Fadil menyeka keringat Nayla yang baru selesai mengepel lantai apartement, dirinya dan Nayla pindah ke sebuah apartement pilihan Nayla karena Nayla merasa Rumah pemberian Oppa Fadil terlalu luas.
"Stok makanan udah dimasukin ke kulkas Mas?"
Fadil mengangguk.
"Aku ada kelas nanti siang, Mas."
"Aku antar ya."
Nayla menggeleng. "Katanya mau ke kantor."
"Emang kamu gak capek ya?" Tanya Fadil.
Nayla kembali menggeleng. "Apapun yang aku lakuin sama kamu sekarang, aku yakin itu bernilai pahala, hehe. Lagian hari ini kita nyapu sama ngepel doang kan mas. Jadi ya, aku biasa aja."
Fadil terkekeh. "Iya emang mau ngapain aja sama suami selama itu baik pasti bernilai pahala."
"Ya udah, nanti kamu ke kantor aja Mas. Aku gak apa kok."
Fadil hanya mengangguk mengiyakan.
*****
Fadil menjemput Nayla dari kampus, lalu setelah Nayla memasuki mobil, Fadil menyodorkan tangan kanannya, dengan senyum manis Nayla menyalimi punggung tangan Fadil.
"Cape."
"Kata siapa kuliah enak, Nay?" Fadil memasangkan seatbelt Nayla.
"Dinovel yang aku baca sama difilm yang aku tonton, kuliah enak." Jawab Nayla meneguk air mineral yang berada didasbor.
"Korban. Kita makan dulu ya? Kelihatannya kamu emang capek banget." Fadil mengusap lengan Nayla.
"Iyalah, aku 'kan abis kuliah. Kata siapa kuliah enak?"
"Kata novel sama film yang kamu tonton." Fadil tertawa.
Nayla ikut tertawa lalu menyenderkan kepalanya disisi. Sebenarnya Nayla lebih suka makan dirumah ketimbang makan diluar, makanan di Berlin tidak sesuai dengan perut dan lidahnya.
Ahhh, Nayla jadi rindu dengan Indonesia ternyata benar dimanapun kita berada meskipun dibenua manapun, tanah air sendiri tetap dihati dan tidak akan dilupakan bagaimanapun keadaan tanah air kita sendiri.
Fadil menghentikan mobilnya di Restaurant yang berlabel halal, memang hidup dinegara orang harus pandai-pandai mencari sesuatu yang sesuai dengan perintah-Nya, memakan dan meminum yang halal.
"Mau pesen apa?" Tanya Fadil ketika seorang waiters mendatangi mejanya.
"Apa aja yang penting cocok dilidah aku. Oh ya jangan makan yang banyak minyaknya bahaya kolestrol, nanti kamu sakit." Jawab Nayla melipatkan tangannya.
Fadil mengangguk lalu memesan makanan yang menurutnya cocok dilidah juga perut sang istri.
*****
Fadil memperhatikan istrinya yang sedang berkutat dengan laptop, sepertinya Nayla sudah mulai banyak tugas.
Sebenarnya Nayla berkuliah menyembunyikan statusnya yang sudah menikah, tentu saja dengan izin Fadil.
Fadil mengerti, jika teman-teman Nayla tau bahwa Nayla sudah menikah pasti Nayla akan dicap hamil diluar nikah, juga mengingat usia Nayla yang masih muda.
Beruntung mereka tinggal di Kreuzberg yang mayoritas penduduknya adalah muslim meskipun ada rasis yang membayangi mereka setiap waktu.
Nayla menolehkan kepalanya ke arah Fadil yang terus menerus menatapnya. "Ada apa?"
"Aku liatin kamu aja. Udah beres?" Fadil menyimpan dagunya dibahu Nayla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Imam
RomanceBerawal dari masa kecil yang sering bermain nikah-nikahan. Dan sebuah janji akan menikahi ketika sudah kembali. Sama-sama berjuang diawal dengan orang tercinta sangat tidak disukai oleh Fadil, Fadil adalah laki-laki gentlemant yang ingin berjuang se...