dil. Kan kita baru ketemu kemaren."
Dina membuka sebuah botol kecil dalam tasnya lalu meneguk air dalam gelas yang berada diruangan Fadil.
Fadil melihatnya, lalu menghembuskan nafasnya. "Kapan nontonnya?"
Dina tersenyum. "Hari ini di Bi Nuu. Kamu yang jemput atau kita ketemuan disana?"
"Bareng aja dan pake mobil masing-masing."
Dina mengangguk lalu memeluk Fadil erat.
"Lepasin. Aku mau dhuha dulu, sebaiknya kamu pulang dan istirahat." Titah Fadil yang membuat Dina tersenyum.
Fadilnya masih perhatian. Dan Dina suka itu.
*****
Nayla memejamkan matanya sebentar, ia merasakan kantuk yang luar biasa. Beruntung dosen mata kuliahnya hari ini tidak masuk. Jadi Nayla bisa memejamkan matanya, tidur sebentar tidak masalah baginya.
Sambil tertidur, Nayla memikirkan masalahnya dengan Fadil saat ini.
Nayla dan Fadil yang menikah muda dan tidak ada ruang untuk belajar bagaimana berumah tangga kepada orangtua mereka membuat Nayla terkadang sadar.
Bahwa pilihan nikah mudanya ini salah.
Bahwa pilihan nikah mudanya ini memperbanyak dosa bukan pahala.
Bahwa apa yang kemarin Nayla lihat itu menandakan bahwa Fadil tidak berjodoh dengannya.
Tapi harus bagaimana Nayla sekarang?
Nayla terlanjur mencintai Fadil, apakah ini sebuah kekhilafan atau kesengajaan yang dibuatnya?
Meskipun Nayla lebih dulu mengenal Fadil, tapi Dina lebih dulu menjalin hubungan dengan Fadilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Imam
RomanceBerawal dari masa kecil yang sering bermain nikah-nikahan. Dan sebuah janji akan menikahi ketika sudah kembali. Sama-sama berjuang diawal dengan orang tercinta sangat tidak disukai oleh Fadil, Fadil adalah laki-laki gentlemant yang ingin berjuang se...