Titipan Misterius

1.3K 43 2
                                    

Devira dan teman-teman sekolahnya memasuki pertengahan semester. Dan ia masih saja menjadi orang asing di sekolah ini. Tidak, lebih tepatnya di kelas yang ia tempati. Devira mulai merasa beberapa murid dari kelas sebelah juga ikut-ikutan seperti murid-murid di kelasnya. Mungkin itu mengganggu Devira, tapi ia tidak masalah untuk saat ini. Yang terpenting baginya sekarang adalah fokus ke ujian tengah semester yang akan dilaksanakan lusa. Yup! Ini adalah hari Sabtu. Dan gadis itu kembali ke apartemen tanpa mempedulikan Greff yang belum pulang. Entah apa yang akan dia katakan pada Devira nanti, tapi ia sudah tidak peduli. Dirinya lelah. Sangat lelah.

Saat di apartemen, ia memutuskan untuk meletakkan tasnya di kamar, kemudian menoleh ke cermin besar yang setinggi tubuhnya. Berantakan, pikirnya. Ia tidak ingin berlama-lama di depan cermin sehingga ia memutuskan untuk menuju ruang tamu. 

Ponselnya berdering. Devira masih terbaring di sofa ruang tamu, menenggelamkan wajahnya pada bantal. Ia terlihat tidak ingin mengangkatnya. Seolah-olah ia akan kehilangan seluruh tenaganya jika mengangkat panggilan tersebut.

Tapi, tentu saja; semakin diabaikan, maka akan semakin sering ponsel yang berdering itu mengganggunya. "Baiklah, baiklah! Aku harap siapapun di sana adalah pembawa pesan penting. Mau liburan sebentar saja tidak bisa," gerutunya sambil meraih ponsel. Matanya melihat sebuah nama yang sudah sangat familiar baginya, tertera pada layar panggilan.

"Greff? Sudah kuduga dia pasti akan mengomeliku." Tak ingin membuat Greff bertambah emosi ketika mengomelinya nanti, ia menggeser tombol hijau pada layar.

"Hal-"

"Devira, bukakan pintunya! Aku ada di depan pintu," kata Greff memotong ucapannya lalu mengakhiri panggilan. Ia terdengar kesal sekali. Maklum, pasti karena aku meninggalkannya begitu saja, pikirnya.

"Dasar ..." Sembari menggerutu tak jelas, gadis itu berjalan ke pintu dan membukanya. "Kau mengganggu liburanku, Greff," ujarnya agak kesal. Greff memerhatikan Devira sejenak, yang masih menggunakan seragam sekolah, rambut berantakan, dan wajah lelah.

"Kau ... sebegitu lelahnya sampai tidak mau bertemu dengan aku yang akan menyegarkanmu dengan wajah tampanku?" tanya Greff sambil mengeluarkan ekspresi cool-nya. Devira menghela nafas. "Berhentilah seperti itu, Greff. Jika kau ingin menarik perhatianku, lakukan pada orang lain," sahutnya sebal lalu berbalik dan menjatuhkan diri di sofa lagi. Greff masuk lalu menutup pintunya.

"Aku tidak ingin berlama-lama, Devira. Ini titipan dari salah satu temanmu," kata Greff sambil meletakkan sesuatu di meja tamu. Devira mengerutkan dahi lalu duduk. "Siapa?" tanyanya tidak yakin. "Sudah kubilang teman sekelasmu," jawab Greff lalu duduk di sofa yang berseberangan dengan Devira.

"Aku tidak punya teman, jika kau belum tahu. Dan ini sudah setengah semester, Greff!" Gumaman pada Greff spontan saja berubah menjadi sentakan. "Astaga Devira, apa kau memang ansos?" tanya Greff sambil terkikik yang dibalas tatapan tajam. Ia menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ansos yaitu anti sosial. Keadaan dimana seseorang enggan bersosialisasi dengan individu lain.

