5 - Berbeda -

3.7K 265 0
                                    

Putri berharap ancaman yang diberikan oleh Vian kemarin hanyalah sebuah gertakan untuk menakuti-nakutinya saja.

"Kau kali ini tidak membawa buku pelajaran? Sekarang keliling lapangan sepuluh kali!"

Dan Putri berharap walau Vian yang mengambil alih kesadaran tubuh Jaka, itu hanya sebuah kebetulan semata.

"Kenapa kau tertidur saat sedang jam pelajaran, Jaka? Sekarang ke luar dan cuci mukamu!"

Tapi melihat Vian yang terus bertindak sangat egois sejak pelajaran pertama dimulai, Putri merasa sangat bersalah pada Jaka, "Baiklah, aku mau kencan denganmu."

Langkah Vian yang ingin menuju kantin langsung terhenti, dia menengok ke belakang untuk menatap Putri sambil tersenyum senang, "Bagus, kau memang tidak boleh menolak ajakanku."

Kenapa cowok ini percaya diri sekali sih? Putri berdecak kesal, ini semakin mengesalkan saja, "Tapi sebagai gantinya, untuk sisa hari ini kamu tidak boleh berbuat seenaknya."

Vian mengangguk patuh kemudian menggandeng tangan Putri, "Baiklah, kalau begitu ayo temani aku ke kantin!"

Putri memang senang dapat menghentikan aksi Vian yang sudah seenaknya melakukan hal aneh pada tubuh Jaka, tapi tidak berarti dia harus menjaga cowok ini saat sedang jam istirahat juga kan?

Karena mereka lagi-lagi menjadi pusat perhatian, Putri tidak nafsu memakan nasi goreng yang sudah dipesannya. Apalagi sejak tadi fokus mata Vian terus mengarah padanya.

"Apa Putri tidak senang bersamaku?"

Putri menghela napas. Jaka jarang sekali menunjukkan ekspresi senang saat sedang bersama seseorang, rasanya sedikit aneh melihat senyum bahagia sedang terlukis di wajah Melayu ini, "Aku belum terbiasa."

"Kenapa tidak terbiasa? Walau kita baru berkenalan, kamu sudah cukup sering melihat wajah Jaka kan?"

Justru karena sekarang sifatnya sangat berbeda, Jaka yang sudah Putri kenal terasa asing. Jaka seperti orang yang berbeda dan membuat Putri merasa sedikit risi, "Memang, tapi aku merasa Jaka seperti mempunyai saudara kembar yang memiliki sifat yang berbeda darinya."

Vian menunjukkan wajah heran, "Putri belum sepenuhnya percaya Jaka mengalami kepribadian ganda?"

Putri memang mulai percaya akan hal itu. Tapi jauh lebih masuk akal menerima fakta jika orang yang duduk di hadapannya ini adalah saudara kembar Jaka, bukan kepribadian ganda Jaka.

"Ke- kenapa kau terus memperhatikanku sih?" menyadari kedua netra Vian tidak mau lepas untuk terus menatapnya, Putri bertambah risi. Apalagi cowok ini hanya duduk memperhatikan tanpa memesan makanan di kantin.

"Mumpung sedang mengambil alih kesadaran, aku ingin terus melihatmu sampai merasa puas. Putri manis sih."

Ugh... kalau mendengar suara Jaka yang memujinya begini, Putri merasa malu. Tapi dia harus ingat ini bukanlah Jaka. Wajahnya saja yang sama, tapi di dalamnya adalah cowok jahil yang suka merayu.

Vian tersenyum kemudian menyeka nasi yang menempel di pipi kiri Putri, "Tidak perlu gugup begitu, makannya jadi berantakkan kan?"

Putri bisa merasakan wajahnya memanas melihat Vian memakan nasi yang tadi diambil dari wajahnya.

"Putri jadi suka padaku ya?"

Alter EgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang