Fadil menatap bayangan dirinya dicermin, ia bingung dengan keadaan nya sekarang. Bukan keadaan fisiknya ataupun perusahaannya. Tapi keadaan hati dan pikirannya.
Sekarang Fadil adalah seorang suami sekaligus pemimpin keluarga bagi Nayla dan calon anak-anaknya nanti. Tapi Fadil juga bingung, dimana letak pikiran dan hati Nayla?
Ayolah... Sekarang Nayla sudah 17 tahun, Nayla sudah dewasa. Sudah bisa menentukan akan bagaimana kelanjutan hidupnya? Kelanjutan rumah tangganya dengan Fadil?
Apa bisa Fadil melepaskan Nayla begitu saja? Tentu saja bisa. Raganya pasti bisa melakukan itu. Tapi hatinya? Tentu tidak bisa. Tapi.. Apakah akan terus seperti ini jika diteruskan? Fadil yang mencintai Nayla dan Nayla yang saling mencintai dengan Marco. Apakah Fadil akan sanggup melepaskan Nayla?
Fadil menggeleng cepat, lalu membasuh wajahnya beberapa kali, maksudnya agar tidak terlihat pucat.
Dengan langkah lesu Fadil keluar dari kamarnya dan melihat Rike yang sepertinya baru pulang.
"Bunda dari mana?"
Rike memeluk putra bungsunya itu sekilas. "Abis arisan keluarga lah, kamu kapan kesini?"
"Dari tadi Bun."
"Ada apa Fadil sayang?"
Rike menuntun putranya agar duduk disofa.
Fadil menggeleng lalu tersenyum. "Gak ada apa-apa ko Bunda. Fadil tadi dikamar cuman tempelin foto pernikahan Fadil sama Nayla aja."
Rike mengerutkan alisnya. "Foto pernikahan? Bukannya sudah ada ya dikamar kamu?"
Fadil tersenyum kaku. "Ya.. Tempelin lagi aja, biar Fadil inget terus dengan Pernikahan Fadil sendiri."
Rike mencubit pipi putranya itu. "Sudah pintar bohong ya? Sejak kapan?"
"Maksud Bunda?"
Rike mengusap puncak kepala anaknya itu. "Tadi waktu lagi arisan. Mertuamu Risma dan Wira menghubungi Bunda, menanyakan keberadaan kamu. Lalu mereka bilang Nayla ada disana, dan Nayla bilang kamu ada disini. Risma sempat bertanya kepada Nayla, tapi Nayla cuman ngejawab Marco. Kata Risma, Marco itu mantan kekasih nya Nayla sebelum menikah dengan kamu, Nayla memang sudah putus dengan Marco. Setelah itu, Bunda cepet-cepet pulang deh ke rumah karena takut ada kamu disini."
"Ko takut sih Bunda?"
Rike tersenyum. "Takut kamu masuk neraka sayang. Meskipun kamu bilang ke Nayla bukannya kamu lepas dari tanggung jawab kamu sebagai suami. Yaa tetap saja kamu lepas tanggung jawab kamu Nak, apa kamu yakin selama Nayla ada dirumah orangtua nya.. Nayla akan baik-baik saja? Apa kamu yakin selama disana Nayla hanya akan diam dirumah menunggu kamu menjemputnya? Atau bisa jadi Nayla menunggu kamu menceraikannya, iya 'kan? Kita tidak tau Fadil. Risma juga tadi bilang, bahwa besok Risma dan Wira akan pergi untuk second honey moon." Rike menarik nafasnya. "Risma juga bilang tadi, kalau Nayla pergi bersama teman-temannya, disaat Risma dan Wira pergi mengurus sedang mengurus keperluannya. Sekarang Bunda tanya, apa yang akan dilakukan Nayla disana? Apa kamu tau? Bisa jadi yang dilakukannya itu Positive atau Negative 'kan? Apa masih bisa kamu disebut tidak lepas dari tanggung jawab kamu sebagai suaminya?"
Fadil diam tak bergeming mendengar penjelasan sang Bunda. Ahh.. Rasanya saat ini Fadil merasa paling bodoh dan suami paling durhaka.
"Jadi masih mau diam disini atau mengejar Nayla kembali?"
Fadil menangkupkan tangannya dikedua pipinya. "Kalau misalnya aku jatuhkan talak untuk Nayla gimana Bun?"
Rike tertohok mendengarnya. "Boleh. Tapi... Jangan panggil saya Bunda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Imam
RomanceBerawal dari masa kecil yang sering bermain nikah-nikahan. Dan sebuah janji akan menikahi ketika sudah kembali. Sama-sama berjuang diawal dengan orang tercinta sangat tidak disukai oleh Fadil, Fadil adalah laki-laki gentlemant yang ingin berjuang se...