The Prince Of School(2)

995 31 3
                                    

Aku masih kepikiran Greff. Ini sudah seminggu sejak aku bertemu dengan Kevin, 'pangeran' di sekolah ini. Dan sejak saat itu, Greff jadi tidak terlalu akrab denganku dan agak jarang bertemu denganku.

Kecemasan menghantuiku dan malah tidak fokus ke pelajaran. Yap, ujian tengah semester telah berakhir dan ini adalah hari belajar-mengajar biasa. Saat ini, adalah mata pelajaran kimia, pelajaran terakhir sebelum kelas berakhir.

Author POV.

Pada saat yang bersamaan, empat orang di bangku paling belakang mengamati Devira diam-diam. Mereka tetap memperhatikan pelajaran, namun, sekali-kali melirik ke Devira.

"Benarkah dia target kita?" tanya seorang perempuan pada lelaki di sebelahnya.

"Psstt! Jangan kencang-kencang! Mana kutahu? Tanya saja sebelahku ini!" bisik lelaki itu.

"Benar, kok." kata teman lelaki mereka membuat mereka berdua menatap tak percaya dirinya. "Kenapa? Nggak percaya? Lo berdua kurang update berita, sih. Ya, 'kan, Vin? tanya orang yang sama tadi dengan nada meremehkan.

Yang ditanya hanya terkekeh sambil memberi isyarat tatapan pada teman laki-laki dan teman perempuan di bangku sebelah kirinya itu. "Yes. Devira Alvrist, dialah target kita," kata lelaki yang ditanya tadi sambil tersenyum tipis. Dua anak di sebelahnya melongo sejenak, lalu saling mengisyaratkan untuk diam. Terkecuali dengan dua lelaki yang sudah tahu duluan itu.

***

Devira POV.

Aku penasaran, apakah kali ini aku pulang dengan Greff? batinku sambil berjalan menuju mobil yang kuyakini adalah mobil yang berisi guru pendampingku dan Greff. Mengingat Greff akhir-akhir ini tidak menemaniku, jadinya, membuatku resah juga. Dia sering sekali menempeliku. Aku jadi tidak terbiasa kalau sudah begini.

Kubuka pintu mobil, dan kulihat hanya ada Mr. Ronald yang duduk di kursi pengemudi. "Ah, Mr? Greff kemana?" tanyaku agak ragu kepada Mr. Ronald. Aku memutuskan untuk duduk dulu sebelum mendengarkan jawabannya.

"Dia sedang sakit. Jadi untuk beberapa hari kedepan dia akan izin," jawab Mr. Ronald sambil menjalankan mobilnya. Aku terdiam sejenak lalu mengangguk. Pantas saja dia akhir-akhir ini kurang ceria.

Aku mulai lapar karena sedari tadi mobil kami terjebak macet. Aku melirik jam tanganku dan ini sudah jam enam malam. Kelas tambahan di sekolahku tadi sangat mendadak. Biasanya diberitahu oleh guru sehari sebelumnya. Karena itu aku pulang selarut ini dari biasanya. Ditambah kemacetan kota ini, membuat waktuku terulur drastis.

"Devira, ini sudah malam. Kamu sudah makan? Kalau belum, kita makan di restoran dekat sini saja. Kebetulan saya juga harus menyampaikan beberapa hal kepadamu," kata Mr. Ronald kepadaku.

Entah kenapa, mendengar kata-kata 'ada beberapa hal yang harus disampaikan' malah mengingatkanku pada kejadian beberapa hari yang lalu; tentang keterlambatanku ke sekolah. 

"Oh ... oke, Mr. Ronald," jawabku agak menunduk.

"Jangan khawatir. Ini adalah hal yang tidak ada hubungannya sama absensi sekolah dan sebagainya, jadi, kita bicarakan ini santai saja nanti," kata Mr. Ronald membuatku tersentak. Oh, jadi Mr. Ronald sadar akan apa yang kukhawatirkan .... Rasanya ia seperti bisa membaca pikiranku saja.

Di Restoran,

Aku hanya terdiam kaku sambil memakan makananku yang dibayar oleh Mr. Ronald. Hening. Aku jadi merasa canggung, padahal melihat raut wajah Mr. Ronald, ia sepertinya tidak bohong soal apa yang dia janjikan tadi di mobil--dia akan membicarakan beberapa hal dengan santai. Meski begitu, sepertinya satu-satunya orang yang tidak santai di sini adalah aku.

Mr. Ronald berdehem kecil tanda ia akan memulai obrolan. Aku mendongak pelan mendengarnya berdehem.

"Jadi, Devira, sesuai janji, saya akan membicarakan beberapa hal denganmu. Kamu boleh sambil minum atau makan, asal mendengarkan," kata Mr. Ronald sambil menegakkan duduknya. Aku hanya mengangguk. "Saya mendengar kamu mulai berinteraksi dengan dua siswa di kelasmu, benarkah?" tanya Mr. Ronald memastikan. Aku mengerutkan dahi bingung. Dia tahu dari mana? Apa sekolahku punya mata-mata?

"Benar. Tapi memangnya kenapa, Mr?" tanyaku tak mengerti. "Dua siswa itu satunya laki-laki dan satunya lagi perempuan, 'kan?" tanyanya lagi memastikan. Aku mengangguk. Mr. Ronald menegakkan duduknya, kemudian berkata, "Sebenarnya, mereka berdua adalah dua dari empat siswa terpopuler di sekolahmu, Devira." Wah? Benarkah? Jadi aku selama ini dekat dengan idola sekolah.

"Bagus, 'kan, kalau begitu, Mr?" tanyaku polos. Memang aku tidak mengerti maksudnya.

"Yah ... tapi sayangnya orang tua mereka berempat adalah musuh bisnis keluargamu."

Aku menahan nafasku sejenak mendengarnya. "Pardon, what?" ucapku tak percaya sambil agak membulatkan mataku.

Halo semua! Masih aktif bacanya, 'kan, ya? Iya dong ya /ceritanya maksa

Yang di atas sebelum kalian mulai membaca itu ada Mrs. Haley😎Cast-nya model, nggak apa-apa, 'kan, ya? Cantik kok ^^

Guru pendamping paling muda ini jangan diremehkan lewat tampangnya yang masih muda itu. Sifatnya agak killer🔪 tapi sebenarnya penyayang dan perhatian pada murid-muridnya💖

Oke segitu aja dulu ya? Kalo mau liat wajah-wajah yang lainnya, vote dan baca terus AIA??

Sekalian follow author juga~ Author kesepian T_T

Sampai jumpa semuanya👋

- Sweet regards, author yellowatermelon

Am I Alone?? (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang