Chapter 19 : The Truth

33 8 9
                                    

Calvin menoleh ke belakang, melihat Alec berdiri mematung di ambang pintu dengan tatapan tak percaya. Dan yang berlari tadi pastilah Mary. Kenapa menjadi seperti ini?

"Mary!!"

Kemudian Calvin berlari mengejar Mary.

"MARRRYYY!!!"

Mary terus berlari. Calvin berlari sekencang-kencangnya, dan menarik lengan Mary.

"Mary dengarkan penjelasanku dulu."

Mary berusaha melepaskan genggaman erat Calvin dari lengannya.

"Kamu tega Calvin! Kamu tahu yang kucintai adalah kamu! Kamu tahu aku tidak pernah mencintai Alec!! Tapi semudah itu kamu meninggalkan aku!!! Calvin, kamu keterlaluan!!! AKU BENCI!!! AKU BENCI KAMU CALVIINNN!!"

Mary terus berusaha melepaskan genggaman Calvin. Melihat Mary yang kalut, Calvin tidak tahu harus melakukan apa. Reflek, Calvin mencium Mary yang terus memukul tangan Calvin agar terlepas darinya. Mary memejamkan matanya, menikmati saat-saat itu. Calvin melepas ciumannya perlahan.

"Mary... aku berjanji aku tidak akan melepasmu lagi... aku berjanji kita akan terus bersama... apapun yang terjadi. Maafkanlah aku."

Mary menatapnya nanar. Mary memeluknya erat. Mary mengangguk dalam pelukan Calvin. Calvin melepas pelukan Mary dan menatapnya dalam.

"Mary... will you marry me?"

Mary terkejut mendengarnya. Ia tak percaya dengan apa yang di dengarnya. Mary sangat bahagia, serasa melayang di udara. Mary menganggukan kepalanya. Calvin tersenyum dan memeluk Mary erat.

"Kita akan selalu bersama selamanya. I Love You..."

...

Sylvia melihat Alec berdiri disana. Kemudian Alec melangkahkan kakinya, masuk ke dalam rumah.

"A-alec... a-aku..." Sylvia tidak bisa berkata-kata.

"Aku sudah bilang, aku sudah menyerah... Aku tidak ingin mengusik hubungan mereka lagi. Tapi kenapa Sylvia? Kamu hancurkan hubungan mereka."

"A-alec... bukan begitu maksudku... aku bisa jelaskan..."

"Aku sudah tidak berniat lagi untuk mendapatkannya... asalkan aku dapat terus berada di sampingnya itu sudah cukup. Tapi kenapa Syl? Kenapa kamu memilih menghancurkan hubungan mereka?"

Alec menatap Sylvia dengan tatapan tak percaya.

"Aku tahu kamu pasti tidak setuju. Tapi Alec, yang kulihat cintamu lebih besar ketimbang Calvin... jadi-"

"Tapi mereka saling jatuh cinta! Berbeda posisinya denganku! Aku memang mencintainya, tapi apa dia mencintaiku? Tidak! Ia hanya menganggapku sahabatnya! Itu sebabnya aku sadar, bahwa posisiku dan Calvin berbeda jauh."

Alec kembali meneteskan air matanya. Sylvia tak tahu harus berbuat apa.

"Sekarang hubungan mereka hancur, apa yang harus kulakukan untuk mereka agar memaafkan aku?! Coba beritahu aku Sylvia! Apa yang harus kulakukan?!!" teriak Alec dengan putus asa.

"Alec... maaf... maafkan aku..."

Air mata mulai menetes dari sudut mata Sylvia.

"Ini semua salahku!! Semua ini salahku!! Kalau saja aku tidak pernah mencintainya!! KALAU SAJA AKU TIDAK PERNAH MENCINTAINYA!!" Alec berteriak dengan keputus asaan yang menyelimuti dirinya.

Darah segar mulai keluar dari hidung Alec. Sylvia yang melihat berusaha memberitahu Alec, tapi Alec tengah kalut. Alec memegangi kepalanya. Sakit yang tak tertahankan membuatnya semakin kalut. Alec memejamkan matanya dan jatuh pingsan.

Happiness For 10,000 Years [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang