Putri memperhatikan rumah yang berada di hadapannya dengan seksama. Rumah Jaka ternyata tidak terlalu jauh dari sekolah, terletak di sebuah perumahan dan membuatnya terlihat sama dengan rumah di samping kanan kirinya.
"Bisa kau buat Vian menggantikanku sekarang?"
Aktivitas memperhatikan rumah yang dilakukan Putri langsung beralih untuk menatap cowok yang sedang bersamanya, "Apa?"
"Panggilkan Vian keluar," ulang Jaka dengan nada memerintah.
"Tidak mau. Memang kenapa harus membuat Vian menggantikanmu?" Putri langsung menolak, dia sungguh tidak ingin melakukan hal yang berpotensi merugikan diri sendiri.
Jaka menyilangkan kedua lengannya sambil menatap pintu rumah yang masih tertutup, "Aku tidak tahu harus mengatakan apa pada Kakek. Jauh lebih wajar jika Vian yang membawa perempuan ke rumah."
Putri mengerti kondisi Jaka yang tidak bisa berdekatan dengan perempuan, dan pasti menjadi sangat aneh jika Jaka yang mengajaknya begini, "Jaka sendiri yang pernah memperingatiku tentang Vian, aku tidak mau dia melakukan hal aneh."
Sebenarnya Jaka juga mengkhawatirkan hal yang sama, mungkin lebih baik dia mengambil pilihan lain, "Ya sudah, aku akan berpura-pura menjadi Vian. Jadi anggap aku sebagai Vian apapun yang terjadi."
Sebelum Putri mengerti, Jaka sudah dulu membuka pintu rumah, "Aku pulang."
Walau tidak ada yang menyahut, Jaka tetap melangkah memasuki rumah. Putri yang mengikuti dari belakang hanya dapat memperhatikan ruang tamu yang sudah dimasukinya.
"Oh, kamu sudah pulang, Jaka. Siapa perempuan ini?" tanya seorang perempuan yang baru keluar dari salah satu ruangan.
"Pacarku."
Wanita paruh baya itu menghela napas, "Vian... Jaka bisa marah kalau tahu kamu membawa perempuan ke rumah."
Jaka tersenyum melihat wajah khawatir orang yang berdiri di hadapannya, "Tante Dian tidak perlu cemas, aku tidak akan melakukan apapun kok."
"Ya sudahlah. Oh ya, ibumu mau datang sebentar lagi, jadi Tante kembali pulang dulu ya?"
Jaka menunduk, kenapa ibunya harus datang sekarang?
Dian tersenyum sambil mengusap kepala Jaka dengan lembut, "Jika Vian tidak ingin bertemu dengan dia, suruh saja Jaka yang melakukannya."
Jaka kembali tersenyum, Dian memang selalu baik pada dirinya ataupun pada Vian, "Tidak apa. Aku lebih takut pada Jaka yang marah padaku, apalagi kalau dia tahu aku membawa perempuan ke rumah."
"Baiklah, Tante pergi sekarang ya!"
Kenapa terburu-buru sekali? Apa ibunya akan datang dalam hitungan menit? Walau merasa bingung, Jaka tetap memastikan Dian sudah benar-benar pergi dari rumah barulah menatap Putri yang terlihat bingung dengan interaksi yang tadi dilakukannya, "Dia tanteku, adik dari ayahku. Vian sudah menceritakan tentang orang tuaku yang berpisah kan?"
Putri mengangguk, "Sudah sih, tapi aku bahkan tidak tahu Jaka tinggal bersama dengan siapa.”
"Aku hanya tinggal berdua dengan Kakek, Ayah kerja di luar kota. Dan Tante Dian rumahnya bersebelahan jadi memang sangat sering datang ke sini."
"Ja- Vian, siapa yang kamu bawa?" kali ini seorang pria yang terlihat sudah tua muncul dan Beliau langsung menganggap Jaka sebagai Vian.
Jaka menarik Putri untuk mendekati kakeknya, "Dia pacarku, Kek. Namanya Putri."
Wijaya menghela napas, "Apa yang harus kukatakan pada Jaka nanti?"
Dirinya sudah tahu kok, tidak perlu repot-repot mengatakan apapun. Justru sekarang Jaka lebih merasa bersalah sudah berbohong pada Wijaya, "Tenang saja, nanti aku yang bicara pada Jaka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alter Ego
Teen FictionPutri Yuniata hanya ingin membuat pernyataan cinta yang dilakukannya sebagai langkah awal untuk bisa semakin dekat dengan seorang Jaka Mahardika. Tapi ternyata pernyataan cinta ini justru membawa Putri pada sebuah perjalanan cinta yang aneh dan juga...