41. Masalah

192 9 2
                                    

Seiring berjalannya waktu, hal yang awalnya sulit dilakukan menjadi mudah saat sudah menjadi sebuah kebiasaan.

Walau tahun demi tahun terus berganti, tapi itu tidak mengubah Jaka Mahardika yang mendadak ingin mengalami Alter Ego lagi hanya karena tidak tahan mendengar pertanyaan yang sama terus diberikan oleh orang lain.

Kapan nikah?

Dengan usia yang sudah menginjak angka 28 tahun, dua kata itu terus ditanyakan oleh sanak saudara, teman, rekan kerja, tetangga, sampai orang tua seolah tidak pernah merasa bosan.

Usia matang, pekerjaan menjanjikan, dan juga memiliki pacar cantik dikatakan sudah menjadi modal besar untuk Jaka melepas masa lajangnya.

Mudah memang menyuruh orang lain menikah, padahal mereka tidak ikut membiayai, bahkan jika sampai terjadi masalah, mana mungkin mereka mau peduli dan bertanggung jawab.

Kadang saking jengkelnya Jaka memberikan jawaban semacam itu untuk membuat orang lain berhenti ikut campur, tapi sesungguhnya Jaka juga ingin segera menikah.

Saat merencanakan pernikahan pada usia 25 tahun, kedua orang tua Jaka justru mengatakan keinginan yang seketika membuat Jaka menggagalkan keinginan untuk menikah.

Puspa tidak ingin Nakula datang ke pesta pernikahan Jaka. Dan Nakula tidak ingin melihat keberadaan suami baru Puspa di pernikahan Jaka. Mereka saling tidak ingin bertemu satu sama lain dan tidak ada yang mau mengalah.

Kan mustahil Jaka tidak menghadirkan salah satu orang tua kandungnya sendiri. Lalu bagaimana cara agar mereka sampai tidak bertemu? Salah satu dari mereka pasti akan ikut berdiri di pelaminan, jadi mau bagaimanapun mereka akan bertatap muka.

Keputusan ini belum berubah sampai sekarang, baik Nakula atau Puspa sama-sama masih keras kepala dan tidak mau merubah keputusan masing-masing. Jadi mendadak Jaka mengharapkan mengalami Alter Ego untuk mencari jalan keluar agar masalah ini dapat diselesaikan.

Sejujurnya bisa saja Jaka memilih untuk tidak menikah agar tidak dipusingkan masalah ini terus-menerus, tapi ada perempuan yang dengan sabar masih mau menunggunya.

Putri Yuniata tanpa peduli omongan orang tetap setia menjadi pacar Jaka. Jelas kesetian ini tidak boleh disia-siakan atau bahkan diabaikan.

Tapi Jaka justru sudah membiarkan Putri menunggu lebih lama lagi. Padahal perempuan memiliki 'batas' untuk bisa menikah dan memiliki anak, dan batas itu telah banyak Jaka buang secara percuma.

Putri memang tidak pernah mengeluh atau protes karena mengerti kondisi keluarga Jaka yang tak biasa, orang tua Putri juga sepertinya sadar Jaka memiliki permasalahan sendiri sampai belum melamar dengan serius.

Hanya saja Jaka tetap merasa bersalah. Rasa yang bahkan membuatnya membenci diri sendiri yang tidak bisa menjadi laki-laki yang memberi kepastian pada hubungan pacaran yang sudah terjalin sejak masa SMA.

"Putri bagian apoteker cantik ya? Dia belum menikah kan?"

Merasa pacarnya sedang dibicarakan, Jaka menghentikan kegiatan berpikir untuk melihat siapa yang sedang bicara.

Seorang laki-laki yang mengenakan jas dokter sedang bicara dengan seorang perawat. Dua orang itu sedang berdiri di dekat Jaka yang ingin menjemput Putri.

"Kudengar dia sudah memiliki pacar seorang pengacara."

"Hanya sekedar pacar kan? Jika aku mengatakan ingin menjalin hubungan serius, mungkin dia mau berpaling padaku."

Memangnya Jaka tidak ingin menjalin hubungan kejenjang yang lebih serius? Dia juga ingin cepat-cepat menikahi Putri agar tidak ada pria lain yang merebut Putri darinya.

Alter EgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang