26. Perfect Imam-Fam(ily)

880 72 3
                                    

Fadil menatap Nayla yang mondar-mandir tidak jelas di hadapannya, Fadil berdecak lalu berdiri di depan Nayla. "Ada apa?"

"Anterin ke dokter." Pinta Nayla sembari memegang kedua tangan Fadil.

Fadil meletakan telapak tangannya dikening Nayla, "Gak panas."

"Mau anterin gak nih?" Ucap Nayla dengan nada mengancam.

Dengan cepat Fadil mengangguk.

*****

Nayla berdecak kesal melihat Fadil yang asyik mengobrol dengan orang di sebelahnya, Nayla cemburu? Tidak, tapi bahasa yang Fadil gunakan adalah bahasa Jerman.

Tiba giliran Nayla dengan cepat Nayla menarik lengan Fadil dan mengajaknya masuk.

"Ada keluhan apa ya--" Dokter wanita itu berhenti berbicara ketika melihat Nayla, mungkin dia bingung, Nayla masih terlihat muda, "Mbak?" Lanjutnya.

Nayla tersenyum kaku, "Saya sudah lama telat, dan perubahan emosi juga labil."

Dokter itu mengangguk lalu meminta Nayka berbaring, Dokter itu akan mencoba usg.

Fadil hanya berdiri disamping Nayla, beruntung dokternya seorang wanita, kalau laki-laki mungkin Fadil tidak akan mengizinkan tindak usg bagi Nayla.

Dokter tersenyum, "Lihat yang bergerak itu? Itu janinnya mbak, diperkirakan sudah masuk dua bulan."

Nayla menggenggam lengan Fadil, Fadil hanya diam memerhatikan monitor itu yang menampakkan keberadaan anaknya. Nayla merasakan tangan Fadil dingin, ada apasih dengan Fadil?

"Jangan terlalu kelelahan ya mbak, karena hamil muda masih rentan. Untuk bapak juga, perhatikan kegiatan yang istri lakukan."

Fadil tersenyum lalu mengangguk.

*****

Diperjalanan pulang kecupan ditangan juga kening dan pipi tidak berhenti. Fadil sangat bahagia, beruntung Nayla menyuruh sopir untuk mengantarkan mereka tadi. Kalau tidak, entahlah.

"Ada kemiri child di dalam perut aku." Ucap Nayla sembari mengusap kepala Fadil yang sekarang Fadil tidura dipahanya, sambil sesekali mengecup perut Nayla.

"Kapan kita beli peralatan untuk baby nya yang?"

Nayla terkekeh. "Baru dua bulan juga, berarti pas di Indonesia aku sudah hamil ya?"

Fadil mengangguk. "Kamu di sana ngapain aja sih? Untung gak terjadi apa-apa juga sama anak kita."

Nayla cengengesan. "Lagian kan aku juga gak tahu mas."

"Terus tadi kenapa pengen minta anter ke dokter?"

"Mau aja aku, aku pikir gak ada salahnya buat mastiin."

Fadil terkekeh lalu mengecup perut Nayla. "Lihat deh, orang tua pada rempong di grup."

Memang, orang tua Nayla, Bunda Fadil, dan beberapa saudaranya mereka, mereka masukkan ke grup whatsapp.

Grup semakin ramai ketika Fadil mengumumkan kehamilan Nayla. Apa lagi dengan kerusuhan Paman Irwan yang sangat menyukai anak kecil, tapi apa boleh buat keluarga Fadil tidak memiliki anak selain Almarhum Herry dan Rike yang tak lain orang tua Fadil.

Risma : Jaga Nayla baik-baik Fadillll

Rike : Jeng Rismaaa, ke mother care bareng yakk

Perfect ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang