"Non, kenapa nangis Non..??" tanya Bi Sani panik setelah membukakan pintu untukku, melihat penampilanku yg sudah lecek ini
Namun aku tidak sanggup untuk menceritakan semuanya sekarang kepada Bibi, aku lebih memilih untuk segera masuk kekamar dan menangis sejadinya.
"Mama jahaaattt!! Mama dengan mudahnya melupakan Papa.. Jahat!!" gumamku mengerutkan rongga gigiku. Tanganku mengepal dan meronta tidak terima dengan semua ini
"Non, ada yg bisa Bibi bantu? Non Gavin tidak apa-apa kan??" tanya Bibi sedikit berteriak dari luar pintu kamarku
"Bibi istirahatlah dulu, aku sedang tidak ingin diganggu.." jawabku dengan nada suara serak
"Baiklah kalau begitu Non, kalau butuh apa-apa jangan sungkan untuk panggil Bibi ya.. " terang Bi Sani yg terdengar panik dengan keadaanku saat ini. Bi Sani sangat perhatian dan selalu mengerti aku, karena dia sudah tahu bagaimana karakterku sejak aku masih kecil. Dia dengan sabar mengurusku kala Papa dan Mama bekerja. Waktuku lebih banyak kuhabiskan bersama Bibi ketimbang dengan orang tuaku. Tapi hanya Papa yg selalu bisa menyempatkan sedikit waktunya untukku meskipun dia harus menunda segudang pekerjaannya dikantor. Aku tahu Mama memang sayang padaku, dia bekerja juga buat aku, tapi entah kenapa dia sama sekali tidak memperlihatkan bahwa dia itu seorang Ibu yg wajib menjaga dan mengasuh anaknya. Dia lebih memilih berkarier ketimbang harus mengurusku dirumah. Tapi aku selalu bersabar bahwa semua itu demi melengkapi semua kebutuhanku. Namun aku rasa dengan jerih payah Papa dalam bekerja pun sudah lebih dari cukup untuk melengkapi semua kebutuhanku dan yg lainnya, jadi Mama tidak perlu repot-repot ikutan bekerja.
Huuhhh.. Aku sangat tidak habis pikir dengan sikap Mama yg seperti itu. Bahkan Papa saja tidak sanggup untuk menolak keinginan Mama yg berambisi dengan dunianya itu..®®®
"Gavin!! Gavin!! Buka pintunya!!" teriak Mama sambil mengetuk-ngetuk pintu kamarku.
Aku menengok jam weker diatas meja kamarku dengan mata yg masih sembab karena semalaman aku menangis sejadinya, masih pukul 06.00 pagi, tumben Mama sudah bangun jam segini? Apa yg ingin dia bicarakan lafi padaku? Apa dia mau minta maaf atas kejadian semalem padaku? Ataukah dia bakal memarahiku karena aku pergi begitu saja semalam??
"Gavin!! Bangun!!" teriak Mama lagi
Dengan gontai aku berjalan menuju pintu, melihat Mama sudah berpakaian rapi dan terlihat cantik. Apa dia mau ketemuan lagi dengan pria bule itu di pagi buta ini??
"Gavin, Mama mau ngomong sama kamu.." kata Mama tegas dan langsung nyelonong masuk kekamarku
"Mama mau ngomong atau marahin aku??" tanyaku menyindir Mama
Mama berdiri menatapku sambil melipat tangannya didada "Nah tuh kamu tahu kalau Mama marah dengan sikapmu semalam.."
"Ma, justru aku dong yg harusnya marah sama Mama. Mama ajakin aku dinner tapi malah udah janjian duluan sama pria bule itu.." terangku kesal
"Gavin jangan panggil dia seperti itu!" bentak Mama marah padaku
"Trus aku harus panggil dia apa? Om? Bapak? Atau apa Ma?"
"Sebentar lagi dia akan jadi bagian dari keluarga kita"
Aku shok mendengar ucapan Mama barusan "Maksud Mama??"
"Mama akan menikah dengan George secepatnya.." Jawab Mama tegas
"Apa?? Mama sudah gila rupanya.." aku seolah tidak percaya dengan ucapan Mama barusan
"Mama masih waras Gav, George akan segera menjadi Papa tiri kamu. Dan Jordhan akan menjadi kakak tiri kamu.." terang Mama lagi
"Ma!! Mama sadar gak sih dengan apa yg Mama katakan? Mama itu menghianati Papa.."
YOU ARE READING
My Brother Is My Boyfriendᴅ ( COMPLETED!! )
RomanceNamaku Gavin Andhara Pratama (Gavin dibaca Jevin) Hidupku berubah 360° setelah Papaku meninggal.. Pada akhirnya Mamaku memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang Pengusaha kaya bernama George Forheid Namun Papa tiriku adalah lelaki yg baik, dia m...