Sambil menduga-duga siapa sang pengirim, Devira membuka titipan itu dan melihat isinya.

Hah .... Kukira apa. Melihat benda apa yang dikirim oleh orang yang mengaku teman sekelas Devira ini menghilangkan ketegangannya sesaat. Sebuah buku pelajaran bertuliskan namanya pada sampul depannya dan sebuah pesan. "Apa itu?" tanya Greff sambil mengintip isinya. "Hahaha! Kukira ada secret admirer atau sejenisnya dari kelasmu mengirimkanmu bunga atau coklat. Ternyata hanya bukumu yang ketinggalan!" Ejekan Greff benar-benar mengembalikan rasa kesal Devira yang sudah hilang beberapa detik yang lalu. "Bisakah kau tidak berisik, Greff?" desisnya sambil meliriknya tajam. "Ti-dak," jawabnya santai. Devira memicing sinis pada sosok ter-menyebalkan ini menurutnya.

"H-Hei! Santai saja! Aku cuma bercanda!" Greff berusaha menghentikan gadis yang mendorongnya keluar dari kamar apartemennya. "Aku sudah santai. Jadi kembalilah ke kamar apartemenmu. Aku ingin istirahat," katanya biasa lalu menutup pintu.

Sedangkan Greff yang berdiri sejenak di depan pintu kamar Devira, hanya bisa mendecak sebal. Hah ... kurasa anak itu memang sulit beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya, ya, batin Greff lalu berjalan ke arah kamar apartemennya. Lalu, langkahnya terhenti sejenak karena terasa ada yang janggal.

Ia teringat akan pesan dari teman sekelasnya yang juga menitipkan beberapa nomor telepon untuk diberikan pada Devira. "... Oh." Entah karena lupa atau terlalu malas kembali ke kamar Devira, Greff melanjutkan langkahnya. Ia menganggap itu bukan hal penting, dan lagipula, Devira tidak mau berteman dengan 'si misterius' begitu saja, 'kan?

Devira mengeluarkan buku itu dari kotak dan meletakkannya di samping kotak. Kemudian ia memungut secarik kertas yang seperti dugaannya tadi, adalah sebuah pesan dari sang pengirim tidak dikenalnya tersebut. Pesan itu bertuliskan:

Devira Alvrist, bukumu ketinggalan di laci mejamu. Kami sebenarnya ingin mengembalikannya padamu namun kau sudah pulang. Jadi kami mengirimkannya kepadamu.

-4444

Mulutnya sempat terbuka sesaat, mengetahui maksud baik dari sang pengirim paket. Lalu ia merapatkan bibirnya menyadari ia terlalu tercengang atas perhatian 'si misterius' tersebut. "Huh! Kukira tidak ada yang peduli denganku," dengusnya kesal. Ketika hendak memindahkan buku, kertas dan kotak itu ke tempat lain, ia teringat akan nama pengirim yang terletak di bagian bawah kanan kertas.

Diliriknya bagian bawah surat itu, kemudian ia terdiam sejenak. Ia melirik kata 'kami' di isi surat yang berarti pengirim bukan hanya seorang. Namun lebih dari satu, atau mungkin lebih dari dua. Ia sebenarnya antara curiga dan tidak-tahu-harus-apa melihat paket dan surat tidak biasa itu. Tapi, ia juga lelah akan hari ini, sehingga ia memilih membereskan paket beserta suratnya, kemudian kembali bersantai.

***

Yang di part sebelumnya mengenai 'dia' dan dua orang itu nanti akan dijelaskan di part ... hmmm ...
Pokoknya ada nanti! Oh btw, maafkan author jika dari awal cerita ada kesalahan ejaan dan tanda baca ya gaess ... 😅

Baca terus ya! Dan jangan lupa tinggalkan vote & comment kalian \^○^/

- Luv U Ma Readers💕

Am I Alone?? (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang