8 - Vian -

3.4K 246 0
                                    

"Siapa namamu?"

Seorang wanita berumur sekitar tiga puluhan bertanya dengan nada lembut, tapi tidak ada apapun yang dapat dipikirkannya, pikirannya terasa kosong, "Nama?"

"Iya, nama. Kamu memilikinya?"

"Aku tidak tahu."

"Kalau begitu bagaimana dengan nama Vian? Kamu mau?"

"Vian?"

Wanita yang memakai jas dokter itu mengangguk sambil mengarahkan jari telunjuknya ke depan, "Nama yang bagus kan? Orang lain yang berada di tubuhmu memilihkan nama ini untukmu, kamu mau menerimanya?"

Anak berumur sepuluh tahun itu tersenyum sambil menyentuh dadanya, dengan pelan dia menyebutkan nama yang baru diberikan, "Vian."

"Lalu aku bernama Lia, psikiater. Apa ada yang ingin Vian ceritakan padaku?"

Hanya ada satu hal yang tertanam di dalam pikirannya sejak awal, "Aku tidak ingin menemui orang tuaku."

.

.

.

Vian menghela napas sambil mengacak rambutnya dengan kasar, kenapa dia bermimpi tentang masa lalu saat pertama kali bertemu dengan Lia? Dulu dia terlalu polos, jika diingat terasa menggelikan.

Oke, lupakan. Sekarang Vian harus buru-buru berangkat ke sekolah agar bisa bertemu dengan Putri secepatnya.

"Sepertinya kamu senang sekali pagi ini."

Vian yang sudah selesai bersiap-siap dan mau pergi dari rumah berpaling untuk menatap sang kakek yang tinggal bersamanya, "Iya, Kek, di sekolah sudah ada gadis manis yang menantiku."

Sang kakek yang bernama Wijaya tersenyum melihat senyum cerah tergambar di wajah cucunya, "Kamu tidak boleh melakukan hal aneh padanya, Vian."

Vian berjalan mendekati Wijaya yang sedang duduk di ruang tamu untuk pamit, "Tenang saja, aku hanya mau membuatnya menyukaiku saja kok."

Dengan ekspresi khawatir, Wijaya memegang bahu sang cucu, "Jaga tubuh Jaka baik-baik ya?"

Vian tersenyum lembut, "Ini juga merupakan tubuhku, pasti akan kujaga sebaik mungkin."

"Baiklah, sebaiknya sekarang kamu pergi ke sekolah sebelum terlambat."

Vian mengangguk kemudian berjalan keluar dari rumah, tapi tiba-tiba dia berhenti melangkah dan kembali menatap sang kakek, "Ayah atau Ibu tidak datang ke sini kan?"

"Ayahmu masih sibuk seperti biasa, dan ibumu hari minggu kemarin baru datang kan? Tidak mungkin dia datang lagi dalam waktu dekat."

Setelah mendengar jawaban, Vian baru benar-benar pergi menuju ke sekolah. Dan setelah sampai dan melihat Putri berjalan dengan begitu waspada, Vian tidak bisa menahan diri untuk menggodanya, "Putri~"

Melihat Putri langsung mengambil jarak sejauh mungkin setelah disapa, Vian malah semakin gemas dan ingin terus menggodanya, "Kamu merindukanku?"

"Tidak."

Vian tersenyum puas, memang lebih menyenangkan kalau gadis ini melakukan penolakan, "Tapi aku merindukanmu."

"Jangan bercanda!"

Melihat wajah merengut Putri, Vian sedikit mempercepat langkahnya sambil memasang ekspresi cemberut, "Aku sudah mau repot-repot datang ke sekolah begini untuk bertemu denganmu loh."

Alter EgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang