Fadil bimbang sama hal nya dengan Nayla yang melihat Fadil.
"Kamu kenapa sih? Ngajakin pulang mendadak ke Indonesia?"
Fadil menggeleng lalu tersenyum menarik kopernya. Beruntung, ada penerbangan 5 jam lagi dari waktu saat Fadil dan Nayla masih berbelanja.
"Jangan bohong, kita ini udah hidup lama , aku tahu gimana saat kamu bohong."
Fadil menoleh lalu memeluk Nayla. "Sepertinya Amang kamu salah telfon, Ayah aku kecelakaan, keadaannya kritis. Aku mohon, tetep di samping aku ya?"
Nayla tersentak lalu membalas pelukan Fadil yang terisak. "Kamu harus positif, Ayah pasti gak apa-apa, dia kuat."
*****
Perjalanan dari Amsterdam ke Jakarta dengan memakan waktu seharian ditambah 1 transit membuat Fadil gusar duduk di bangku pesawat dengan sangat tidak nyaman, Nayla yang melihatnya hahya bisa memijit bahunya pelan.
"Kamu tidur oke? Istirahat." Titah Nayla.
Fadil menoleh lalu menggeleng pelan.
"Kamu harus istirahat. Bagaimana mungkin nanti kamu kelelahan saat melihat Ayah, hm?"
Fadil tersenyum lalu memeluk pinggang Nayla lalu menyenderkan kepalanya dibahu Nayla.
Bagaimana mungkin Fadil yang selalu membuat dia bahagia bisa serapuh ini? Nayla juga merasakan genggaman tangannya menguat, Fadil pasti cemas akan keadaan sang Ayah.
Fadil tidak mempunyai kakak atau adik, sama halnya seperti Nayla. Mereka sama-sama anak tunggal. Yang dimana saat si tunggal pergi ia tidak bisa berkata 'Kak, Dek, titip Ayah sama Bunda ya selama aku gak ada.'
Nayla menatap cemas ke arah Fadil yang mengerang seperti menahan sakit, "Kamu kenapa?"
"Aku gak apa-apa Nay, kamu juga tidurlah." Ucap Fadil.
"Aku gak mungkin tidur disaat keadaan kamu kayak gini, masih lama kita untuk transit. Istirahatlah."
Nayla membenarkan kursi Fadil, agar bisa tertidur, "Istirahatlah, aku akan bangunkan kamu kalau sudah waktunya makan."
Fadil tersenyum. "Kamu juga tidur ya? Tetaplah di samping aku Nay."
Fadil mengecup punggung tangan Nayla, Nayla hanya tersenyum lalu mengangguk.
*****
Setelah seharian lebih duduk di pesawat dan transit di Singapore, akhirnya Fadil dan Nayla bisa menginjakan kaki di kediaman Fadil di Jakarta.
Fadil berlari ketika melihat sang Bunda dan Mertuanya duduk di taman belakang rumahnya.
"Assalamu'alaikum... Bunda, Mah, Ayah gimana?" Ucap Fadil.
Nayla menggeleng lalu mengusap punggung Fadil, "Jangan tergesa-gesa, duduk dulu."
Nayla tersenyum kepada Mamah dan mertuanya. "Assalamu'alaikum, Bunda, Mamah, Ayah gimana?"
Bunda Rike tersenyum, "Ayah masih di Rumah Sakit, ada Papah kamu yang nemenin sama Amang yang lainnya."
Risma menoleh kepada sang Mamah, "Lebih baik kalian istirahat dulu, perjalanan kalian tidak dekat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Imam
RomanceBerawal dari masa kecil yang sering bermain nikah-nikahan. Dan sebuah janji akan menikahi ketika sudah kembali. Sama-sama berjuang diawal dengan orang tercinta sangat tidak disukai oleh Fadil, Fadil adalah laki-laki gentlemant yang ingin berjuang se...