Perfect Imam-EPILOG

1.2K 79 18
                                    

Dua tahun setelah kepergian Nayla, tidak ada sedikitpun ruang hati yang kosong untuk diisi kembali di hati Fadil. Hanya Nayla dan Putri kecilnya yang sering menjadi kebahagiaannya saat ini.

Kenrara Ratu Aleya Khadizahra

Nama itulah yang Fadil berikan kepada anaknya. Fadil biasa memanggilnya Aleya atau Leya.

Fadil juga menetap di Jakarta bersama sang Bunda yang sering kali membantu mengurus Aleya. Sering kali juga Risma dan Wira, orang tua Nayla menengok atau membawa Leya jalan-jalan.

Kematian Nayla memang membuat Fadil terpukul, kematian Nayla yang di duga serangan jantung tiba-tiba, tapi menjadi Ayah sekaligus Ibu untuk Aleya tidak membuat Fadil kesusahan.

Fadil keluar dari gedung tempat berlangsungnya seminar sharing for your kids yang di adakan setiap 2 bulan sekali. Fadil selalu ikut, sambil menggendong Aleya dan membawa satu nanny.

Ibu-ibu yang mengikuti seminar dan pembicara juga sudah tahu bagaimana kehidupan Fadil. Tidak aneh jika Fadil hanya datang bersama Aleya dan nanny nya.

"Kita langsung kemana Pak?" Tanya Sari--- sang Nanny, sembari membawa tas Aleya.

"Kita langsung saja pulang. Ada nenek nya dari Bandung, tadi Bunda telfon." Jawab Fadil yang sedang menggendong Aleya.

*****

Aleya menyambut hangat kedatangan Risma dan Wira, Aleya begitu tahu kalau mereka sangat merindukannya.

"Ne." Ucap Aleya memeluk tengkuk Monita.

"Aleya sayang kangen nenek?"

"Cangen." Jawab Aleya terkekeh.

"Leya abis dari mana?"

"Itut yayah ncen." Maksudnya adalah (Ikut Ayah bosen)

Semua yang ada disana tertawa mendengarnya. Bunda Rike menatap Fadil penuh arti. "Makannya kalau seminar jangan bawa Leya."

"Ya habisnya aku khawatir kalau Leya aku tinggal sendiri."

Wira tersenyum. "Kemarilah nak Fadil. Sari bawa Leya main dulu."

Fadil menatap Aleya yang dipangku oleh Sari. "Ada apa Pah?" Fadil duduk di samping kursi yang diduduki Wira.

"Sudah dua tahun Nayla pergi. Sudah dua tahun juga Aleya tidak pernah merasakan kasih sayang seorang Ibu lagi. Nak Fadil, kami selaku orang tua Nayla tidak pernah melarang Nak Fadil untuk menikah lagi. Lakukanlah jika itu yang terbaik, kasihan Aleya." Jelas Wira, yang di angguki oleh Risma dan Rike.

Fadil tersenyum kecut lalu menggeleng cepat. "Maaf, Fadil gak bisa. Biarlah Fadil jadi Ayah sekaligus Ibu untuk Leya."

Aleya berjalan sambil tertawa karena dikejar oleh Sari, Aleya yang hendak akan memeluk Fadil terjatuh karena meja yang menghalanginya.

Aleya kecil, Aleya malang. Harusnya Ibumu yang menggendongmu setelah kamu terjatuh, biarkan Nenekmu--- Ibu dari Ibumu yang menggantikannya.

Risma langsung menggendong Aleya ke pangkuannya. "Meja nya nakal ya Nak? Biar Nenek pukul mejanya."

Fadil menggeleng cepat. "Jangan gitu Mah, maaf. Leya sayang, makannya kalau jalan hati-hati ya, jangan lari-larian juga jadi jatuhkan. Lain kali, hati-hati ya sayang." Fadil menggendong Aleya lalu menyerahkannya pada Sari. "Nina boboin Leya ya? Dia belum tidur."

Perfect ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang