4444?

1.2K 43 0
                                    

Baca part ini sambil dengarkan musiknya, ya! Biar dapet feel-nya ^^

Ah, hari ini adalah hari kedua ujian tengah semester. Sepulang sekolah rasanya membosankan jika aku langsung pulang ke apartemen. Tapi, sebenarnya ada yang ingin kuambil dulu di apartemen, yaitu gitarku. Aku memang membawa gitarku ke Indonesia. Yah, siapa tahu, aku sedang bosan dan bisa memainkan alat musik yang kusukai itu. 

Setelah mengambil gitarku, aku buru-buru ke suatu tempat yang mungkin bisa mendamaikan pikiranku. Aku sedang berada di hutan kota sekarang, sambil bermain gitar. Hmm, kurasa perbuatanku kali ini kurang baik--aku belum mengatakan kepada siapapun kalau aku pergi sendirian, termasuk Greff dan para guru pendampingku. Tapi biarkan saja lah. Toh, mereka juga pasti sedang sibuk sekarang.

Aku memandang hutan kota ini yang diterangi cahaya jingga matahari tenggelam sambil mencoba lagu Say You Won't Let Go yang dinyanyikan oleh James Arthur dalam permainan gitarku. Sesekali aku bersenandung pelan sambil mengikuti petikan-petikan gitar yang kulakukan. Damai sekali. Aku sangat menikmati permainan gitarku sembari melihat keindahan pemandangan matahari tenggelam.

Siapa 4444? Nama yang janggal sekali, batinku di sela-sela permainan gitarku. Jujur saja, aku tak habis pikir memikirkan siapa pengirim titipan misterius itu. Tanpa kusadari aku malah merinding sendiri. Harusnya orang baik. Tapi kalau sampai bukan, lihat saja nanti, gumamku dalam hati. Aku menghentikan permainan gitarku, untuk memikirkan apa yang baru saja kukatakan. Well, sebenarnya entah orang baik atau bukan, tidak ada masalah.

Ini sudah jam tujuh malam. Hutan kota menjadi indah karena gemerlap lampu-lampu yang ditata rapi agar tidak gelap. Aku memutuskan untuk kembali ke apartemen karena firasatku mengatakan kalau aku 'melarikan diri'. Bukannya 'refreshing'. Dan kalau benar begitu, pasti ada orang yang akan mencari pelaku pelarian diri.

Saat aku berjalan di trotoar, mataku menangkap seorang lelaki di trotoar seberang sedang menahan anjingnya yang ingin pergi. Oh, dia sendirian? Apa mungkin ia sedang mengajak anjingnya berkeliling?

 Oh, dia sendirian? Apa mungkin ia sedang mengajak anjingnya berkeliling?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tunggu dulu, Ruckey. Dia pasti akan datang sebentar lagi," kata lelaki itu pada anjingnya yang kudengar tadi, ia memanggilnya Ruckey. Nama yang unik.

Dia pasti sedang menunggu seseorang ..., batinku tanpa sadar aku menoleh ke arahnya. Ia menyadari aku melihatnya. Aku segera memalingkan pandanganku dan bergegas ke apartemen. Wah, aku hampir saja terlihat seperti orang yang menganggapnya aneh karena berdiri sendirian di sana. Karena aku menganggapnya menunggu seseorang--sudahlah. Aku lebih khawatir jika aku yang sendirian di sini.

Author POV.

Lelaki itu terkekeh pelan sambil mengangkat ponselnya. "Aku melihatnya. Dia baru saja dari hutan kota," katanya pada seseorang yang ditelponnya. 

"Lo nggak ngikutin dia 'kan?" 

Pertanyaan lawan bicaranya membuat sang penelpon tersenyum kesal. "Memangnya kau menganggapku penguntit, begitu?! Aku kebetulan sedang menunggu kakakku ke minimarket dekat hutan kota tadi. Tapi aku kini berada di trotoar dekat rumah. Sekalian saja kubawa Ruckey agar tidak bosan," kata lelaki itu dengan nada cool.

"Eh! Jangan asal sambar hape gue begitu! Kembal--" "Halo, siapa, Ruckey?" tanya lawan bicara yang berbeda. "Anjingku," jawab penelpon. "Hei, jangan sampai mengikutinya, oke? Ah, dia memang berlebihan. Mungkin ia punya pengalaman mengikuti orang, ya?" canda lawan bicara yang berbeda. "Baiklah, aku akan tutup telponnya. Terus amati saja dia, jangan ikuti dia." Lelaki itu menyengir. "Pasti. Karena aku bukan stalker," sahutnya lalu mengakhiri panggilan dan mendapati kakaknya sudah selesai berbelanja. Mereka pulang ke rumah bersama anjingnya, Ruckey.

Devira Alvrist, kau target kami

Author POV. end

Aku sedang belajar untuk bahan yang diujikan esok harinya. Tidak ada tanda-tanda tiga orang itu mengkhawatirkanku karena sudah pergi ke hutan kota. Maksudku, bahkan Greff yang pintunya di seberang kamarku tidak curiga. Apa dia tidak ada di kamarnya? Terserah. Banyak sekali yang kupikirkan akhir-akhir ini. Fokus, Devira! Kau harus dapat nilai tertinggi sebagai balas dendam-mu ke Greff!

Merasa lelah, aku membaringkan tubuhku sejenak di tempat tidur, lalu mengecek pesan-pesan dari teman Australia-ku. Isinya banyak yang menanyakan 'bagaimana rasanya pisah dengan kawan?', 'apa di sana banyak polusi?', 'semoga kau nyaman setahun di Indonesia, ya', 'jangan sampai terkena flu peralihan musim'. Oke, yang terakhir cukup membuatku tertawa geli.

Tiba-tiba, nama yang tertera di kertas kemarin terputar di memoriku begitu saja. Aku berdecak pelan sambil bangun dan duduk di tempat tidur. "Kenapa aku jadi kepikiran mereka ya? Ah! Aduh, waktu belajarku ...," gumamku mengingat ini sudah jam sembilan. Materi yang kupelajari berbahasa Inggris, jadi aku tak bingung bagaimana aku akan memahaminya. Bayangkan saja, memahami materi yang bahasa asal kita saja sudah sulit, apalagi memahami materi dengan penulisan bahasa asing? Untung saja aku tidak belajar tulisan kanji saat ini, meski di Australia orang tuaku sering memberikanku les privat bahasa Mandarin. 

Sekitar setengah sepuluh malam, aku selesai belajar. Ini adalah pertama kalinya aku tidur jam setengah sepuluh, di hari sekolah. Banyak orang yang bilang waktu tidur akan menentukan kualitas belajarmu di sekolah. Aku segera membereskan buku-bukuku, dan bersiap tidur.

Ah, aku sempat kepikiran 4444. Kenapa memikirkan mereka rasanya terdengar konyol, ya? Bukan karena cinta pandangan pertama, tapi aku malah dipusingkan dengan ekspektasi sosok di balik nama 4444. 

Tapi aku benar-benar harus tau siapa mereka! Kalau begini terus, bagaimana rasa penasaranku akan hilang, batinku sebelum memejamkan kedua mataku. Aku harus fokus terhadap apa yang akan kuhadapi esok.


Akhirnya bisa diperbaiki dengan tambahan background music, ya! Semoga kalian menikmati part ini tadi.

Kalau ada kesamaan nama, cerita, tempat atau settingnya, itu hanya ketidak sengajaan. Dan, kalau ada yang kenal setting latar seperti tempatnya nggak cocok atau something like that, anggap saja memang dibuat begini karena genre-nya saja sudah FIKSI-remaja.

Kuharap nggak ada yang berpikiran kalo ceritaku ini COPAS/PLAGIAT. Well, if you're thinking like that, let's just say; "everyone has a same story but they didn't notice it"

Terima kasih dan terus baca dan vote 'AIA??'😉

- Best regards, Author💖

Am I Alone?? (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang