16. Perfect Imam-Bahagia

1K 87 8
                                    

Nayla tersenyum senang ketika Fadil memperlihatkan dua tiket pesawat. Senyumnya tambah mengembang ketika Fadil berkata bahwa mereka akan pergi untuk berbulan madu.

"Berapa hari mas nanti di sana?"

"Dua minggu, cukup gak?"

Nayla menimang-nimang. "Gimana kalau satu minggu di sana dan satu minggu di Indonesia?"

"Maksudmu?"

"Aku pengin ke Bandung." Jawab Nayla.

Fadil menggeleng. "Yang ada kamu ngelupain aku, kan sedih dilupain itu. Negara lain saja?"

Nayla mendengus. "Ah kamu, gimana nanti aja deh."

Fadil mengangguk. "Baiklah, sekarang bersiaplah Nay. Lusa kita berangkat, dan bawalah pakaian yang sekiranya dibutuhkan."

"Kenapa? Kita lama loh traveling nya?"

Fadil menyeringai. "Kata siapa kita mau traveling saja? Kita sekalian honey moon lha Nay. Kita coba program kehamilanmu di sana, gimana? Tidak sesuai dengan prediksimu kan?"

Nayla bungkam.

Fadil terkekeh lalu mencolek dagu Nayla. "Yang katanya aku harus peka, ternyata lebih peka ya? Naylaku ingin segera mempunyai momongan."

Nayla terkekeh. "Lalu kenapa Mas pura-pura bego saat kemarin-kemarin?"

"Ah, itu hanya sebagian dari skenario aku saja."

Nayla mencubit hidung Fadil kembali lalu terkekeh.

"Gak nyangka ternyata suamiku sudah mempersiapkan semuanya. Lebih indah malah."

"Makannya jangan marah-marah terus, lebih indah kan?"

Nayla mengangguk, kebahagiannya sungguh membludak sekarang. Fadilnya begitu perhatian dan tau apa yang Nayla inginkan, tapi Fadil memberikan lebih dari apa yang Nayla inginkan.

Bak seorang Ratu sekarang Nayla merasakannya, senyuman manisnya tidak luntur tatkala Fadil mengatakan bahwa mereka akan pergi untuk berbulan madu.

Nayla menjadi geli sendiri membayangkan bagaimana bulan madunya bersama Fadil. Tapi, apakah Fadil tahu bahwa Nayla masih terganggu dengan kesibukan pekerjaan Fadil?

Senyuman Nayla tiba-tiba luntur dari bibirnya, Nayla menghembuskan nafasnya berat. Ia tidak boleh seperti ini, ia harus bisa mengerti bagaima pekerjaan Fadil.

Sedari tadi Fadil memperhatikan Nayla yang sedang memasukan pakaiannya kedalam koper, Fadil tahu apa yang sedang dipikirkan Nayla, tapi Fadil diam saja.

"Nay, kita gak akan ke Pantainya loh? Masa dari tadi masukin bikini terus. Seandainya kita ke Pantai pun, aku tidak akan membiarkan kamu pake bikini." Ucap Fadil santai ketika Nayla hampir memasukan semua pakaian dalamnya kedalam koper.

Nayla tersadar lalu terkekeh. "Oh iya lupa."

"Lagian mikirin apa sih? Sampe gak sadar masukin itu semua?" Fadil mendekat ke arah Nayla dan memegang kedua bahunya.

Nayla menggeleng. "Apa ya? Nggak ada,ha ha ha."

Nayla tersenyum lalu menutup kopernya, lalu membawa koper kosong lainnya. "Mas mau bawa baju apa saja?"

Fadil menggeleng. "Aku sudah mempersiapkan keperluanku. Siapkanlah keperluanmu saja."

Nayla mengangguk lalu kembali dengan aktivitasnya, mempersiapkan keperluannya.

"Nay?"

"Hm?"

"Aku jarang mendapat tagihan dari kartu kredit yang aku kasih ke kamu. Kamu suka pake kan Nay?"

Perfect ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang