27 - Keputusan -

2.3K 199 0
                                    

Hari ini Putri memutuskan untuk menemui Vian, dia mau melakukan ini atas permintaan Lia dan disetujui juga oleh Wijaya. Tapi setelah tahu Jaka yang sedang mengambil alih kesadaran, Putri justru ragu. Karena kalau ingin menemui Vian, berarti dia harus mengatakan suka pada Jaka.

Memang Putri sudah cukup sering melakukannya, tapi dia masih merasakan gugup. Setelah mencoba menetapkan hati untuk bicara secepatnya, Putri memulai dari memanggil dulu, "Jaka."

Langkah Jaka yang berniat ingin pulang terhenti untuk menengok dan menatap Putri dengan pandangan malas, "Ada apa?"

Putri menunduk, merasa sedikit bersalah akan memanggil Vian secara paksa, "Aku ingin minta maaf padamu."

Jaka mengernyit tidak mengerti, apa maksud Putri tiba-tiba minta maaf? Gadis ini sadar sudah mengganggunya?

"Aku suka pada Jaka."

Jaka tidak sempat merasa bingung karena Vian sudah menggantikannya, tapi siapa pun yang mengambil alih kesadaran pasti merasa bingung dengan pernyataan cinta dadakan ini, "Kenapa tiba-tiba mengatakan suka?"

"Aku harus mengatakan suka pada Jaka kalau ingin bicara dengan Vian kan?"

Vian mengangguk mengerti, jadi pernyataan cinta tadi dilakukan untuk memanggilnya ya? "Memang Putri ingin bicara apa? Kok  repot-repot memaksaku keluar segala?"

Putri melihat ke arah lain, merasa tidak nyaman dengan beberapa orang yang memperhatikan mereka, "Kita bicara di tempat lain saja."

"Ya sudah, ayo ke perpustakaan!" ajak Vian yang langsung menggandeng tangan Putri kemudian berjalan ke arah perpustakaan yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempat mereka berdiri.

"Bu Lia sudah menceritakan tentang ayahmu," setelah mereka duduk berhadapan di ruang perpustakaan yang sepi, Putri mulai bicara.

Vian menaikkan salah satu alisnya, merasa puas Putri sudah tahu, "Aku tidak perlu menceritakannya ya? Baguslah."

"Kudengar ayahmu sedang pulang ke rumah."

"Tadi malam datangnya, Ayah di rumah selama seminggu. Dan aku menolak jika Putri ingin ke rumah untuk menemuinya."

Kan dulu dia disuruh bertemu secara langsung, kok sekarang Vian malah melarang? Tapi Putri tidak ada niat juga sih mendatangi rumah cowok ini lagi, "Aku hanya ingin tahu pendapat Vian mengenai ayahmu saja kok."

"Karena sudah cukup lama tidak bertemu, yang kurasakan seperti anak lain yang kangen pada ayahnya. Tapi entah kenapa aku tidak bisa terlalu dekat dengannya."

"Apa karena ayahmu menjadi salah satu alasan yang membuatmu mengalami Alter Ego?"

Vian menghela napas, "Tentu saja, mana mungkin aku bisa menghadapi seseorang yang membuatku mengalami masalah ini dengan begitu mudah."

Putri menatap cowok yang duduk di hadapannya dengan serius, "Tapi mereka orang tuamu."

"Mereka dulu sering memukulku, tidak memperhatikanku, saat bersamaku pun yang dilakukan hanyalah bertengkar. Apa itu yang dinamakan orang tua?"

"Aku memang tidak tahu apa yang kau rasakan karena tidak mengalami semua itu. Tapi apapun yang mereka lakukan, mereka tetaplah orang tuamu."

'Kenapa dia ikut campur sampai seperti ini sih?'

Vian mengusap kepalanya saat mendengar suara Jaka yang berkomentar, dia sih tidak masalah harus sedikit melakukan perdebatan, "Putri pasti sudah mendengar apa yang mereka lakukan padaku kan? Lalu kenapa kamu masih membela mereka?"

"Aku tidak membela siapa pun, Vian. Ini murni tanggapanku sendiri."

"Jadi bagimu apa yang dulu mereka lakukan wajar?"

Alter EgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang