Aku Merasa Aneh

1.4K 44 0
                                    

Akhirnya hari pertama kami sekolah tiba. Aku keluar dari kamarku, menguncinya, dan saat aku hendak menuju lift, ternyata Greff sudah masuk duluan. Tentu saja aku menambah kecepatan jalanku menjadi berlari, namun kemudian Greff menjulurkan lidahnya sembari menekan tombol agar lift menutup. "What the--!?" Jarakku dengan lift yang jauh, membuatku terhenti karena pintu lift sudah menutup. Aku akhirnya menunggu lift sebelahnya dengan perasaan kesal.

Ketika sudah di bawah, kulihat Greff melangkah menuju lobi. Aku teringat akan sesuatu, yang membuatku membuka tasku dan melihatinya. Namun, kemudian Greff mengambil tasku membuatku refleks menyentaknya, "Hei!? Apa yang kau lakukan?!" Greff mengernyit melihat isi tasku yang hanya buku, ponsel, dan beberapa alat tulis. "Apa ada yang aneh dengan tasmu? Aku bisa membawanya ke security jika perlu," ucap Greff datar.

"Greff ... !" Aku mulai lelah dan sebal karena meladeni Greff yang terkekeh melihatku memelas.

"Devira! Greff! Sedang apa kalian? Ayo cepat!" ujar Mr. Ronald setengah berteriak sambil membuka pintu mobil. Aku merebut kembali tasku yang diambil Greff dan bergegas menuju mobil. Greff mengikutiku dari belakang.

"Kau apakan lagi si Devira, Greff?" tanya Mr. Ronald saat Greff hendak memasuki mobil. Pertanyaannya bagaikan polisi yang menginterogasi pelaku penculikan. "Aku tidak melakukan apapun! Aku hanya meminjam tasnya sebentar karena penasaran ia daritadi jalan sambil melihati tasnya," elak Greff. Mr. Ronald terdiam sejenak lalu mengangguk dan menyuruh Greff masuk ke mobil.

Aku yang mendengarnya, hanya bisa mendengus pelan mengingat Greff yang suka bertindak semaunya sendiri. Dan ternyata, ia mendengus menahan tawa sembari memalingkan wajahnya ke jendela. "... Kau ini benar-benar menyebalkan, ya," gumamku menahan kekesalanku. "Hihi. Tapi kau tertarik, 'kan, dengan apapun yang kulakukan?" tanya Greff. Sejenak, aku tersentak dan langsung memelototinya tidak terima karena ucapannya hampir saja sama persis dengan apa yang kupikirkan setelah kembali dari café Sabtu lalu.

*** 

Author POV.

6.50 pagi.

"Hei! Kalian sudah dengar dari guru-guru? Akan ada dua pelajar dari Australia yang akan datang hari ini!" kata salah seorang siswa kepada teman-temannya. Ia nampak antusias.

"Ah! Kau ketinggalan berita, bro! Yang lagi trending topic-nya: dua pelajar Australia itu merupakan pewaris kedua perusahaan terbesar di negara asalnya! Aku tidak tahu banyak, sih, tapi mereka berdua itu orang tuanya pasti miliarder!" sahut temannya yang satunya lagi, tak kalah antusias dari yang memberitahunya.

"Wah! Kau benar! Berarti mereka kaya raya, dong!" sahut teman mereka yang berbeda lagi. "Guys, mereka datang," ucap salah seorang siswa lalu bersama kumpulan teman-temannya, berjalan ke halaman depan sekolah. Mereka sempat terkagum-kagum melihat Devira dan Greff.

Devira POV. 

"Selamat datang di sekolah kami! Belajarlah dengan rajin! Kami akan selalu memperhatikan progres kalian hingga hari akhir program pertukaran pelajar kita," kata Mrs. Haley sambil menepuk pundakku, menyalurkan semangat padaku. Aku mengangguk. Aku, Greff, dan dua guru pendamping itu berjalan memasuki gerbang sekolah. Aku menatap sekelilingku.

"Greff, lihat mereka!" bisikku pada Greff yang berjalan santai di sampingku. Ia menoleh ke siswa-siswi di sekeliling kami yang melihati kami.

"Apa? Mereka wajar begitu. Kita, 'kan, masih asing bagi mereka. Kutekankan lagi, 'masih' ya! Bukan berarti kita akan selamanya asing di mata mereka," kata Greff santai sambil menoleh ke arahku. "Bukan itu maksudku! Coba lihat beberapa dari mereka! Mereka menatapku aneh. Aku jadi merasa aneh juga ...," bisikku agak gereget pada Greff. Greff melirik sekelilingku.

Greff POV.

Benar .... Tadi aku sempat menangkap beberapa yang menatap Devira tidak suka walaupun hanya sekejap. Ah! Mungkin hanya untuk beberapa saat ini saja. Nanti juga mereka pasti terbiasa dengan kehadiran Devira, batinku sambil melirik Devira. Mungkin, gadis di sebelahku ini memang over-worried terhadap segala sesuatu hal. Apalagi mengingat kalau ia selalu saja sendirian. 

Sebenarnya, ia tidak sendirian di sekolah asal kami. Kita semua berteman dengannya. Tidak ada yang menaruh rasa tidak sukanya pada Devira. Sikap menjunjung tinggi saling menghormati selalu menempel pada masing-masing dari kami--pelajar di sana. Entahlah kalau di negara ini .... Aku mulai tersugesti atas ucapan Devira di taman saat itu. Tapi sepertinya ini akan berjalan lancar.

Greff POV. end

Setelah dua guru pendamping kami selesai berbicara dengan guru-guru di sana, salah satu guru wanita mengantarku ke kelasku. Mereka bilang kelasku dan kelas Greff berbeda.

"Welcome to our school, Ms. Alvrist. Kuharap kita bisa bekerja sama denganmu dan Greff untuk membuat program pertukaran pelajar kali ini sukses seperti sebelumnya," kata guru wanita itu sambil mendampingiku berjalan ke kelas.

"Oh! Ya ampun! Aku lupa memperkenalkan diriku! Namaku Elle. You can call me Mrs. Elle. Aku wali kelasmu. Aku senang begitu melihat peserta pertukaran pelajar kali ini adalah kalian," kata Mrs. Elle sambil menjabat tanganku ramah. Entah mengapa, ungkapan senangnya menimbulkan arti tersendiri bagiku. Namun sulit bagiku untuk mengkata-katakannya. ...Hei, bukan salahku jika selalu mengartikan setiap perkataan orang dengan banyak arti. Setahun yang lalu, aku pernah belajar sedikit ilmu psikologi dari sebuah buku, dan berhasil mengetahui arti dari sebuah ucapan dan ekspresi manusia. Well, I think it's not wasted

Rambutnya hitam, wajahnya seperti wajah campuran antara Korea dengan Indonesia, namanya Eropa? batinku setelah melihat wajah Mrs. Elle. Tapi, ia benar-benar cantik dan terlihat masih muda. Aku menganguminya, dan sejenak, sempat terbesit di pikiranku: mengapa ia tidak jadi model atau penyanyi saja?

"Nanti duduklah di salah satu kursi yang kosong, oke?" Kata Mrs. Elle meyakinkanku. Pikiranku terbuyarkan oleh ucapan manisnya tiba-tiba. Aku mengangguk. Mrs. Elle membuka pintu kelas lalu menyuruh murid-murid di situ untuk diam. Setelah memberi aba-aba kepadaku untuk masuk, aku masuk kelas. Satu kelas melihatiku dengan setengah terkagum.

"Students, this is your new friend, Devira Alvrist. Dialah salah satu peserta program pertukaran pelajar dari Australia. Devira, silahkan duduk. Kalian bisa berkenalan nanti setelah pelajaran berakhir," kata Mrs. Elle.

Aku berjalan ke arah tempat dudukku sambil melirik sekitarku. Apa ini? Aku merasa aneh karena tatapan mereka kepadaku, batinku sambil duduk di kursi. Namun, setelah pelajaran berlangsung, perlahan aku mulai membiasakan diri berada di kelas yang lumayan nyaman ini.

***

Akhirnya update juga!! >0<
Baca terus, vote, comment, dan follow akunku! NOTE : Kalau mau komentar aku harap komentarnya bagus-bagus, ya; Yang manis, kayak kamu ^3

- Best regards, Author semangka kuning

Am I Alone?? (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang