22. Perfect Imam-Abu Hitam

751 52 1
                                    

Fadil berdiri dibelakang Nayla yang sedang menyisir rambutnya. Fadil tersenyum ketika Nayla menjadi gugup dibuatnya.

"Kayak pacaran aka ya kita." Ucap Fadil memeluk Nayla dari belakang.

"Gak apa-apa lha, pacaran udah halal itu kan enak." Ucap Nayla.

"Nay?"

"Hm?"

"Kalau Dina ke sini, buat jengukin Ayah, kamu jangan cemburu ya?"

Nayla diam mencoba mengingat. "Dina pacar kamu itu? Yang aku ketemu di Jerman."

Fadil mengangguk. "Bukan pacar aku sayang. Dina juga udah tahu dari Ayahnya kalau aku udah punya kamu."

Nayla menoleh. "Kamu udah kasih tau Ayahnya?"

Fadil mengangguk. "Waktu itu kan udah. Pikun ah istriku."

Nayla berdecak lalu mencubit hidung Fadil. "Enak aja. Oh ya, aku cubit hidung kamu nih. Ngomong sana sama Bunda."

Fadil terkekeh. "Bunda bilang ya aku ngadu?"

"Iya lha. Kan Bunda ada di tim aku, wle."

Fadil mengacak rambut Nayla.

"Mau ke Rumah sakit jam berapa?" Tanya Nayla.

"Emang kamu udah mandi?"

Nayla mengangguk.

"Ya udah, aku mandi dulu. Mau makan di rumah apa di luar?"

"Di rumah aja, kasian udah pada masak."

Fadil mengangguk lalu melepaskan pelukannya. "Peluk kamu, aku kayak peluk adik aku sendiri."

Nayla mendengus. "Kan aku masih imut."

"Iya, coba kamu nafsu makannya ditambah, biar tambah gede, biar enak dipeluk, jangan cuman malem aja nafsunya nambah." Fadil tertawa.

"Mas Fadil cabul!"

*****

Nayla mengeratkan gandengannya saat berjalan di koridor rumah sakit bersama Fadil. Ia tidak mau ada perawat atau dokter yang melihat bahwa Fadil masih sendiri.

"Fadil!"

Teriakan seseorang membuat langkah Fadil dan Nayla berhenti, Fadil memasukan ponselnya ke dalam saku celananya.

"Eh, Dina, apa kabar? Udah sehat?" Tanya Fadil.

Nayla mendengus, ternyata Dina, yang sekarang sudah masuk catatan 'Singkirin Aja' punya Nayla.

"Iya masih pengobatan, Ayah kamu gimana? Aku mau tengokin dia."

Fadil memicingkan alisnya. "Tapi aku bingung bagaimana kamu tahu kalau Ayah aku masuk rumah sakit? Lalu, kamu kan gak ada sodara atau apapun di Indonesia."

"Itu mudah Fadil, dengan uang kamu akan tahu semuanya. Kamu tidak usah bergerak mencari, tapi kamu cukup bergerak memerintah untuk bertemu apa yang kamu cari."

Sulit di duga, Fadil paham maksud dari Dina, Dina mencari keadaanya, dan kondisi keluarganya agar menjadi acuan untuk bertemu dengannya.

"Berarti si pencari, tahu juga keadaan yang dicari?"

Dina mengangguk. "Aku tahu, tapi aku akan pura-pura gak tahu."

Nayla menyipitkan matanya semakin tidak paham apa yang mereka katakan, Fadil juga tak menghiraukan keadaan Nayla, jadi Nayla memilih lebih baik meninggalkan mereka dan pergi ke ruangan sang mertua terlebih dahulu.

"Kamu tahu aku udah nikah? Kamu juga tahu kalau Nayla bukan adik aku kan? Dia istri aku!"

Dina mengangguk.

Perfect ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang