24. Perfect Imam-Ulang Tahun Nayla

885 60 1
                                    

"Dan pada akhirnya, cinta yang engkau punya sama dengan cinta yang engkau buat."
-Paul McCartney-

*****

Nayla terbangun dari tidurnya, terlihat Fadil juga yang sedang memandanginya dengan senyum manis.

"Zina tuh." Nayla tersenyum.

"Zina yang dapat pahala ya?"

"Bisa aja."

"Aku mau belanja nih, kayaknya bahan buat masak udah habis deh."

"Wah boleh, aku temenin."

Nayla terkekeh, Fadil memang selalu ingin menemaninya pergi kemana pun Nayla ingin pergi.

"Aku ajak anak tetangga, gimana Nay?"

"Lah buat apa?"

"Biar kelihatan keluarga berencananya."

Nayla tertawa lalu menjitak Fadil. "Maafkan aku suamiku. Jangan deh, nanti kita maen timezone berdua ya? Biar romantis."

"Yeh Nayla gombal." Fadil tersenyum.

"Di ajarin sama kamu sayang."

"Aku gak pernah gombal. Kalau semua ucapan romantis yang aku ucapin itu semuanya real sayang. No hoax." Fadil mengedipkan matanya sebelah.

*****

Fadil mendorong trolley sambil menunggu Nayla yang sedang memilih sayuran dan bahan lainnya untuk isi kulkas di rumahnya, karena kebetulan para pelayan di rumah Fadil sedang sibuk membantu acara hajatan tetangga.

"Yang, tomatnya yang merah atau hijau?" Tanya Nayla.

"Merah aja, aku lebih suka yang merah-merah." Fadil tersenyum kecil.

Nayla mengangguk lalu memasukkan beberapa tomat itu ke dalam plastik timbangan. Nayla mulai berjalan mencari bahan-bahan lainnya, yang sekiranya memang di perlukan.

"Nay gak beli pembalut?"

Nayla menoleh melihat Fadil yang membaca tulisan-tulisan di pembalut yang di pegangnya. "Kamu biasanya pake yang sayapan atau enggak?" Tanya Fadil.

Nayla melotot.

"Yang sayapan aja ya sayang? Kan kamu bidadari surga." Fadil tanpa menoleh ke arah Nayla langsung saja memasukan dua bungkus pembalut ukuran besar ke dalam trolley tersebut.

Nayla tersenyum kecut juga malu ketika melihat beberapa pasang mata yang melihat aksi Fadil ini. Dengan cepat, Nayla menggandeng lengan Fadil.

"Kenapa yang?"

"Enggak, he he." Nayla berusaha acuh, ia sedang tidak mau bertengkar hari ini.

"Belanjanya udahan?" Tanya Fadil.

Nayla menggeleng. "Belum beli buah, roti, susu dan camilan buat orang rumah."

"Ya udah. Ayo lebih cepat. Aku gak sabar pengin cepet-cepet maen timezone sama kamu yang."

"Sabar."

*****

Fadil menyela tangan Nayla menuntunnya di area tempat bermain yang dominannya terdapat anak-anak juga remaja se usia Nayla, awas! Nayla juga masih remaja.

"Aku isi power card dulu, kamu tunggu di sini."

Nayla hanya mengangguk lalu duduk dikursi yang memang di sediakan untuk orangtua anak sampai Fadil kembali dengan wajah masih menampilkan wajah cerianya.

Perfect ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang