#3

247 5 0
                                    


Author Pove

Sudah dua hari ini Gavin mengurung diri terus dikamar, dua hari pula dia tidak masuk sekolah karena masih merasakan kesedihan yg amat mendalam, sehingga membuat Bi Sani dan Pak Irwan merasa cemas dan khawatir dengan kondisi Gavin saat ini. Belum siap menerima kenyataan bahwa Mamanya akan menikah lagi dengan pria bule itu.

TingTung.. TingTung..
Bunyi bel rumah dipintu depan, Bi Sani berlari dari dapur menuju depan. Dan ternyata tamunya adalah ketiga sahabat Gavin yg datang

"Haloo Bibi.." sapa mereka bertiga kompak dengan melempar senyum

"Eh kalian, baru pulang sekolah ya?" tanya Bi Sani

"Iya Bi, Gavin ada? Soalnya udah dua hari ini dia gak masuk sekolah.." kata Andrew

"Iya bener Bi, aku hubungi juga gak direspon.. Ada apa sih Bi?" sahut Gledys

"Ayo masuk dulu," Bi Sani menyuruh mereka masuk dan duduk diruang tamu yg cukup luas ini

"Emang Gavin lagi sakit ya Bi?" tanya Imel

"Enggak Non, Non Gavin lagi ada masalah saja"

"Masalah apa Bi?" sahut Gledys

"Maaf Non, saya tidak berani bilang.. Biar Non Gavin sendiri saja yg cerita.." terang Bi Sani

"Iya udah gak papa Bi, kita boleh ketemu Gavin kan??" tanya Gledy lagi

"Boleh Non, tapi pintu kamarnya dikunci.. Coba aja diketuk, siapa tahu Non Gavin mau bukain pintunya.."

"Baiklah kalau begitu Bi, kita permisi masuk dulu ya.." Sahut Andrew

"Silahkan, saya buatin minum dulu kalau begitu.."

"Trimakasih Bi.."

Bi Sani kemudian berlalu menuju dapur untuk membuatkan minuman, sedangkan Gledys, Imel dan Andrew masuk menuju kamar Gavin yg berada dilantai atas.

Tok.. Tok.. Tok..

Andrew mengetuk pintu kamar Gavin "Gav, ini gue Andrew.. Gue jengukin kamu sama Imel dan Gledys nih" kata Andrew sedikit berteriak

"Iya Gav, bukain dong pintunya!!" sahut Imel
Tidak lama kemudian Gavib membukakan pintu untuk mereka bertiga. Gavin terlihat compang camping, penampilannya awut-awutan tidak jelas. Air mukanya terlihat lesu dan tidak bertenaga

"Gavin, kamu sakit apa?" tanya Andrew terkejut melihat penampilan Gavin

Gavin pun tidak langsung menjawab pertanyaan Andrew, dia malah balik ketempat tidur lagi. Membanting tubuhnya disana dan menghempaskan nafas panjang. Imel, Gledys dan Andrew sangat khawatir dengan kondisi Gavin saat ini

"Gav, loe kenapa sih? Gue telponin, gue Whatsapp gak loe respon sama sekali.. Kalau ada masalah cerita sama kita.." terang Andrew

"Iya Gav, kita sahabat baik loe.. " sahut Gledys membelai rambut kusut Gavin

"Gav, kalau loe butuh bantuan, gue sama anak-anak siap kok ngebantu.. Jangan loe pendam sendiri, itu semua bakal membuat sakit diri loe sendiri.." terang Gledys

Gavin bangkit dari rebahannya dan duduk disamping Imeo dan Gledys. Dia langsung menangis tersedu-sedu, Gledys dan Imel memeluknya. "Mama gue mau nikah lagi guys.. Gue.. Gue gak habis pikir kenapa dia secepat itu ngelupain Almarhum Papa.."

"Kamu sabar ya Gav, ini adalah cobaan loe.. Dan loe harus hadapi setiap cobaan yg menerpa loe kapanpun.." terang Andrew

"Gav, loe gak perlu sesedih ini, mungkin Mama bosan dengan kesendiriannya. Jadi dia butuh seorang pria yg bisa menemaninya saat dia sedang suntuk.." tambah Imel bersikap dewasa

"Tapi kenapa harus secepat ini?"

"Hmm Gav, hati dan perasaan orang kan tidak ada yg tahu.. Begitu halnya dengan cinta, dia datang dan pergi sesuka hati tanpa mengerti situasi hati kita.. Dan aku rasa itulah yg sekarang dirasakan Mama kamu..
Aku yakin, Mama kamu sebenarnya sangat sayang sama kamu, namun cara dia menunjukkan rasa sayangnya ke kamu itulah yg salah.. Jadi kamu harus bisa mengerti dia" terang Andrew membuat Imel dan Gledys jadi terharu mendengarnya. Baru kali ini Andrew terlihat bijak dan dewasa seperti ini.

"Oh My God Ndrew.. Gue sangat terharu dengan nasihat loe barusan" sahut Gledys

"Bener banget, gue gak nyangka loe sebijak ini? Loe gak lagi kesambet jin botol kan??" celetuk Imel parah

"Rese loe Mel, loe kira gua apaan?!" protes Andrew

"Thanks ya guys, kalian sahabat yg baik memang.." Gavin memeluk ketiga sahabatnya itu dengan senyuman mengembang dibibirnya

"Yg namanya sahabat itu harus ada disetiap suka maupun duka Gav, jangan ada pas waktu seneng doang.." jawab Andrew antusias

"Thanks ya.."

"Permisi, ini minuman sama cemilannya Non.." kata Bibi yg datang membawa baki berisi orange juice dan cemilan ditoples

"Wiihhh.. Makasih banyak ya Bi, jadi ngerepotin" jawab Gledys

"Tidak ngerepotin Non, justru Bibi yg harusnya terima kasih pada Non dan Aden.."

"Kenapa gitu Bi?" tanya Andrew

"Bibi berterima kasih karena kedatangan kalian, Non Gavin jadi bisa tersenyum kembali.. Bibi jadi tenang sekarang.." terang Bibi lega

"Bibi, aku jadi makin sayang sama Bi Sani.. Maaf ya udah bikin Bibi khawatir sama aku" kata Gavin memeluk Bibi

"Tidak apa-apa Non, Bibi cuma gak mau Non itu sedih terus. Bibi sayang sama Non Gavin.." Bi Sani menangis dipelukan Gavin

"Bibi jangan nangis dong!!" Gavin melepaskan pelukkannya dan menghapus air mata Bi Sani "Gavin kan udah gak nangis lagi"

"Iya Bi, Bibi jangan sedih ya.." sahut Andrew

"Iya, Bibi tidak nangis lagi. Diminum jusnya, Bibi balik kedapur dulu ya.."

"Bibi perhatian banget sama loe Gav, gue jadi pengen punya pembantu kayak Bi Sani.." kata Gledys

"Jelas aja Bi Sani khawatir kalau Gavin kenapa-napa, secara si Gavin dari bayi udah dirawat sama Bi Sani. Jadi udah kayak anak sama Ibuknya lah.." sahut Imel

"Iya bener tuh kata Imel.." sahut Andrew ganti

"Udah, mending minum tuh Orange juice nya

                             ®®®

"Guys, jadi menurut kalian gue harus relain nyokap gue nikah lagi gitu?" tanya Gavin pada ketiga sahabatnya itu saat mereka sedang berada dikantin sekolah menikmati makan siang bersama

Andrew manggut-manggut tanda mengiyakan "That's right Gav, nyokap loe butuh pasangan hidup yg bisa menjaga dia kapanpun.." jawab Andrew

Gavin terdiam, berpikir sambil menundukkan kepala seraya mengheningkan cipta. Dia seolah tidak yakin dengan pendapat Andrew kali ini, dia masih belum siap kalau harus ada orang lain yg menggantikan posisi Almarhum PApanya.

"Gav, nyokap loe tuh masih muda, dia juga butuh kasih sayang dari seorang lelaki yg menyayanginya. Bukan hanya remaja seusia kita yg membutuhkan semua itu.." tambah Gledys membuat Gavin semakin dilema

"Entahlah.. Gue masih ragu.." jawab Gavin akhirnya "Gue butuh waktu untuk nerima semua kondisi ini, gue masih belum siap punya papa baru dikehidupan gue saat ini.. " terang Gavin lesu, kemudian dia beranjak dari tempat duduknya, semua sahabatnya memperhatikannya

"Loe mau kemana Gav?" tanya Imel

"Gue mau pulang.." Jawab Gavin kemudian meninggalkan sahabat-sahabatnya yg cemas melihat Gavin yg dilema

"Ini belum jam pulang Gav..!!!" teriak Imel cemas

"Sudah.. Biarkan dia pergi Mel!!" kata Andrew, Imel kemudian duduk kembali dikursinya

"Iyaa, mungkin saat ini Gavin masih dilema, dia belum siap dengan situasi seperti ini. Biarkan dia sendiri dulu sampai dia menemukan jawaban yg pasti.." sahut Gledys

My Brother Is My Boyfriendᴅ ( COMPLETED!! )Where stories live. Discover now