Tak Terduga(2)

945 31 0
                                    

Mr. Ronald dan Mrs. Haley sempat merasakan kegelisahan yang sangat besar saat tahu bahwa butuh waktu untuk mengaktifkan kembali lift rusak itu dan mengevakuasi orang-orang yang berada di lift itu, yaitu Devira, Greff dan temannya. 

"Permisi, sampai kapan mereka akan terjebak di sana? Apa tidak bisa lebih cepat lagi?" tanya Mrs. Haley kelewat cemas. Namun, kemudian pihak yang berwenang hanya memberikan jawaban yang tidak menghilangkan kecemasannya.

"Tidak apa, Mrs. Saya yakin, ini akan segera teratasi," sahut Mr. Ronald melihat banyak orang serta petugas yang mencoba membuka pintu lift dan lainnya.

Author POV. end

1 jam berlalu ...

Teman Greff sibuk mendobrak paksa pintu lift dan memikirkan bagaimana caranya ia agar bisa membuka atap lift. Aku tahu aku tidak membantu, tapi aku ingin sekali mengatakan ini: hei itu sia-sia. Kalau lift ini berhenti di tembok, sampai tulangmu patah kau tidak akan bisa membuka pintu lift itu.

Ia berhenti, membuatku sempat berpikir ia membaca pikiranku. Sejenak, ia menghela nafas karena lelah. Cukup sulit baginya karena tidak ada yang bisa ia naiki untuk menggapai atap lift yang bisa dibuka itu. Greff dan aku sudah terduduk lemas di sudut lift karena oksigennya mulai berkurang.

"Tch! Greff! Aku tidak bisa ...," pasrah teman Greff lalu mencoba menekan tombol begambar lonceng di sebelah pintu lift, namun hasilnya nihil. Sudah belasan kali kami menekan tombol itu. Bahkan, saking tidak mempannya, aku, Greff dan temannya bergilir memencet tombol itu.

Greff yang keringatnya sudah bercucuran di wajah dan  tangannya, menghela nafas pelan lalu melirikku yang berada di sudut lift yang berseberangan dengannya. Kenapa ia melirikku? Aku masih tersinggung soal yang tadi.

Ia agak terbelalak lalu berusaha mendekatiku. Apa? Kenapa kau melihatiku seperti itu hah?

"Devira! Kau tidak pingsan, 'kan?!" Hah? Tentu saja tidak, bodoh, batinku. Dia seharusnya lihat sendiri kalau aku masih membuka mataku dan membalas lirikannya kini. Menyebalkan.

Karena mendengar Greff seperti berusaha menyadarkan orang yang pingsan, teman Greff menoleh dan hampir sama terkejutnya dengan Greff. Aku jadi merasa serba salah di sini. Satu, aku dianggap pingsan dan lemah namun kenyataannya tidak terlalu. Dua, meski kenyataannya begitu, aku tak bisa membantu apapun.

"Devira!" panggil Greff sambil mengguncang tubuhku. Aku hanya terdiam lemas karena menghemat tenagaku agar tidak habis.

Aku baik-baik saja! Aku hanya diam agar aku tidak kehabisan nafas dan tenaga! Astaga, batinku menggerutu. Aku menenangkan Greff yang sudah panik duluan.

Tetapi, aku malah baru sadar melihat Greff yang wajahnya pucat. Sebegitu besarkah dia mengkhawatirkanku? Ah tidak. Memang suhu di lift ini sudah naik. Sadarkan dirimu Devira ... sadarlah.

"Hei Greff! Kau urus saja Devira! Aku akan berusaha mencari jalan keluar untuk kita semua," kata teman Greff yang diangguki Greff. Mengurusiku? Aku baik-baik saja! Kenapa semua orang mengkhawatirkanku dan membuatku terlihat yang paling lemah di sini?

Greff kembali menoleh ke arahku yang kini membetulkan posisi dudukku. "Greff, kau puc--"

"Biarkan saja! Kau yang seharusnya mengkhawatirkan dirimu sendiri!" kata Greff agak membentak. Tersentak? Jelas saja. Siapa yang tidak terkejut jika dibentak seperti itu? Namun, aku melihat sorot kekhawatiran di matanya yang ditujukan kepadaku.

Am I Alone?? (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang