My Last Winter

7.2K 143 8
                                    

"Nona Devira! Jika Anda tidak segera masuk mobil, selain Anda akan telat, Anda akan membeku!"

Lagi-lagi suara sopir mobil pribadiku menghancurkan ketenanganku memandang salju.

Namaku Devira Alvrist. Aku anak tunggal dari kedua orang tuaku yang merupakan pemilik perusahaan terbesar di Amerika dan di Australia. Ayahku, CEO perusahaan terbesar di Australia dan ibuku CEO perusahaan terbesar di Amerika Serikat. Apakah aku beruntung menjadi anak yang terlahir dari orang tua kaya raya seperti mereka? Tidak juga. Aku bahkan sukar menghabiskan weekend bersama mereka. Dan Sabtu ini, bukannya aku ber-weekend bersama mereka, aku malah akan diantar sekolah ke Indonesia dalam rangka program pertukaran pelajar. Aku tidak tahu apakah aku beruntung atau tidak, kali ini.

"Apa kau lupa, sir? Hari ini aku ada program pertukaran pelajar ke Indonesia. Dan sumpah, aku tidak ingin meninggalkan Australia, tanah kelahiranku ini!" sahutku pada sopir mobil sambil berjalan masuk ke mobil dengan kesal. Sopir itu tertawa kecil.

"Kenapa kau tertawa, sir?" tanyaku sambil mendengus kesal. Sopir itu lalu menjalankan mobil pribadi pemberian orang tuaku ini sambil geleng-geleng kepala akan pertanyaanku. "Nona, begini. Orang tua Nona, akan sangat bangga mendengar anaknya mengikuti program pertukaran pelajar. Jadi, apa salahnya dalam waktu satu tahun jalan-jalan ke Indonesia?" jawab sopir itu sambil menyetir tanpa menoleh ke arahku.
Aku cemberut sambil membenahi bajuku.

"Bukan begitu! Memang tidak ada salahnya jalan-jalan ke negara tropis seperti Indonesia. Namun aku benar-benar kesal karena aku akan pergi bersama Greff!" gerutuku kesal.

Kami akhirnya tiba di sekolahku. Sopir pribadiku membukakan pintu mobil di sebelahku, dan aku turun tanpa melepas earphone-ku. Semua murid yang ada melihatiku dengan bangga. "Yo! Apakah kamu akan selalu bersikap dingin pada semua anak yang bangga kepadamu?"

Tiba-tiba teman sekelasku, Jessy, merangkulku sambil tertawa meledek. "Apa maksudmu? Memang aku begini," jawabku datar sambil mencoba melepaskan rangkulan Jessy. Jessy terkikik sebentar. "Aku tahu. Kamu pasti tidak ingin meninggalkan musim dingin ini, 'kan?" tanya Jessy sembari mengantarku ke ruang guru. Aku mengangguk pasrah.

Aku duduk di ruang guru sendirian. Hanya Greff yang ada di kursi seberangku. Lalu wakil kepala sekolah datang. "All right, students. Belajarlah yang rajin di Indonesia. Kami sudah membayar dan mengurus semuanya untuk program pertukaran pelajar kali ini. Ayo. Ikuti aku ke mobil," kata kepala sekolah wanita itu sambil berjalan ke luar ke arah parkiran. Aku dan Greff hanya mengikut. Kami lalu memasuki mobil berbentuk minibus berwarna hitam yang membawa kami ke bandara.

Argh! Aku tidak akan sudi sekelas dengan Greff! Aku menggerutu kesal di dalam hati. Greff, siswa berambut cokelat keemasan, berwajah tampan, dan berprestasi ini mungkin memang pujaan banyak siswi di sekolahku. Hanya aku saja yang tidak tertarik dengannya. Mengapa? Karena dia menyebalkan! Dia seringkali menggodaku sampai aku kesal dan membuat guru menyalahkanku, bukan Greff. Setelah itu, dia akan menertawaiku. Aku mungkin memang sabar. Tapi lihat saja nanti kalau di bandara dia berulah. Akan kurobek tiketnya sebelum ia check-in.

"Hi 'Low-Score' Girl~'." Aku memelototi Greff yang duduk di jok sebelahku dan memanggilku dengan sebutan 'gadis yang bernilai jelek' itu. Aku mencubit lengan kanannya yang tertutup sweater biru tua. "Aw! Itu sakit tahu!" pekik Greff sambil tertawa. Aku menyandarkan tubuhku dan menoleh ke jendela di sebelahku.

"Kau peringkat pertama hanya keberuntungan, Greff! Tapi tidak besok di Indonesia! Aku akan kembali menjadi juara kelas!" kataku kesal tanpa menoleh ke Greff. Ia hanya tertawa sambil memukul lenganku pelan. Yah, boleh kuakui ucapanku tadi sedikit pedas. Namun sepertinya Greff tidak makan hati. "Apakah semua anak di sekolah tidak boleh peringkat pertama sepertimu? Hanya karena aku juara satu di kelas kemarin dan menjadikanmu bahan pembicaraan 'Devira Alvrist turun peringkat' kau sudah marah-marah seperti ini? Ayolah! Sebentar lagi kita akan ke Indonesia, Devira!" sahut Greff sambil tertawa kecil. Aku tidak peduli dan terus menatap salju-salju yang sudah berhenti turun dan menyisakan gumpalan di pinggir jalan.

Sekitar dua setengah jam kemudian, kami sampai di Sydney International Airport. Kami turun dari mobil, menarik koper dan membawa ransel kami. Lalu Mrs. Anne, kepala sekolah kami, melambaikan tangannya pada kami, sembari berkata, "Good luck, ya, students! Kalian kujamin akan suka di sana!" Aku dan Greff mengangguk sopan, lalu langsung menuju gedung check-in. Dan sampai di dalam, ternyata mereka disambut rombongan peserta program pertukaran pelajar dari sekolah lainnya. Mereka sempat takjub dan senang, karena tentu saja ini pertama kalinya mereka mengikuti program pertukaran pelajar.

"Ayo, kita langsung check-in saja, ya, semuanya. Supaya tidak terlambat boarding nantinya," ucap salah satu guru yang dipilih untuk mengawasi rombongan kami. Aku, Greff, bersama sekitar lima puluh-an siswa lainnya berjalan menuju bagian check-in. Dan beberapa waktu setelahnya, kami boarding, dan langsung duduk sesuai tiket masing-masing.

Kulihat teman-teman yang satu program denganku, mereka terlihat sangat menikmati perjalanan ini. Dan Greff yang duduk di sebelahku, ... uh, sepertinya harapanku untuk mengajaknya berbicara pupus sudah. Ia lebih suka mendengarkan musik menggunakan earpod kesayangannya itu. Baiklah, tidak masalah. Toh, aku juga tidak terlalu tertarik untuk berbicara dengan lelaki yang paling menyebalkan bagiku ini.

Perjalanan cukup lama. Dan kami tetap menikmati saja. Aku terkadang berbicara dengan Greff, jika ia sedang melepas earpod-nya, mungkin telinganya sudah kelelahan menerima frekuensi musiknya ditambah tekanan udara di dalam pesawat yang membuat telinga kita menjadi sakit terkadang. Karena menurutku perjalanan masih lama, aku memutuskan untuk tidur saja.

Hi guys! This is my first story! Gimana? Bagus nggak? Oh, untuk tambahan aja, saat Devira dan Greff diantar sopir sekolah, mereka dibimbing dua guru dari sekolah.

Sebelum meninggalkan part pertama ini, tinggalkan vote dan comment yang positif yaa~! ^v^

- Sweet regards from me

Am I Alone?? (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang