Like A Firework

242 5 0
                                    

"Halo? Apa kau diperbolehkan keluar malam ini? Aku ingin mengajakmu jalan-jalan di Ancol."

Devira yang sedang berdiri di depan pintu unit apartemen Greff memejamkan matanya frustrasi sembari menempelkan ponselnya di telinga kirinya. Pasalnya, ia menerima panggilan dari kekasihnya tersebut di saat yang tidak tepat, yakni ketika ia sedang kesulitan memanggil Greff agar keluar dari kamarnya.

"...Devira?"

"Ah... ya. Akan kutanyakan pada Mr. Ronald dan kukabari lagi nanti," ucap Devira lalu mengakhiri panggilan dan menatap pintu kamar Greff dengan dahi mengernyit. "Greff! Bukalah pintunya! Apa kau benar-benar akan meninggalkanku sendirian di malam tahun baru ini dengan Kevin? Bukankah kau tidak suka itu?" seru Devira menggema di lorong sembari mengetuk pintu unit apartemen Greff berulang kali.

Keheningan yang ia dapat sebagai jawaban membuat gadis itu tercenung. Devira bermaksud memancing Greff agar mau menemaninya di malam tahun baru ini. Bahkan, ia sudah berjanji pada dirinya sendiri agar tidak protes apabila Greff sebatas menemaninya mengobrol di kafe apartemen. Entah karena terlalu malas pergi ke luar gedung atau apapun alasannya.

Tapi, ini sungguh membuat Devira muram. Sampai saat ini, ia tidak pernah menghabiskan malam tahun baru sendiri. Jika bukan bersama teman-temannya di Australia, maka bersama Greff. Bagaimana dengan orangtuanya? Mereka biasanya hanya mampir satu sampai tiga jam di rumah Devira karena harus menghadiri perayaan tahun baru perusahaan mereka.

Sebagai anak dari orangtua pebisnis, Devira cukup memahami betapa pentingnya hubungan bisnis kedua orangtuanya dengan rekan-rekan lainnya. Karena itu ia memaklumi keterbatasan waktu yang diluangkan orangtuanya untuk bersamanya.

"Greff... ayo kita merayakan tahun baru bersama, seperti dulu. Kau ini kenapa? Kenapa kau terus-terusan menjauhiku? Apa kita sudah bukan teman baik lagi?" tanya Devira tanpa sengaja menumpahruahkan perasaannya yang berkecamuk sambil menyandarkan sisi samping tubuhnya pada pintu unit apartemen Greff.

Ayolah, katakan sesuatu, harap Devira yang ingin memastikan Greff berada di dalam sana dalam keadaan baik-baik saja. Beberapa detik kemudian, terdengar suara jernih menyahut, membuat Devira untuk sesaat merasa ada setitik harapan.

"Tidak mau."

Jawaban Greff barusan melukiskan senyum pahit tercetak di bibir Devira. Pada akhirnya, gadis itu hanya bisa menghela nafas kecewa, "sigh...." Harapannya sempat melebihi sekedar Greff yang menjawab keluh kesahnya. Namun, mendengar Greff bukannya tidak bisa menemaninya melainkan tidak bersedia, membuat hati Devira sedikit terluka.

Gadis itu memutar langkahnya, kemudian berjalan ke lift seorang diri. Berulang kali Devira menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan guna meredakan emosinya dan meyakinkan bahwa ia tidak akan sendirian hanya karena Greff menjauhinya untuk saat ini. "Benar, aku harus minta izin Mr. Ronald agar memperbolehkan Kevin menemaniku jalan-jalan di malam tahun baru ini," gumamnya menyemangati dirinya sendiri.

Sedangkan di balik pintu unit apartemennya, Greff hanya duduk di sofa sembari menatap kosong pemandangan gedung-gedung dan jalanan yang gemerlap di balik jendela balkon. Ia tertawa miris mendengar langkah Devira yang menjauh.

"Kenapa dia masih belum paham, sih?" omel Greff di sela-sela tawa mirisnya. Ia memutuskan kembali memakai headphonenya dan mendengarkan musik sambil berbaring di sofanya.

Saat di lift, Devira memikirkan ucapan Kevin tentang rencana menikmati malam tahun barunya di Ancol. Terbesit di kepalanya momen kilas balik saat ia dan Greff menikmati sore selepas hujan di Ancol. Devira otomatis jadi memikirkan Greff yang saat itu dengan cerianya bermain air di pantai. Diam-diam gadis itu jadi membayangkan bagaimana kelak ketika Kevin yang mengajaknya ke tempat yang sama?

Am I Alone?? (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang