The Warmth That Once Erased

517 11 4
                                    

The warmth that once erased won't return in the same way.
_____

Jam tangan yang melingkar di pergelangan tanganku menunjukkan pukul setengah satu siang. Hari ini kami memulai Ujian Akhir Semester dengan satu mata pelajaran. Dengan mata pelajaran Kimia untuk penjurusan MIPA. Dan aku tidak terlalu cemas akan hasilnya karena aku sudah belajar dengan Violet. Namun sedetik kemudian aku jadi teringat sikap aneh Greff tadi pagi.

Pundakku tiba-tiba disentuh oleh sebuah tangan dan membuatku menoleh ke pemilik tangan tersebut. "Apa kau ingin menginap di sini?" tanya Violet membuatku tersenyum kecil lalu menggeleng. Aku beranjak dari dudukku, kemudian berjalan keluar kelas bersama Violet.

Saat kami berjalan menuju gerbang, aku melihat Greff yang berjalan ke arah luar sekolah, tak melirikku. "Greff!" panggilku sambil berjalan menuju ke arahnya, namun langkahku terhenti melihatnya yang terus berjalan dan sepertinya tidak mendengar suaraku. Dia berjalan dengan tatapan lurus, tidak melirik ke kanan maupun ke kiri.

Ada apa dengannya?

"Sedang apa kalian di sini?"

Suara Kevin terdengar di sebelahku yang disusul raganya. Ia menatpaku dan Violet heran. "Sedang berdiri," jawab Violet datar membuat Kevin terkekeh kecil. Aku hanya memperhatikan mereka berdua dalam diam, karena melihat mereka mengingatkanku pada...

"Greff tidak bersamamu?"

Jujur, pada awalnya aku tersinggung. Sampai ia berkata lagi, "aku tidak bermaksud membuatmu tidak nyaman. Aku hanya berterus terang." Baiklah, aku sedikit menangkap maksudnya. "Devira, apa hari ini kau senggang?" Lelaki ini bertanya dengan sedikit ragu. Dan tatapannya melirik ke arah lain. "Tidak. Aku ingin mengajaknya belajar bersama lagi. Dia sendiri yang bilang kalau belajar bersamaku menjadi lebih mudah."

Sahutan Violet membuatku menoleh dan menatapnya heran, dan aku yakin lelaki di sebelahku ini juga menatapnya sama herannya denganku, atau mungkin bisa lebih heran. Maksudku, dia bahkan mengartikan alasanku 'belajar bersamanya lebih mudah' adalah aku mau belajar bersamanya terus.

Yah, aku tidak bilang kalau aku tidak suka belajar bersama Violet. Namun aku sudah terbiasa belajar sendiri, atau dengan Greff dan teman-temanku di Australia. Padahal waktuku di Indonesia sepertinya tidak lebih dari enam bulan lagi.

Kevin yang awalnya berdiri di sampingku, berjalan ke arah Violet sambil berkata dengan ekspresi bosan, "kau terlalu menyebalkan untuk menjadi juru bicaranya. Jadi hentikan, oke?"

Ucapan Kevin tidak sepenuhnya salah. Namun berdampak melengkungnya bibir Violet ke bawah diikuti alisnya yang berkerut menandakan ia tidak suka dengan ucapan sarkas Kevin. "Baiklah, baiklah! Memangnya kau akan mengajaknya ke suatu tempat lagi?"

Pertanyaan Violet diangguki Kevin yang sukses membuat mataku mengerjap beberapa kali. Benarkah? Lagi? Apa dia--Kevin--ingat kalau besok masih ada UAS? Dan satu hal lagi,

... aku bahkan belum bilang pada salah satu dari mereka perihal senggang atau tidaknya aku setelah ini.

"Jadi, apa kau senggang malam ini?"

"Sebenarnya aku akan belajar. Tapi, jawabanku tergantung dengan berapa lama waktu yang akan kita habiskan."

Kevin nampak manggut-manggut, dan kulirik Violet yang menatapku tak percaya. "Kau benar-benar mengatakannya .... Bagus, Devira!" bisik Violet sambil mengacungkan dua ibu jarinya padaku, membuatku hanya bisa menatapnya seakan-akan aku mengerti maksudnya.

Lalu Kevin menjawab lagi, "tenang saja. Aku akan menjamin kau tidak akan pulang setelah jam makan malam. Bagaimana?" Dan diakhiri oleh tawaran yang membuatku berpikir selama beberapa detik.

Am I Alone?? (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang