Chapter 11 : Courage

41 9 4
                                    

"Maaf Mary, aku tidak bisa... maaf."

"... Orang yang kucintai... bukan... bukanlah dirimu. Maaf Mary."

...

Mary teringat ucapan Calvin dua hari yang lalu. Malam itu Mary mengajak Calvin bertemu secara mendadak. Mary memutuskan mengutarakan perasaannya pada Calvin. Namun apa jawaban Calvin? Calvin malah memberikan jawaban yang mengiris hati Mary.

"Maaf Mary, aku tidak bisa... maaf."

"Ta-tapi kenapa?"

"... Orang yang kucintai... bukan... bukanlah dirimu. Maaf Mary."

Itu sudah cukup membuat Mary mengerti maksud dari kata-kata Calvin.

...

Kenapa cinta begitu menyiksa? Kenapa cinta itu seperti penyakit yang akan merenggut nyawa penderitanya? Dan Mary terkena penyakit itu. Ia patah semangat, dan enggan menjalani aktifitasnya. Tiba-tiba Mary teringat perlakuannya pada Alec tadi siang, membuatnya menyesal telah mengatakan yang seharusnya tidak ia katakan. Bagaimana perasaan Alec sekarang? Mary sadar ia telah melukai perasaan Alec. Ia tidak bermaksud bertindak seperti tadi, tapi saat itu suasana hatinya sedang dalam keadaan yang terburuk. Ia ingin sekali memohon permohonan maaf pada Alec yang selama ini sangat-sangat baik padanya, namun saat ini Mary sedang tidak ingin bertemu siapapun. Walau begitu, Mary sangat berharap Alec memaafkannya.

...

Semua orang mengawali harinya dengan penuh semangat, sangat berbanding terbalik dengan Alec yang merasa dunianya telah runtuh. Alec menyandarkan kepalanya di atas meja dengan tangan sebagai alasnya bersandar. Kata-kata tajam Mary masih terus terngiang di pikirannya. Benarkah keputusan Mary untuk tidak lagi bertemu? Memikirkan hal ini, membuat kepala Alec sakit.

"Hei! Kau tidak tidur ya semalam?" tanya Calvin pada Alec yang terlihat lemas.

Alec terkejut dan langsung terkesiap. Alec menatap Calvin sejenak, dan kembali bersandar pada meja dan menggelengkan kepalanya dengan lemah. Calvin sendiri tampak lebih lemas dari biasanya. Walau berbeda dengan Alec yang tidak tidur sama sekali sampai kantong matanya menghitam.

"Jujur saja padaku, ada masalah ya?" tanya Calvin pada Alec.

Alec mengangguk pelan tanpa berkata.

"Berarti kita sama, aku pun sedang ada masalah."

"Masalah apa?" tanya Alec yang masih bersandar pada meja.

Calvin menceritakan kejadian dua hari yang lalu, dimana seorang gadis menyatakan cintanya pada Calvin. Calvin adalah seorang playboy yang tidak mengerti arti cinta. Tapi gadis ini mengubah pandangannya. Hanya saja, selama ini Calvin belum pernah serius terhadap seorang perempuan. Ia takut, pada akhirnya ia sadar bahwa perasaannya pada gadis ini hanyalah main-main dan itu hanya akan membuat gadis itu terluka. Entah mengapa gadis itu sangat spesial dimata Calvin, maka dari itu, Calvin tidak ingin melukai hatinya lebih dalam, jadi ditolaknya cinta gadis itu.

"Alec, menurutmu aku harus bagaimana?" tanya Calvin dengan mimik kusut.

Alec bangun dari mejanya. Ia menoleh ke arah Calvin yang tampak cemberut. Alec menggaruk kepalanya. Ia sendiri bermasalah dengan cinta, dan kini sahabatnya menanyakannya seperihal cinta? Alec menggelengkan kepalanya. Ternyata sahabatnya yang satu ini juga bisa merasakan patah hati setelah mematahkan hati para gadis. Alec tersenyum pahit. Dalam hidup ini, masalah cintalah yang paling membuatnya putus asa.

"Lalu? Kau yakin tidak akan menyesalinya?" tanya Alec

"Entah..." jawab Calvin, singkat.

"Lucu sekali, kau berusaha menjauh dari seorang gadis, sedangkan aku yang berusaha mendekati seorang gadis, dia malah berusaha menjauh dariku." gumam Alec.

Happiness For 10,000 Years [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang