Part 10 - Mereka kehilangan dan aku mendapatkan

13.3K 484 1
                                    

Happy reading
Vote And Comment

Cafe sudah tidak ada lagi orang satu pun setidaknya sekarang aku bisa berbicara pada shinta berdua saja.

RIO POV

Aku melihat shinta menghampiriku sekarang waktu nya.
"Kenapa tidak ada orang lagi boss?" Shinta bingung melihat Cafe yang sudah tidak ada orang.

"Sudah tutup."

"Tutup? Tapi ini belum malam." aku menarik shinta ke dalam pangkuan ku. "Disini aku bossnya." senyum khas nya rio.

Yah tuhan ada apa dengan boss ku satu ini? seingatku hari ini dia terus mengabaikan ku, kenapa dia bertingkah seperti ini sekarang?

"Kau sedang memikirkanku?" Tebak rio.

"Kau mabuk rio?"

"Aku suka itu, panggil aku Rio saja, saat kamu memanggilku dengan sebutan nama saja, itu terlihat manis."  Rio yang memeluk erat tubuh shinta di dalam pangkuannya menanamkan kepala nya di leher shinta.

"Rio, kau minum beberapa cangkir? Ku rasa kau sudah sangat mabuk." shinta yang tidak tahan lagi rio yang sedari tadi bermanja manja seperti ini. Tidak biasanya.

"Rio jika cafe ini sudah Tutup aku akan pulang."

"Kita bahkan dulu menghabiskan waktu sangat lama sedangkan sekarang untuk beberapa detik bersamaku saja kamu tidak mau?" Rio yang menatap bola mata shinta.

"Rio bukan seperti itu ak-"

"Bahkan saat bersama pria itu kamu sangat betah, kudengar kamu menyukainya, apa itu benar?"

"Siapa?"

"Menurutmu? Siapa lagi kalu bukan ryan."

"Kak ryan? Dia hanya kakak kelasku, Bukan hanya aku saja yang dekat dengannya tetapi murid lainnya juga itu wajar karna dia ketua Osis."

"Kamu menyukai dia?" melihat reaksi shinta hanya diam membuatku kecewa tentu saja shinta mengharapkan pria itu.

"Hmm,Baiklah." Aku menurunkan shibta dari pangkuanku. Apa aku membuatnya kecewa?

"Ayo, aku akan mengantarmu pulang." Aku menggandeng tangan nya keluar.

                                   *****

TASHA POV

Rafa yang sudah menberhentikan mobilnya di depan komplek ku, memang aku yang menyuruhnya karna orang orang disini selalu berpikiran negatif tentang keluarga ku dan lagi orang tua ku selalu menuduhku ini itu.

"Aku antar sampai dalam yah?"

"Tidak perlu raf."

"Memang kenapa? Aku kan mau bertemu dengan orang tua kamu sekalian berkenalan langsung."

"Bukan begitu, warga sini itu selalu berpikiran negatif tentang keluargaku. Kamu pasti bakal ketemu kok sama orang tua aku tapi sekarang belum saat nya." Aku menjawab agar rafa tidak salah paham, "Ya sudah pulang sana, nanti Bora menunggumu lama." Aku beranjak turun tiba tiba rafa menahan lenganku.

"Jangan salah paham. Ayo kita bicara dulu tentang Bora."

"Bicara apa? Tentang pelukan hangatmu itu?"

"Bora hanya menginap satu malam di penthouse ku tapi aku sudah pindah ke penthouse ku baru dan hanya Rio Aris saja yang tau." Aku mendengarkan penjelasan dari rafa.

"Ohh, yeah."

"Trust me."  Rafa menatapku agar aku mempercayai nya.

"Trust you."  Aku legah akhirnya rafa sudah menjelaskan apa yang sedari tadi di otak ku, rafa menatapku akupun menatap nya balik.

I Need A Good OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang