Chapter 25 : Waiting For Tomorrow..

24 8 7
                                    

Alec berdiri di tengah taman indah penuh bunga putih di sampingnya dengan mengenakan baju serba putih. Alec merasa bahagia, tidak sedikitpun ia merasakan sakit di tubuhnya. Seakan penyakitnya lenyap. Walau Alec merasa suasana di taman ini sangat sepi dan dingin. Angin dingin menerpa wajah Alec. Hawa dingin yang dihembuskan angin seakan menembus kulitnya. Alec berlari dan melompat bahagia karenanya. Ia sangat menyukai taman ini. Di ujung sana, ia melihat sebuah rumah. Dihampirinya rumah itu. Rumah megah dan mewah bagai istana itu terbuka untuknya. Ia berniat memasuki rumah itu. Lalu Sylvia keluar dari sana mengenakan gaun putih selutut.

...

Di ruang operasi, dokter dan perawat panik. Operasi telah selesai, akan tetapi...

"Tolong berikan saya alat kejut jantung suster!"

"Baik, dokter!"

"Cepat!"

...

Alec berlari menghampiri Sylvia. Tapi Sylvia merentangkan tangannya, melarang Alec mendekatinya. Mengapa?

Langkah Alec terhenti.

"Alec... ini bukan tempatmu, tempatmu adalah bersama orang-orang yang kamu cintai, tempat yang hangat, bukan di tempat yang dingin seperti ini."

"Tapi Syl... rumah ini terbuka untukku... berarti, rumah ini adalah tempatku berlindung nantinya."

"Alec, rumah ini memang mewah, megah dan indah. Akan tetapi, begitu kamu memasuki rumah ini, kamu akan kehilangan orang yang kamu cintai. Di dalam rumah ini penuh kehampaan. Jangan masuk ke dalamnya."

Alec melangkah mundur. Ia tidak mau kehilangan orang-orang yang dicintainya. Ia berlari dan berlari. Ia melihat lingkaran cahaya putih di ujung taman ini. Ia berlari kesana. Namun seberapa cepat ia berlari, ia tidak pernah sampai ke cahaya itu. Jaraknya tetap sejauh itu.

"Alec... temukan kemauanmu untuk bertemu orang yang kamu harapkan..." suara Sylvia mengiringi Alec yang berlari secepat angin.

Alec mencoba menemukan kemauan yang dimaksud Sylvia. Seketika, nama dan wajah Mary terlintas dibenaknya.

"Mary... aku ingin bertemu denganmu... kumohon... biarkan aku bertemu dengannya!!" teriak Alec yang masih terus berlari menuju cahaya terang.

Setelah Alec mengucapkannya, cahaya silau itu dengan cepat menghampiri Alec, dan menerpanya.

...

"Berhasil! Pasien membuka matanya! Operasi berhasil."

Alec membuka matanya dan melihat dokter dan perawat di sekelilingnya. Lalu matanya kembali terpejam.

...

Perlahan tapi pasti, mata Alec terbuka. Pengelihatan lamur berubah menjadi jelas. Ia melihat ibu, adiknya, Mary dan Calvin di sampingnya.

"Alec..." panggil ibunya lembut.

"Kak!!" adiknya langsung memeluknya.

"Alec, kamu sudah lebih baik?" tanya Mary.

Calvin memperhatikan Alec dengan prihatin.

"Aku baik-baik saja." jawab Alec lemah sambil memeluk adiknya.

Alec bingung, biasanya Sylvia selalu ada disisinya disaat seperti ini. Tapi kini, ketika semuanya berkumpul, Sylvia menghilang.

"Ma, Sylvia tidak datang?" tanya Alec pelan.

Ibunya mulai menangis. Diikuti oleh Mary dan Jesslyn. Calvin terlihat menahan tangisnya.

"Ada apa? Ma, tolong beritahu, ada apa ini? Sylvia kenapa tidak datang? Apa terjadi sesuatu padanya?" tanya Alec yang sedikit panik.

Happiness For 10,000 Years [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang