Double Trouble

566 12 0
                                    

"Aku tidak bilang akan bersamanya, bodoh. Aku hanya bilang kalau--"

Ucapan Kevin terhenti. Membuat Greff yang tadinya berwajah tenang, kini tersenyum penuh kemenangan sambil berkata, "Kalau apa? Kau tidak berani mengatakannya, 'kan?"

Kevin menggertakkan giginya, kemudian berdesis kesal, "Kau kira aku takut?"

Greff hanya tersenyum mengejek.

"Kau takut mengatakannya karena dia ada di sini, menonton kita."

Terhenyak, Kevin langsung menolehkan kepalanya ke samping. Dilihatnya Devira yang tercengang, dan lengannya ditarik Violet tanpa henti. Menandakan bahwa ia harus pergi.

Suara berat yang memekakan telinga membuat para murid terjengit dan langsung memberi jalan kepada pemilik suara itu seakan-akan presiden datang.

"Kalian! Ikut saya ke ruang BK!"

Tentu saja Greff dan Kevin langsung menghentikan aksi gulat mereka, berjalan menghampiri guru lelaki kekar tersebut. Dan mereka sempat melirik Devira dan Violet yang ikut minggir karena mereka lewat.

Namun, yang membedakan adalah, tatapan Kevin pada Devira hanya sekilas, lalu memicing ke arah Violet. Greff memandangi Devira lama sebelum ia menunduk sambil mengikuti sang guru.

"Tuh, 'kan, mereka bertengkar hanya karena seorang gadis. Coba lihat ke mana arah tatapan mereka tadi."

Violet menoleh ke dua siswi yang melirik mereka--lebih tepatnya ke arah Devira. Kemudian dengan tatapannya, Violet mengisyaratkan, 'Jangan menatap ke sini!'.

"Mari, Devira. Kita tidak seharusnya membuang-buang waktu kita untuk menyaksikan pertengkaran konyol ini," ajak Violet sambil menepuk pundak Devira, kemudian berjalan mendahului Devira diikuti kerumunan siswa yang mulai bubar.

Devira berjalan di belakang Violet, sambil berkata dalam hati, Greff benar-benar dalam masalah kini. Aku tak yakin bisa membelanya di depan Mr. Ronald dan Mrs. Haley.

Waktu istirahat tiba. Ketika para murid berhamburan ke kantin dan tempat mengasyikkan lainnya, Devira malah sebaliknya. Berjalan menuju ruangan yang dianggap ruangan paling menyeramkan bagi anak-anak nakal.

Tingkah anehnya itu bukan karena apa-apa, kecuali rasa penasarannya karena bangku Kevin kosong sedari tadi hingga kini. Rasanya atmosfer memang lebih lega jika tidak ada lelaki itu menurut Devira. Namun, entah kenapa ketidakhadiran Kevin seakan menghantuinya, membuatnya tak bisa tenang dan fokus.

Ketika berada di depan pintu masuk, Devira dapat dengan jelas mendengar suara omelan tanpa henti bagaikan operator telepon yang menyahut di panggilan yang tidak terangkat.

"Kalian seharusnya malu!"

Tubuhnya spontan mundur teratur, bersembunyi di balik dinding sambil mendengar sedikit percakapan--lebih tepatnya teguran guru tersebut.

Ia dikejutkan ketika mereka berdua keluar dengan langkah yang kebetulan sama, dan menoleh ke arahnya bersamaan pula. Tak bisa melarikan diri, Devira hanya memasang senyum kikuk di wajahnya.

"H-Hai?" sapa Devira kaku karena mereka berdua melihatinya tanpa berkedip, entah mengapa.

"'Hai' padaku?" tanya Kevin sambil berusaha tersenyum lembut, karena ia agak kesakitan setelah bertengkar dengan Greff tadi.

"Hai juga."

Kevin menatap sinis Greff yang mengucapkannya bersamaan dengan dirinya. "Apa-apaan? Dia menyapaku!" ujar Kevin membuat Greff memutar bola matanya malas, kemudian menepuk bahu Devira, memberi sinyal agar mengikutinya. Alhasil sinyal Greff sampai di otak cerdas Devira. Kevin hanya menahan amarahnya karena ia sudah muak berhadapan dengan guru konselornya.

Am I Alone?? (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang