BAB 6. Bukan tentang cemburu tapi harga diri

21.5K 1.8K 144
                                    

Wangi harum semerbak memenuhi indra penciuman. Di saat kedua mata masih tertutup hidungnya bekerja dengan sendirinya. Menajamkan pendengarannya, bunyi seseorang sedang memasak di dapur

Membuka mata mino segera bangkit. Melenturkan otot tubuhnya sebelum membasuh wajahnya.

Hari minggu untuk yang keberapa kalinya bersama irene

Mino membuka pintu kamar. Pemandangan irene sedang memasak menjadi pusat matanya. Berjalan mendekat tanpa berniat mengganggu irene.

Sepertinya irene sudah selesai. Sudah banyak masakan yang tersaji. Dan irene menyadari kedatangannya, gadis itu langsung tersenyum kikuk dan membereskan bekas masakan

Mino menarik kursi makan, menatap hanya ada satu nasi di meja
"Kau sudah makan?" Tanya mino ketika irene hendak pergi meninggalkannya. Irene terlihat bingung untuk menjawab sampai akhinya hanya menggeleng sebagai jawaban. Mino bangkit, mengambil mangkuk kecil lalu mengisinya dengan nasi "makan" perintahnya

Irene hanya diam tidak bersuara

Mino kembali duduk, menyuruh irene untuk segera duduk di hadapannya. Dengan sengaja mino menendang kaki kursi dari bawah "duduklah"

"Aku akan makan setelahmu"

"Mulai sekarang makanlah bersamaku" Tolong jangan tertawakan mino.

Cukup mino menertawai dirinya sendiri

Dengan ragu akhirnya irene duduk. Rasa canggung jelas di rasakan, kenapa dengan mino? Pria itu berubah? Ada apa?

Kenapa sifat mino berubah akhir-akhir ini. Mulai dari mengoleskan salep di tangannya, meminjamkan jaket, makan malam dan sekarang makan bersama

Senang? Tidak. Ini aneh

Irene menggelengkan kepalanya lalu membuat dirinya senyaman mungkin. Tidak ada pembicaraan yang mereka lakukan, semuanya tampak lebih alami

Ketika mino tidak sengaja tersedak dengan cepat irene bangkit dan mengambil air untuk mino. Semua tersasa normal

Ketakutan terhadap mino telah sirna. Sejak kapan? Irene saja tidak tahu

Usai makan irene langsung membersihkan meja. Tapi tiba-tiba keduanya terdiam secara bersamaan sebelum akhirnya saling menatap

"Kau mengundang temanmu?" Tanya irene nyaris tidak bersuara ketika bel berbunyi. Mino yang berdiri di samping kulkas habis meletakan botol minum menggeleng cepat

Dengan hati-hati mino menekan tombol monitor untuk melihat siapa yang datang. Irene berharap cemas

"Nuguseo?" tanya mino sampai akhirnya tubuh mino terhempas ke lantai melihat wajah siapa yang muncul di layar monitor

"Anakku? Buka pintunya!"

Mendengar suara itu irene menghembuskan nafasnya lega. Ibu mertuanya. Dengan cepat irene merapikan tubuhnya dan segera menyusul mino

Dengan mulut terbuka mino memberikan jalan kepada dae hae di mana kali ini ibunya itu tidak datang sendiri melainkan tiga asistennya yang masing-masing membawa koper

Apa yang akan dilakukan wanita itu kali ini?

Mino menggeram kesal lalu menutup pintunya kembali

"Hai sayang"

"Annyeonghaseo eomoni" irene memberi salam

Bukan hanya mino yang bingung tapi irene. Kini sepasang suami istri itu hanya berdiri memperhatikan dae hae yang sibuk membuka koper yang isinya tidak lebih dari alat untuk mempercantik diri

Secret Marriage [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang