Mau mengalami Alter Ego ataupun sudah sembuh, kenyataan tetap menyuruh Jaka untuk sesekali menginap di rumah ayah tirinya. Jaka mungkin bisa memaafkan kesalahan yang sudah dilakukan sang ibu, tapi Jaka tetap tidak mau mengakui sekarang sudah punya ayah baru.
Walau sang ayah tiri jauh lebih baik, mau membelikan apapun yang Jaka mau, dan juga menganggap Jaka sudah seperti anak sendiri. Yang Jaka akui sebagai ayah tetaplah Nakula.
Memang dulu Nakula sering marah-marah, bahkan sampai main tangan. Tapi Jaka tetap menolak menerima kehadiran ayah baru.
Mungkin ini yang namanya ikatan batin. Walau Nakula sampai memberikan trauma, Jaka tetap sayang pada sang ayah. Hanya saja rasa sayang Jaka pada Nakula tidak bisa membuatnya selalu menolak jika diajak menginap ke rumah sang ayah tiri.
Jaka memang sukses dipaksa, tapi yang dia lakukan hanya tidur di kamar atau bermain ponsel. Jaka menolak semua fasilitas yang tersedia di kamarnya. Padahal ini adalah kamar yang diidam-idamkan anak seusianya. Ada tv di dalam kamar, AC, playstation, laptop dengan harga mahal, ponsel belasan juta yang masih berada di dalam bungkusnya, dan WiFi dengan kecepatan tinggi.
Tapi yang Jaka gunakan hanya tempat tidur yang sedang dipakai untuk tiduran, dan listrik untuk men-charger ponsel. Hanya dua itu saja, yang lain terabaikan.
Apa Jaka sudah jadi anak yang kurang ngajar? Mungkin iya kalau sampai membuat Puspa harus marah-marah, tapi tidak kalau untuk membuat ayah tirinya merasa kecewa.
Walau sudah bercerai, yang berstatus ayah dan ibu tidak akan pernah berubah. Jika kedua orang tuanya memang harus sampai menikah lagi, Jaka tidak menganggap orang itu sebagai pengganti orang tua kandungnya.
"Mas Jaka."
Mata Jaka yang sedang menatap layar ponsel beralih ke arah seseorang yang memanggilnya. Seorang anak kecil berjenis kelamin perempuan, umurnya empat tahun lebih beberapa bulan. Dia sedang menatap Jaka dengan penuh harap, "Temani aku main ya?"
"Tidak mau," tolak Jaka yang kembali menatap ponsel dan mengabaikan anak yang merupakan adiknya. Anak dari ibu dan ayah tirinya, jadi secara langsung menjadi adik dari Jaka.
"Mas Jaka kan jarang menginap di sini, jadi temani aku main ya?"
"Lebih baik Cindy keluar rumah dan cari teman yang bisa diajak bermain."
Cindy menarik baju yang Jaka pakai dengan pelan, "Aku tidak boleh main ke luar, jadi Mas temani aku bermain ya?"
"Aku sedang sibuk belajar," yang sedang Jaka lakukan sesungguhnya adalah saling mengirim chat dengan Putri, tapi ini adalah satu-satunya alasan yang membuat Cindy menyerah memaksanya.
Puspa memang menyuruh Jaka agar bisa dekat dengan Cindy, tapi Cindy dilarang mengganggu Jaka yang sedang belajar oleh sang ayah tiri.
Karena permintaannya ditolak, Cindy berlari keluar dari kamar. Jaka dapat menebak apa yang berikutnya akan terjadi. Cindy mengadu pada Puspa dan dia pun dimarahi.
Jaka jadi penasaran apa yang biasanya Vian lakukan saat berada di rumah ini. Sayang sekali Jaka tidak mendapat ingatan tentang itu, padahal dia ingin melakukan hal yang sama juga. Ini memang pertama kali Jaka datang ke rumah ayah tiri saat sudah tidak ada Vian dalam dirinya.
Jaka mengambil posisi duduk di atas tempat tidur sambil melihat ke arah pintu, menunggu kedatangan Puspa. Mungkin kemarahan Puspa bisa memberi informasi apa yang biasanya Vian lakukan.
Pintu kamar terbuka, dan memang ada Puspa yang berjalan masuk, "Jaka, kenapa kamu selalu membuat Cindy menangis sih?"
Jaka menatap Cindy yang bersembunyi di belakang Puspa, tapi gadis kecil itu tidak sedang menangis, "Aku tidak suka anak kecil."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alter Ego
Novela JuvenilPutri Yuniata hanya ingin membuat pernyataan cinta yang dilakukannya sebagai langkah awal untuk bisa semakin dekat dengan seorang Jaka Mahardika. Tapi ternyata pernyataan cinta ini justru membawa Putri pada sebuah perjalanan cinta yang aneh dan juga...