Sel, 10 Juni
Iris coklat tua milik Jaka membaca berulang kali apa yang sedang ditampilkan di layar ponselnya. Hari ini benar-benar tanggal sepuluh? Padahal Jaka terakhir datang ke sekolah tepat di awal bulan, tanggal dua Juni. Lalu kenapa ada banyak sekali tanggal yang dilewatinya?
Vian mengambil alih kesadaran selama seminggu? Kenapa lama sekali? Apa yang sebenarnya terjadi? Tidak, yang seharusnya Jaka tanyakan adalah, masalah apa saja yang sudah Vian berikan padanya selama seminggu ini?
Vian kan tidak suka belajar, apa nilai pelajaran Jaka baik-baik saja? Ini pertama kalinya Jaka merasa begitu enggan berangkat ke sekolah dan mengikuti pelajaran. Kalau bisa, ingin rasanya Jaka membolos hari ini.
Biarkan Jaka melakukan konsultasi atau terapi dulu ke tempat praktik Lia baru bisa mendatangi sekolah dengan jauh lebih tenang.
Jaka menatap koridor sekolah yang dilewati siswa-siswi lain yang juga baru datang dengan tatapan malas. Karena sudah terlanjur sampai sekolah, lebih baik hadapi masalah yang sudah Vian perbuat.
"Pagi Vi-... Jaka."
Melihat Putri mendekatinya dan menyapa, Jaka secara refleks langsung mengambil jarak untuk menjauh. Dan untungnya gadis ini langsung tahu siapa yang sekarang sedang mengambil alih kesadaran, "Ya, pagi, dan tolong jangan buat Vian mengambil alih kesadaran lagi."
"Maafkan aku. Aku sungguh tidak sengaja mengatakannya," seolah diingatkan dengan kesalahan yang sudah dilakukan, Putri menunduk untuk menunjukkan penyesalannya.
Jaka berdecak kesal, "Vian mengambil waktuku selama seminggu. Dia juga mengabaikan tugas-tugas sekolah, menyampaikan pesan hanya dengan mengatakan kalau dia terus mendekatimu. Dan yang paling membuat kesal adalah, aku sudah melewati waktu saat Vian muncul tanpa mengingat apapun. Apa kamu mengerti masalah yang kualami karena kesalahanmu?"
"Habis Jaka tersenyum padaku."
Tentu Jaka masih sangat ingat salah satu alasan Putri mulai menyukainya, tapi kesalahan kecil yang dilakukan gadis ini sudah membuat Jaka mendapat masalah yang besar, "Tolong lain kali kendalikan dirimu."
"Baik."
"Sudahlah, aku harus membereskan masalah yang dibuat Vian," gumam Jaka yang kembali berjalan menuju kelas dengan lemas. Dia sudah merasa lelah duluan walau belum mulai melakukan apapun.
Putri mengikuti dari belakang, menjaga jarak agar tidak melakukan kesalahan lagi, "Vian tidak terlalu membuat masalah kok."
Jika niat, Vian memang bisa menjadi dirinya selama berhari-hari sampai berminggu-minggu. Tapi Jaka tetap mendapat masalah walau Vian tidak membuat masalah yang berarti, "Dia sudah membuatku tidak masuk sekolah selama seminggu, di sana masalahnya."
"Umm, kalau ada yang bisa kubantu katakan saja."
"Kamu ingin bertanggung jawab?" tanya Jaka sambil melirik ke arah Putri.
Putri mengangguk dengan ragu, "Jika Jaka mengizinkan."
Daripada pusing sendiri karena tidak tahu yang sudah dilakukan oleh Vian, sepertinya tak masalah menerima tawaran ini. Tentu saja dengan catatan Jaka harus jauh lebih berhati-hati lagi saat sedang bersama dengan Putri, "Baiklah, kalau begitu nanti setelah jam pulang sekolah temui aku di perpustakaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alter Ego
Teen FictionPutri Yuniata hanya ingin membuat pernyataan cinta yang dilakukannya sebagai langkah awal untuk bisa semakin dekat dengan seorang Jaka Mahardika. Tapi ternyata pernyataan cinta ini justru membawa Putri pada sebuah perjalanan cinta yang aneh dan juga...