Fadil terbangun dari tidurnya tatkala alarm adzan diponselnya berbunyi. Fadil mengerjapkan matanya berkali-kali lalu mematikan ponselnya.
"Nayla bangun, kita belum sholat kan?"
Nayla menutup wajahnya dengan selimut, seperti enggan untuk membuka matanya.
"Udah sholat, aku tinggal jalan-jalan ya?"
Nayla menggeram kesal mendengar ucapan Fadil. Lalu segera beranjak dari tidurnya. Mengikuti Fadil yang sedang berwudhu dan mengikutinya kembali dari belakang untuk melaksanakan sholat shubuh yang dipimpin oleh Fadil.
Setelah melaksanakan sholat shubuh, Nayla kembali terlelap diatas sejadah. Fadil terkekeh melihat istrinya lalu membuka balutan mukena putih Nayla, setelah itu Fadil menggendong Nayla ke atas kasur dan membereskan mukena dan sejadahnya.
Semalam, Fadil dan Nayla memilih tinggal di Hotel dalam seminggu ini. Selain itu, hotelnya sangat dekat dengan Menara Eiffel dan tempat-tempat keren lainnya.
Fadil memilih membuka laptopnya dan memeriksa emailnya. Siapa tahu ada email masuk dari perusahaan atau rekan lainnya.
Nayla mencoba mengerjapkan matanya, perutnya dari tadi mengoceh minta diisi. Dan Nayla berhasil membuka paksa kedua matanya, lalu mata indahnya melihat Fadil yang sedang mengotak-ngatik laptopnya.
"Masih aja sibuk kerja. Niat ngajakin bulan madu gak sih?" Tanya Nayla menyenderkan punggungnya dikepala ranjang.
Fadil langsung menatap Nayla. "Udah bangun sayang?"
"Hm."
"Aku cuman cek email aja Nay. Udah kok gak maen laptop lagi." Fadil menyimpan laptopnya diatas sofa.
"Kan sebel, kalau gak niat mending pulang aja." Ketus Nayla.
Fadil terkekeh lalu ikut berbaring disisi Nayla dan menidurkan kepalanya dipaha Nayla. "Jangan cemburu sama laptop lha Nay."
"Habisnya, kamu suka asik sama kerjaanmu sendiri. Katanya kita ke sini mau bulan madu. Jangan omong doang kamu, Mas." Jawab Nayla mengusap-ngusap rambut Fadil yang berada dipahanya.
Fadil beringsut menjadi duduk, lalu mndekat ke arah Nayla. "Kita lakuin sekarang. Aku terlalu peka untuk mencerna ucapanmu sayang. Sebentar."
Fadil berjalan ke arah gorden yang sudah dibuka menutupnya kembali tanpa berniat menutup jendela balkonnya. Dan Fadil juga mematikan lampu.
"Aku tidak suka kalau terang dan banyak cahaya masuk."
Nayla bungkam menunggu apa yang akan Fadil lakukan selanjutnya.
"Mari kita ikhtiar agar punya anak."
Nayla diam.
"Kata Nabi jangan langsung ketika kita ingin menyetubuhi istri itu. Harus dari yang kecil dulu." Jeda sebentar, "Bissmillahi Allahumma jannibnas-syaithoona wa jannibnis syaithoona maa rozaktanaa."
Sebuah getaran yang mengantarkan mereka berdua pada puncak surga dunia. Saat ini Nayla bersyukur karena Fadil melakukannya dengan penuh aturan. Karena, selalu ada do'a yang ia ucapkan ketika mencapai surga dunia itu.
Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad, wa ala ali sayyidina Muhammad...
"Ya Allah, jadikanlah nuthfah kami ini menjadi keturunan yang baik (sholeh)."
"Ya Allah, berikanlah kemudahan kami untuk mempunyai keturunan. Berikanlah kepercayaanmu kepada kami. Sungguh kami hanya manusia yang bisa berdo'a dan berusaha." Batin Fadil.
*****
Nayla mengeratkan pegangannya pada Fadil ketika mereka sedang berjalan dikeramaian pusat kota. Tujuan mereka kali ini adalah menara Eiffel. Dan akan mencoba naik sampai ke atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Imam
RomanceBerawal dari masa kecil yang sering bermain nikah-nikahan. Dan sebuah janji akan menikahi ketika sudah kembali. Sama-sama berjuang diawal dengan orang tercinta sangat tidak disukai oleh Fadil, Fadil adalah laki-laki gentlemant yang ingin berjuang se...