Part 14 - Harta dan benda tidak bisa menyandingi cinta seseorang

12.3K 433 6
                                    

Happy reading
VOTE AND COMMENT


TASHA POV

Bel pulang berbunyi seluruh murid SMA BILAL pulang termasuk aku dan shinta yang sudah keluar dari gerbang, dan di luar gerbang rafa sudah berdiri sangat tampan.
"Ohh tash, tadi pagi kau sudah menghebokan satu sekolah karna tiba tiba pemilik sekolah kita berubah hanya karna kau tidak bisa masuk. Rafa mu itu mampu membeli sekolah kita dan sekarang rafa rela berdiri didepan sekolah hanya untuk menunggumu." kata shinta dan kami menghampiri rafa yang sudah rela berdiri menunggu tasha pulang.

"Kalian berdua berhutang penjelasan tentang hubungan kalian." shinta menunjuk ku dan rafa dengan jarinya.
"Kau terlalu cerewet shin." Rafa menghela nafas.

"Bagaimana mungkin sahabatku ini bisa menerima mu, mengingat hatinya seperti batu dan mengingat kau playboy." Shinta mencibir rafa.

"Aku pangeran es yang diturunkan untuk meluluhkan hati batunya itu." Aku terkekeh mendengar jawaban dari bibir rafa.

"Julukan pangeran es itu tidak cocok untukmu, kau lebih tepat dijulukin pangeran devil." Shinta tak mau kalah sedangkan rafa menahan emosinya. Jika saja rio disini bisa membungkam bibir manis shinta yang pedas itu.

Shinta yang melihat peeubahan dari wajah rafa "Tidak kusangka pangeran devil sepertimu menahan emosi." Sambung shinta.

"Karna aku pangeran es jadi aku bisa menyelesaikan masalah dengan hati dingin bukan emosi." Aku tak percaya seorang rafa menyelesaikan masalahnya dengan hati dingin.

"Cukup untuk perdebatan kalian. Lebih baik kita ke Cafe." Aku mengakhiri perdebatan mereka


Skip Cafe

"Apa rio ada?" Tanya rafa saat melihat tomi berdiri.
"Seperti biasa diruang kerja." Rafa langsung pergi ke ruang kerja lebih tepatnya ruang bermain karna diruang itu penuh dengan game yang sering kami mainin.

Tasha duduk bersama shinta dan sesuai perjanjian tasha menceritakan semua permasalahan dari diusir hingga tinggal bersama rafa.
"Kenapa kau tidak tinggal di tempat ku saja? memang sih tempatku tidak sebesar penthouse nya rafa, tapi tempatku lebih aman, disana rafa tidak macam macam kan denganmu?" shinta yang menyelidiki ku.

"Tenanglah dia tidak akan macam macam denganku, lagi pula dia itu sudah jinak."
"Syukurlah, aku kurang percaya dengannya." Tiba tiba aris datang menghampiri kami.

"Apa rio dan rafa sudah datang?" Tanya aris. tapi kenapa dia berkeringkat seperti sikejar hantu saja.

"Mereka diruang game nya, dan kenapa kau berkeringkat seperti itu?" tanyaku.

"Tidak, aku benar benar gila karna mereka mengejarku tak henti henti."
"Siapa yang mengerjarmu? Memang kau berbuat apa? Kau mencuri?" Tanya shinta.

"Aku menolong seseorang gadis kecopetan dan dia menangis tapi orang beranggapan lain apalagi ibu ibu itu mengira aku membuat nya menangis dan berjerit kalau aku yang mencopetnya, jelas jelas aku yang menolongnya." Aku dan shinta tak percaya. Aris yang malang! Mungkin karena nasib playboy.

Aris memasuki ruang game sedangkan tasha dan shinta seperti biasa memulai berkerja lagi.

"Bodoh! Seharusnya dia membela diri bukan belari kan?" Shinta mengangkat bahunya.

"Biasa. Dia terlalu banyak belari disejarah hidupnya! Terutama belari dari kenyataan!"


RAFA POV

Aku dan rio sedang bermain game, tiba tiba ada membuka pintu ternyata aris, tapi kenapa dia berkeringkat? Apa dia abis melakukan kegiatan nya yang bersama jalang jalang nya? Sungguh berapa ronde dia melakukan sampai berkeringat seperti itu.
"Berhentilah menatapku dengan tatapan menjijikkan kalian itu." Rafa dan rio langsung memutar kedua bola mata.
"Kau abis beronde? Bahkan disiang hari? Sungguh hilangkanlah kegiatan satu mu itu." Cibir rio.

I Need A Good OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang