BAB 3. Perhatian pertama

20.9K 1.8K 71
                                    

Mino tidak tahu sejak kapan ia ketagihan masakan irene. Awalnya ia hanya iseng tapi semakin hari akhirnya pertahanannya luntur melihat hidangan apik yang menggugah selera di meja.

Setiap irene usai memasak dan memastikan gadis itu kembali ke kamar maka dirinya akan keluar. Menikmati masakan irene, ia tidak tahu jika gadis itu memiliki bakat di bidang memasak

Sewaktu kali ia pernah merindukan masakan irene maka dengan semangatnya ia menolak ajakan temannya untuk makan di luar. Ia memutuskan makan di rumah. Tapi mino harus menelan kekecewaan, irene masak makanan laut. Ia benci itu

Akhirnya ia memutuskan pergi lagi.

Mino yakin irene pasti mencoba resep-resep baru karna mino pernah menemukan buku resep di meja pantry. Ada senyuman di bibirnya saat itu. Akibat kejadian karna makanan laut sekarang irene tidak pernah memasak itu lagi membuat mino semangat untuk pulang ke rumah dan mencoba resep baru yang di buat irene

Jika awal-awal pernikahan ia tinggal di rumah dan selalu pergi dan pulang menunggu gadis itu maka sekarang tidak. Mino tidak perlu melakukannya lagi. Sangat bahaya jika ada yang melihat dirinya satu mobil dengan gadis cupu bullying satu kampus, bodoh

Seperti sekarang. Lagi-lagi gadis itu di permalukan, pria di kelas itu menarik kursi tempat duduk irene ketika gadis itu ingin duduk alhasil pantatnya mendarat di lantai.

Awalnya itu adalah pemandangan yang sangat menarik tapi semakin kesini mino semakin membenci itu. Jadi ia mengurangi untuk masuk ke kelas jiyeon-kekasihnya yang satu jurusan dengan irene

Ada rasa geram ketika irene merasa biasa saja di kerjai seperti itu membuat mino langsung pergi meninggalkannya dan tentu saja perubahan ini di perhatikan oleh teman-temannya

"Aku melihatmu menjadi pendiam akhir-akhir ini, why honey?" Jiyeon melingkarkan tangannya di lengan mino "apa yang membuatmu seperti itu?"

Mino hanya memberikan senyuman singkat "i miss you beb" ujar mino memberikan ciuman kilas di bibir jiyeon membuat gadis di sampingnya bersemu "bagaimana jika kita ganti target bully?"

Jiyeon memandang aneh "kenapa? Kau khawatir padanya?" Tuduhnya

"Mana mungkin sayang"

"Di kampus kita hanya ada satu murid seperti irene. Miskin, yatim piatu, bodoh dan jelek" mino tidak setuju opsi ketiga "hanya dia yang jika kita bully tidak akan bisa melakukan gugatan. Lagi pula kita membully dirinya masih di batas normal, agar tidak terlalu membosankan. Kenapa sayang, kau yang memilihnya waktu itu"

Mino berdiri di ikuti jiyeon yang langsung menciumanya. Oh tidak, mino tidak bisa menolak jika di beri hal semacam ini.

Tidak ambil pusing di mana mereka sekarang yang penting mereka saling memuaskan satu sama lain. Jiyeon mengalungkan tangannya di leher mino mempertipis jarak mereka

Mino harus berhenti

"Nanti malam?" Tanya jiyeon ketika mereka melepaskan ciumannya. Mino menciumnya sekilas sambil berkata "of course beb"

Mino masuk ke apartemennya di ikuti pandangan matanya pada seorang gadis yang dengan lincah bergerak kesana kesini di dapur. Sesekali melihat buku dan kembali pada penggorengan

Dan entah sejak kapan mino menikmati pemandangan seperti ini. Padahal ia benci ketika ada yang menggunakan dapurnya. Dan sejak kapan ia mengizinkan irene untuk menggunakan dapur itu

Bibir mino sukses naik ke atas. Melihat irene sedikit takut terkena minyak goreng. Rambut yang di ikat ke atas lepas begitu saja membuat irene kesulitan.

Tidak ingin mengganggu mino berjalan menuju kamarnya lalu menutup pintu dengan keras yang ia sengaja untuk memberi tahu irene jika ia sudah pulang

Irene kaget dan tidak sengaja minyak itu muncrat membasahi tangannya. Irene langsung mematikan penggorengan dan membasuh tangannya yang sedikit melepuh tapi tidak begitu ia hiraukan. Irene langsung menyiapkan makanan karna tahu mino akan segera keluar

Menahan nyeri akhirnya irene masuk ke kamar. Ia bisa merasakan mino sudah keluar. Lebih dari sepuluh menit akhirnya irene mengambil mantelnya dan keluar tepat saat mata mereka bertemu. Mino sedang duduk di sofa dengan makanan ringan di pangkuannya

Irene langsung menyembunyikan tangan kanannya ketika mino melihatnya. Ia mengelus tengkuk lehernya "aku keluar sebentar" pamitnya yang hanya di diamkan oleh mino. Irene langsung berlari dan keluar apartemen menuju apotek terdekat

Lima belas menit kemudian akhirnya irene kembali. Ia melihat dapurnya sudah bersih. Apa mino yang membersihkannya? Irene berjalan menuju kamarnya, mengeluarkan obat salep yang barusan ia beli

Irene Sangat terkejut ketika pintunya terbuka. Ia melihat mino menatapnya "keluar" ucapnya singkat yang membuat irene bingung.

Tanpa fikir panjang irene mengikuti dari belakang ia melihat mino menunjuk sofa kosong di sebelahnya menggunakan dagunya. Irene mengerjapkan matanya lalu dengan ragu ia duduk di sebelah mino

Pria itu melipat kaki kirinya dan menghadap ke irene. Menarik tangan kanan irene yang membuat gadis itu terkejut tapi kemudian ia hanya bisa mematung ketika mino mengeluarkan salep kecil di tangannya

Tidak banyak bicara. Pria itu menyentuh tangan kanannya dan mengoleskan lepuhan di sana. Tidak besar dan tidak kecil juga.

Irene bisa melihat mino meniupnya dengan penuh perhatian. Hidungnya yang mancung, garis rahangnya yang kokoh, bulu matanya yang lentik, alis mata yang tebal dan bibirnya.. sexy. Belum lagi bahunya yang tegap dan otot perutnya yang six pack. semuanya terasa sempurna. Mino memang terlahir sangat tampan dan baru kali ini ada pria yang menyentuh apalagi perhatian padanya.

Kenapa mino melakukan hal seperti ini?

Tanpa irene sadari air matanya jatuh. Entah kenapa perlakuan mino membuatnya terhenyak. Irene segera menghapus air matanya

"Aku tahu ini tidak sakit jadi tidak perlu sampai menangis" Ucapnya tanpa menatap irene. Mino tahu gadis itu menangis karna air matanya jatuh tepat di punggung tangan kirinya

Mino kembali menutup salep dan ia mengangkat wajahnya "gomawo" gumam irene tersenyum kikuk. Ia risih mino menatapnya seperti itu

Mino menatap mata irene di balik kaca mata. Pipinya yang menggemaskan, matanya yang lucu, hidungnya yang mungil dan bibirnya yang.. manis.

Mino berani bersumpah ia belum pernah merasakan bibir selembut dan semanis itu. Pernah minum jus strawberry? Seperti itulah rasanya. Dan pernah bersentuhan dengan kapas? Seperti itulah lembutnya. Berwarna merah cerry tanpa olesan lipstick

Pantas saja ia tidak bisa melepaskan ciuman sewaktu di catwalk. Ciuman yang begitu memabukkan. Dan mino menyesal kenapa ia menyiayiakan sewaktu pendeta menyuruhnya mencium gadis itu. Oh ya tuhan, itu baru bagian bibirnya saja yang membuat mino begitu ketagihan

Mino memandangi bibir itu lalu tangannya menyentuh leher irene membawanya lebih dekat. Irene hanya bisa mengerjapkan matanya. Apa akan terjadi lagi? Seperti di catwalk?

Di saat mino hampir menyentuh dan menikmati bibir itu bel rumah berbunyi

Fuck!

Tbc..

Secret Marriage [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang