Dingin, gelap dan mencengkam. Dentingan besi yang di pantulkan menimbulkan suara lonceng yang terus berbunyi. Penerangan yang terbuat dari kayu bakar membuat siapa saja mendekat karna dinginnya malam
Beberapa orang di sana saling menatap ketika kedatangan tamu. Memberi hormat dan membiarkannya masuk.
Jiyeon tersenyum dengan anggunya berjalan menghampiri sebuah kursi satu-satunya yang berada di tengah ruangan. Menarik rambut irene sehingga wajahnya terangkat ke atas "bangun" ucapnya menarik kencang membuat irene membuka matanya perlahan "dimana ponselmu?"
Irene menggeleng lemah. Obat bius yang di hirupnya membuatnya sulit membuka mata.
"Aku bertanya. Di mana ponselmu" Tidak ada lagi rasa sakit yang bisa di rasakan irene. Jiyeon melepaskan tangannya karna tidak kunjung mendapat jawaban. Menemui zico yang duduk tidak jauh dari sana
"Apa yang harus kita lakukan"
"Buang saja. Dia tidak berguna" ujar jiyeon melipat tangannya di dada. Setelah menyingkirkan irene, jiyeon akan memikirkan untuk menemukan ponsel itu "di belakang gudang ini ada danau, kau bisa melemparkannya ke sana"
Zico menegapkan tubuhnya "aku tidak menyangka kau licik seperti ini"
"Aku seperti ini karna anakmu bodoh, cepat lakukan sebelum pagi"
Membuang kayu di tangannya zico berkata "Baiklah. Lagi pula dia juga tidak akan bertahan lama"
jiyeon mengerutkan alisnya "Apa?"
"Itu" zico menunjuk irene dengan dagunya "dia akan mati sendiri tanpa kita lempar ke danau"
"Oh my god!" Jiyeon menutup mulutnya dan tertawa "dia keguguran?!"
"Sepertinya. Dia mencoba kabur tadi, tapi aku bisa mengejarnya hanya dengan melangkah dengan pelan "
"Its good" jiyeon berseru ria. Ini berita paling membahagiakan di hidupnya
Jiyeon kembali menghampiri irene yang duduk di sebuah kursi. Kedua tangannya dan kakinya terikat. Wajahnya sudah pucat karna dingin "kau terlalu bodoh untuk berhadapan denganku sayang. Dan sekarang aku harus bagaimana? Ya ampun aku ikut bersedih melihatmu. Maafkan aku, em?" Jiyeon mengelus lembut pipi irene
"Seharusnya kau punya sedikit hati karna dia juga sedang hamil"
"Aku maunya seperti itu. Tapi mau bagaimana lagi, aku tidak rela jika itu adalah anak mino" jiyeon menunjukkan wajah sedih yang di perankannya "aku tidak akan semarah ini jika itu bukan anaknya, maafkan aku honey"
Jiyeon menatap ponselnya yang berbunyi dan beralih ke zico "mino?"
"Angkat saja"
"Hallo honey. Kenapa kau menghubungiku malam--"
"Kau. Jangan mencoba berlari sekarang, aku tau semuanya bitch! Jika sampai irene terluka--"
Jiyeon mencabut batrai ponselnya dengan panik dan membuangnya ke tungkuan api "ada apa?"
"Kita harus pergi. Mino melacak keberadaanku! Dia bilang sudah tau semuanya!"
"What?!" Pekik zico "apa dia melihat ponsel irene?!"
Shit!
**
***
**Setelah mendengar rekaman itu mino langsung menyuruh jakson melacak ponsel jiyeon. Mino memberitahu tentang rekaman itu dan membuat dae hae mati kesal mendengarnya
Semuanya langsung menutup laptop dan berlari menuju mobil ketika keberadaan jiyeon di temukan. Jakson langsung menghubungi anak buahnya dan menunjukkan lokasi di mana irene sekarang
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Marriage [COMPLETED]
FanfictionCusss baca ➡ [BEBERAPA PART DI PRIVAT. HARUS FOLLOW DULU, TERIMA KASIH]