Senin ini Jaka masih belum merasa lebih baik. Padahal dia sudah melakukan konsultasi pada Lia, tapi tetap saja tidak menemukan solusi apa-apa. Baiklah, ini memang salah Jaka yang sudah menerima tantangan Vian. Jaka pasti nanti minta maaf kok, tapi kenapa kepribadian gandanya itu tidak juga mau keluar sih?
Jaka sekarang jadi merasakan ketidakbergunaan Vian yang berada di tubuhnya. Kalau memang ingin berbagi tubuh, seharusnya Vian melakukan tugas dengan benar dong. Jika memang Vian marah, apa Jaka harus membuatnya mengambil alih kesadaran secara paksa?
"Ah, Jaka, pagi."
Pandangan Jaka mengarah ke Putri yang menyapanya, mungkin dia memang harus memakai cara terakhir untuk membuat Vian menggantikan posisinya. Setelah memastikan tidak ada orang lain di lorong sekolah, Jaka mendekati Putri kemudian menciumnya.
Putri tentu terkejut ketika keningnya tiba-tiba dicium. Dan lagi ini bukan ciuman singkat yang pernah dilakukan oleh Vian, cowok ini menciumnya cukup lama. Dan kenapa pula Putri tidak mencoba mendorongnya menjauh seperti biasa?
Saat melihat cowok itu sudah menghentikan ciumannya, Putri merutuki dirinya yang tidak tahu harus merasakan apa. Jelas Putri merasa kesal, tapi dia juga merasa senang bisa dicium seperti ini.
Ugh... apa Putri sekarang sudah benar-benar menyukai Vian?
"Kenapa Jaka menciummu begini sih?"
Putri mendorong cowok yang tadi sempat memeluknya, heran dengan ucapan yang baru dikatakan, "Tadi apa katamu?"
"Yang tadi menciummu Jaka."
"Mana mungkin dia melakukannya! Vian tidak perlu membela diri dengan menuduh Jaka segala deh."
Vian menghela napas, memang selama ini dia selalu menyalahkan Jaka sampai Putri bicara seperti ini? "Kami kemarin sempat bertengkar. Aku menerima tantangan Jaka untuk tidak mengambil alih kesadaran apapun yang terjadi."
Ekspresi Putri terlihat semakin tidak percaya. Jadi tadi memang Jaka yang menciumnya? Jaka yang melakukannya? Ini serius kan?
Vian berdecak kesal, "Jangan memasang wajah senang begitu deh. Rasanya menyebalkan tahu karena Jaka melakukan hal yang paling dibencinya hanya untuk membuatku mengambil alih kesadaran."
"Walau Jaka melakukannya dengan terpaksa, aku senang dengan apa yang sudah dia lakukan,” gumam Putri sambil menunduk.
Vian tidak menanggapi ucapan itu, dia jauh lebih ingin mengajukan protes pada Jaka, ‘Kenapa harus menciumnya?’
‘Aku melakukannya untuk membuatmu mengambil alih kesadaran.’
‘Tapi tidak harus mencium juga kan?’
‘Hanya ingin memastikan kalau kau benar-benar akan keluar.’
‘Aku juga pasti keluar kok walau kau sekedar memeluknya!’
‘Kalau memang cemburu, cium saja dia lagi.’
Oh, Vian pasti akan melakukannya. Tapi mengetahui Jaka sudah memenangkan perdebatan, Vian tidak ingin melakukannya dulu, "Kau sungguh menyebalkan, Jaka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alter Ego
Novela JuvenilPutri Yuniata hanya ingin membuat pernyataan cinta yang dilakukannya sebagai langkah awal untuk bisa semakin dekat dengan seorang Jaka Mahardika. Tapi ternyata pernyataan cinta ini justru membawa Putri pada sebuah perjalanan cinta yang aneh dan juga...