Chapter 7 : Fall In Love?

51 11 22
                                    

"Hei, Cal!" sapa Mary pada Calvin yang baru saja akan duduk.

"Sudah lama menunggu?" tanya Calvin.

Mary menggelengkan kepalanya. Mary memandang Calvin penuh arti.

"Sudah pesan makanan belum?" tanya Calvin lagi.

"Belum, ini baru pesan segelas Lemon Tea." jawab Mary.

"Kalau begitu ku pesankan saja." Calvin menawarkan.

"Boleh juga."

Mary dan Calvin bertemu di sebuah acara ulang tahun salah satu teman Mary tahun lalu. Pertama kali Mary melihat Calvin sebagai seorang pria tampan yang sangat karismatik dan bijaksana. Namun semakin mengenalnya, Mary akhirnya tahu bahwa Calvin bukan seorang pria yang dewasa. Ia sangat jahil dan sering gegabah menjalani sesuatu. Sifatnya bisa dibilang lekat akan istilah bad boy. Akan tetapi itu bukanlah alasan bagi Mary agar menjauhinya. Malah, Mary semakin tertarik untuk mengenalnya lebih jauh. Calvin mengubah pandangannya terhadap 'Love At First Sight' yang dulu tidak dipercayainya. Setiap kali Calvin mengajaknya makan bersama, ia selalu berharap Calvin menyatakan cintanya. Namun tampaknya Mary harus terus bersabar sebab Calvin tidak kunjung menyatakan persaannya. Bahkan menyinggung tentang perasaannya terhadap Mary pun tidak.

"Bagaimana setelah selesai makan nanti kita pergi ke suatu tempat?"

Mary berniat mengutarakan perasaannya. Bila terus menunggu, entah kapan Calvin akan mengungkap perasaannya pada Mary. Jadi ia mengajak Calvin ke sebuah padang rumput yang luas nan indah.

"Boleh saja, kemana memangnya?"

"Ke suatu tempat... nanti kamu akan mengetahuinya."

Calvin kemudian melanjutkan makan dengan cepat. Dan Mary tersenyum.

...

Matahari sudah hampir tenggelam seutuhnya. Menunjukan hari sudah sore menjelang malam. Alec yang masih sibuk memilih baju yang akan ia kenakan nanti malam. Ia semakin kebingungan akan memilih yang satu mana karena hari sudah semakin gelap.

"Kemarin malam ia sudah meneleponku... kami akan makan malam di restoran favoritnya jam tujuh malam. Berarti dia serius ingin makan malam bersamaku." Alec berbicara sendiri.

Alec menoleh kearah jam di dinding kamarnya. Sudah pukul enam sore. Ia semakin panik. Tinggal satu jam lagi, sebelum acara makan malamnya. Akhirnya pilihannya jatuh pada kemeja putih, celana berbahan kain berwarna hitam dan sepatu kets putih. Alec segera bersiap.

"Alec, kamu lihat tidak buku resep yang baru mama beli kemarin? Mama tidak bisa menemukannya!"

Setelah bersiap ia segera keluar kamar dan membantu ibunya mencari buku.

"Wah! Kakak tampan sekali! Mau kencan ya?" celoteh adiknya.

Alec menoleh ke arah adiknya yang sedang menggodanya. Dan kembali mencari buku.

"Kencan? Apanya? Kakak hanya mau makan malam bersama teman kok." tutur Alec.

"Teman... atau..." goda adiknya lagi.

"Atau apa?!" todong Alec dan berbalik menghadap adiknya.

"Kekasih kakak?" sergap adiknya.

"Kekasih apa? Cuma teman kok!" Alec berusaha berdalih.

"Memangnya kamu sudah punya kekasih Alec?" tanya ibunya.

"Kekasih apa sih... bukan kok ma, cuma teman. Ini Jesslyn bicaranya melantur." ucap Alec dan berbalik melihat ibunya.

"Melantur apanya? Benar kok! Kak Mary kan yang kakak maksud? Hehe..." Adiknya terkekeh.

"Jangan bicara yang tidak-tidak! Kakak dengan kak Mary baru sebatas sahabat!" Alec yang sedang sibuk mencari bukunya mulai geram.

Happiness For 10,000 Years [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang