(Sebelum Alter Ego Chapter 28)
Setelah sampai rumah, Jaka langsung berbaring di atas tempat tidur. Seperti biasa kegiatan sekolah banyak menguras tenaga, dan hari ini terasa semakin melelahkan lagi saat mengingat Putri.
Tadi dia memang mengajak Putri kencan. Jaka juga tidak mengerti kenapa mendadak mengajak kencan padahal sebelumnya mereka sedang membicarakan tentang orang tuanya.
'Hei.'
Kelopak mata Jaka yang sempat terpejam langsung terbuka untuk merespon Vian yang ingin mengajak bicara.
'Kurasa aku sudah bisa menyatu denganmu.'
Jaka dengan cepat langsung bangkit dari posisi tidurnya kemudian berpindah ke ujung kasur untuk duduk menghadap cermin. Dia ingin menatap tubuhnya, menatap Vian yang juga berada di tubuh ini, "Kita bisa menyatu? Bagaimana caranya?"
'Tidak perlu disuarakan! Bagaimana jika Ayah dengar? Dan kau juga bisa membuat Kakek khawatir jika melihatmu sedang bicara sendiri.'
Jaka menghela napas kemudian memasang ekspresi serius sambil menatap iris coklat tuanya yang terpantul di cermin, 'Jadi bagaimana caranya? Kenapa terkesan sangat mudah dilakukan?'
'Untuk masalah keluarga, sepertinya tidak menjadi sesuatu yang rumit lagi. Sekarang keberadaanku hanya menjadi pelarianmu yang tidak bisa juga merasakan cinta.'
'Oke, memang aku sudah bisa mengatasi Ayah ataupun Ibu, tapi aku kan belum percaya cinta. Lalu bagaimana kita bisa menyatu kalau hal itu belum terjadi?'
Andai Vian yang sedang mengambil alih kesadaran, dia pasti akan menghela napas, 'Ya, benar. Tapi Putri sudah menerimamu dengan segala macam sifat yang kita miliki, hanya itu kan yang kau butuhkan?'
Jaka menatap ke arah telapak tangan kanannya, 'Aku tidak ingin menyakitinya.'
'Sebelum mengalami Alter Ego, apa kau pernah bersikap kasar pada perempuan? Aku sangat yakin kau tidak mungkin menyakiti orang lain tanpa suatu alasan yang jelas.'
'Aku bisa saja nantinya menyukai perempuan lain.'
'Kau belum menikahinya! Jangan berpikir berlebihan deh, untuk saat ini tidak ada yang salah walau kau sampai menyukai perempuan lain,' Vian lama-lama merasa aneh dengan semua jawaban yang diberikan Jaka.
'Ugh... baiklah, kau menang. Tapi itu tidak menjelaskan bagaimana kita bisa bergabung.'
Jaka mungkin sering lelah menghadapinya, tidak aneh kalau Vian juga bisa merasakan hal yang sama, 'Aku juga tidak begitu yakin. Tapi jika kau bisa disentuh Putri dan aku tidak menggantikanmu selama kencan nanti, Jaka harus terima sudah tertarik dengannya. Ini sebuah kemajuan.'
Selama ini Jaka tidak mudah menyentuh seorang perempuan karena ada kemungkinan Vian menggantikannya. Jadi jika kesadarannya tak terganti, itu memang sebuah kemajuan. Tapi rasanya ini masih belum meyakinkan.
'Ya sudah besok coba datang saja ke tempat praktik Bu Lia.'
•
"Vian mengatakan kami sepertinya sudah bisa bergabung."
Baru juga datang dan duduk di hadapannya, Jaka mendadak bicara hal yang begitu mengagetkan, wajar Lia sempat terpaku sejenak, "Kalian bisa menyatu? Bagaimana caranya? Kita sudah melakukan berbagai cara selama enam tahun dan selalu gagal."

KAMU SEDANG MEMBACA
Alter Ego
Fiksi RemajaPutri Yuniata hanya ingin membuat pernyataan cinta yang dilakukannya sebagai langkah awal untuk bisa semakin dekat dengan seorang Jaka Mahardika. Tapi ternyata pernyataan cinta ini justru membawa Putri pada sebuah perjalanan cinta yang aneh dan juga...