9. Perfect Imam-Senandung Pulau Cinta

1.3K 90 4
                                    

Nayla memeluk Risma dan Wira secara bergantian dengan tangisan yang masih ada tentunya.

"Mamah sama Papah, kan kalau pulang Nayla udah gak ada di Indonesia lagi."

Nayla memeluk Risma erat, sementara Wira dan Fadil hanya bisa melihat perpisahan antara mereka.

Wira tersenyum lalu memeluk anak tunggalnya itu. "Nanti kalau Papah ada terbang ke Jerman, Papah akan bawa Mamah kamu, dan kita meet up disana."

Nayla tersenyum lalu mengangguk. Dengan segera Fadil memeluk Nayla dari samping. Dan pengumuman keberangkatan pesawat ke Italy pun terdengar.

"Sudah jangan nangis ya. Anak Papah 'kan udah punya Fadil." Wira mengusap pipi Nayla. Lalu pandangannya beralih kepada Fadil. "Titip anak Papah ya, Dil. Didik dia dengan kesabaran kamu, dia masih childish tapi Papah yakin dia bisa jadi istri yang baik kalau di didik sama kamu. Dan tolong jangan sampai memarahi dia kalau keadaan kamu sedang tidak baik."

Fadil mengangguk lalu tersenyum. Wira dan Fadil melihat Nayla yang masih memeluk Risma. "Kamu harus jadi istri yang baik ya. Kapan-kapan Mamah pasti main kesana."

Nayla melepaskan pelukannya lalu tersenyum mengangguk.

Wira mengaitkan tangannya dengan tangan Risma. "Ya sudah. Kalau gitu kami mau pergi dulu ya? Doain supaya pembuatan adik untuk Nayla berhasil, hehehe."

Nayla dan Fadil mengangguk lalu mencium tangan Risma dan Wira.

*****

Nayla mengusap-ngusap rambut Fadil dengan sangat lembut.

"Ada kutunya gak Nay?"

Nayla terkekeh. "Banyak nih. Jorok ya kamu gak pernah keramas ya atau diambil kutunya."

"Ya 'kan sengaja. Biar kamu aja yang ambil kutu-kutunya, supaya kamu lebih sering usapin aku, hehe."

Nayla tertawa sambil mencubit pipi Fadil. "Oh ya, tiga hari lagi 'kan kita berangkat ke Berlin."

"Terus?"

"Gimana kalau sekarang kita kencan dulu?"

Fadil beranjak dari tidurnya. "Kencan kemana?"

"Aku pengen ke Bandung, ke Rumah Paman aku."

Fadil terdiam seperti sedang berfikir. "Tapi bakalan sebentar Nay, kalau kita kesana."

Nayla memicingkan matanya, lalu mengangguk. "Taman Mini?"

Fadil menggeleng lalu beranjak mengambil ponselnya seperti akan menghubungi seseorang. Setelah itu Fadil kembali dan tersenyum manis kepada Nayla.

"Siap-siap gih, aku akan bawa kamu ke suatu tempat, dan jangan lupa bawa baju ganti juga cukup dua aja. Siapin punya aku juga ya?" Fadil mengedipkan matanya.

"Mau kemana emangnya?"

"Nyulik kamu."

"Aku serius ih Mas."

"Rahasia. Dan jangan lupa bawa pakaian renang juga, ya."

Nayla menatap Fadil tak suka. Ahhh Fadil banyak rahasia, tapi Nayla tetap menurutinya dengan segera bersiap dan berkemas.

*****

Fadil menghentikan mobilnya diparkiran, Nayla memicingkan matanya mendelik ke arah Fadil dengan tatapan penasaran.

"Mau ngapain ke Dermaga?" tanya Nayla.

Yaa... Benar sekali! Fadil membawa Nayla ke Dermaga. Tepatnya Dermaga Muara Angke, pertanyaan Nayla hanya dijawab kekehan oleh Fadil.

Perfect ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang