Part 8 - Dia membuatku liar dalam hitungan detik

16.8K 504 12
                                    

Happy reading:)
Vote And Comment

"Hai sayang." ucap rafa yang langsung duduk disampingku dan yang membuat ku sontak melototinya dia mencium pipiku yang lebih memalukan didepan kak ryan. Kak ryan sontak terkejut juga apa yang dilakukan rafa padaku.

                                 ****

"Apa kau sudah gila? Kau tau apa yang kau lakukan tadi?" Tanya kak ryan menatap rafa.

"Aku mencium kekasihku, apa itu salah?" jawab rafa datar.

"Kekasih? Hha mimpimu!" ucap tasha yang sudah emosi dicium cium.

"Ayolah! Aku pikir yang kemarin itu simbol diantara kita?" jawaban rafa membuat tasha mengingat kejadian dua hari yang lalu

Aku berpura pura untuk tidak ingat dan mengabaikan rafa, ekspresi mesumnya membuatku cemas dengan tatapan kak ryan. Sontak aku melihat kak ryan berharap kak ryan tidak mengerti apa yang dimaksud rafa.

"Diamlah, aku sedang tidak mood bicara denganmu." sebenarnya tasha tahu benar yang dimaksud oleh rafa mengingat rafa lah first kiss nya.

"Rafa apa kau tidak melihatku disini." Bona tiba tiba menghampiri kursi kosong samping kak ryan.

"Aku melihatmu."

"Benarkah? Kau bahkan tidak menyapaku."

"Tadinya aku ingin menyapamu tapi melihat ada sesuatu yang tidak benar disini." Rafa menatap kak ryan.

"Aku butuh penginapan, jadi malam ini aku ingin menginap bersamamu yah." sambung bora sontak rafa menoleh ke arah tasha melihat ekspresinya tetapi membuat rafa kecewa karna tasha tak perduli sama sekali.

"Menginaplah." Jawaban rafa sontak membuatku menoleh kearah nya, ingin rasanya aku bertanya Kenapa dia menerima tawaran bora? Apa ini suatu kebiasaannya membawa wanita dirumahnya? Astaga apa yang kupikirkan? Apa aku marah? lagi pula itu bukan urusanku kan?.

"Kenapa?" Tanya rafa yang menatap lekat padaku.

"Tidak."

"Kenapa harus menginap? Apa kau berusaha lari dari masalah?" shinta yang mengajukan pertanyaan pada bona.

"Setidaknya semalaman ini aku butuh menjernihkan pikiranku."

"Dan kenapa harus tempat rafa?" Shinta memang teman terbaik setidaknya jika aku yang tidak bisa bertanya tetapi shinta menjadi mewakili hatiku.

"Hanya rafa yang bisa menghangatkanku." Sontak aku dan shinta menoleh padanya.

"Maksudnya tempatku paling hangat itu sebabnya." Rafa yang menatap mata tasha supaya tidak berfikir buruk.

"Pelukanmu juga hangat."

"Benar. Jika butuh kehangatan akulah orang yang tepat." sontak tasha langsung memutarkan bola matanya.

"Aku ingin pulang, mau kuantar pulang sha?" Tawar kak ryan kurasa kak ryan pun mulai bosan, lagi pula mengingat aku Cuti hati ini.

"Tak perlu." Balas rafa.

"Aku ikut."

Rafa langsung menatapnya"Tidak, aku yang akan mengantarmu."

"Jika tasha tidak mau pulang bersamamu, kau tidak bisa memaksa nya." Ucap kak ryan tak mau kalah.

Melihat perdebatan didepanku membuatku tambah muak apalagi sifat rafa yang seakan akan aku miliknya, Ohh tidak bisa! Rafa tak bisa mengendalikanku. Akan lebih baik jika aku pulang bersama kak ryan tapi tunggu dulu mengingat kak ryan jika aku pulang bersamaku lalu shinta pasti merasa sedih. Oh yah ampun sekarang tatapan shinta seakan akan menunggu jawabanku, aku harus bagaimana? Baiklah kurasa pilihan yang tepat adalah memilih pria ini.

I Need A Good OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang