Bagi Fadil mencintai Nayla itu adalah menghalalkan.
Laki-laki sejati tidak akan mengajak pacaran, tapi menanyakan kapan boleh lamaran kepada wanita.
Pacaran sudah menikah dijalani dengan penuh suka maupun duka oleh Nayla juga Fadil. Meskipun hidup mereka terlihat serba berkecukupan juga bahagia, tapi itu hanya bisa dilihat dari luar.
Mereka tidak pernah menampakan kesedihan ataupun kelemahan mereka pada orang lain. Mereka menyembunyikannya, dan itu cara mereka agar tetap hidup bahagia tanpa gangguan orang yang mencari kelemahan mereka.
Hari ini seperti rencana Fadil sebelumnya, mereka mendatangi sebuah Panti Asuhan yang terletak di dekat rumah Satria. Wajah Nayla yang imut semakin menggemaskan ketika memperlihatkan raut wajah yang kebingungan.
Fadil memang tidak memberitahukan sebelumnya kalau mereka akan berbagi kebahagiaan kepada anak-anak panti atas kehamilan Nayla.
Satria menyimpan kardus besarnya dilantai lalu dengan sigap Tania mengelap keringat yang melincur di pelipis suaminya.
"Gue belum ngerti buat apaan lo ke sini? Waktu itu lo belum kasih tahu gue." Satria ikut duduk di kursi sebelah Tania.
Fadil tersenyum lalu merangkul pundak Nayla. "Nayla hamil, dan ini gue mau berbagi ke anak-anak panti."
Tania tersentak lalu melepaskan rangkulan Fadil di pundak Nayla, Tania memeluknya erat. "Selamat Nayla sayang, ah gak nyangka."
Nayla membalas pelukan Tania dengan wajah gembira. "Makasih ya kak."
Satria merangkul Fadil dengan senyum yang tidak bisa diartikan. "Hebat! Lo bisa bikin bini lo hamil."
Fadil terkekeh lalu menepuk pundak Satria. "Di ajarin babang Sasat."
"Bangsat dong suami gue." Sela Tania, Nayla tertawa Fadil juga.
Nayla mendekat ke arah Fadil, lalu memeluknya. "Terima kasih ya? Aku gak nyangka kamu udah siapin ini semua. Aku seneng, lihat deh anak-anak begitu senangnya ketika mendapat mainan juga peralatan sekolah baru."
Fadil tersenyum lalu mengecup kening Nayla.
Fadil begitu senang jika pemberiannya akan diterima seantusias ini. Kevin- anak Satria dan Tania juga sangat bahagia bisa bermain dengan anak-anak panti.
Rasa syukur seperti ini lah yang hanya bisa Fadil dan Nayla berikan di sini. Semoga bayi yang dikandung Nayla baik-baik saja.
*****
Nayla mengeratkan selimutnya, dia benar-benar lelah melakukan aktivitas hari ini yang membuatnya sangat bahagia tapi juga lelah.
Fadil ikut bergabung dan satu selimut dengan istrinya. Fadil mengusap-ngusap perut Nayla yang masih datar. "Kapan buncitnya?"
Nayla terkekeh geli. "Nanti tunggu dedek besar ya Ayah." Jawab Nayla meniru suara bayi.
"Dedek kapan besarnya?"
"Ayah harus sabar."
"Ayah tiap hari sabar terus dek, apalagi kalau udah sama Ibu kamu." Kekeh Fadil.
Nayla mendengus kesal lalu mencubit hidung Fadil yang berada di sisi perutnya. "Ikhlas dong Yah."
"Ayah ikhlas Ibu." Jeda sebentar, "Ko jadi Ayah dan Ibu ya? Kenapa gak Ummi dan Abbi? Hehehe."
Nayla tertawa, lalu mengusap rambut Fadil. "Kalau udah masuk empat bulan, adain pengajian ya di Indonesia?"
Fadil mendongak lalu mengangguk. "Kita juga musti ngaji Nay, terus minum vitamin nya juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Imam
RomanceBerawal dari masa kecil yang sering bermain nikah-nikahan. Dan sebuah janji akan menikahi ketika sudah kembali. Sama-sama berjuang diawal dengan orang tercinta sangat tidak disukai oleh Fadil, Fadil adalah laki-laki gentlemant yang ingin berjuang se...