Matcha 2

25.1K 1.6K 30
                                    

| 25 March 2019 |
...

Letta merengut menatap selembar kertas F4 di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Letta merengut menatap selembar kertas F4 di hadapannya. Kertas putih yang semula putih bersih kini penuh dengan coretan yang dibuat Letta. Dari bentuk sandi rumput, sandi morse, sandi kotak sampai Sandi Sandoro Letta tuangkan pada kertas F4 itu. Dia bosan karena pekerjaannya sudah selesai padahal jam pulang kantor masih 2 jam lagi.

Sejak tadi pagi Letta hanya fokus pada pekerjaannya. Ruangannya sepi karena anak-anak divisi keuangan lagi sibuk-sibuknya. Yang ada hanya suara keyboard yang diketik cepat dan beberapa kali gerutuan kesal. Suana yang selalu dirasakan Letta selama kurang lebih 2 tahun ini setiap akhir bulan tiba.

Letta mendengus. Biasanya di saat seperti ini Alina pasti sudah mampir di mejanya sambil ngobrol ngalor ngidul. Mas Deas juga sering ikut ngobrol mereka bertiga jika ditambah Briana yang super rame. Briana adalah salah satu teman seperjuangan Letta saat melamar pekerjaan di perusahaan ini. Briana tipe gadis yang rame, ceria dan merupakan penggosip ulung.

Tapi hari ini Letta benar-benar merasa sepi. Alina tadi hanya mampir sebentar sekedar menyapa Letta karena sedang sibuk. Mas Deas dengan penampilan kusutnya meminta Letta membuatkan kopi lalu kembali lagi ke kubikelnya. Briana sudah hari kedua tidak hadir karena sedang jatuh sakit. Sakitnya cuma pilek tapi males berangkat kantor katanya.

Dan juga Alres yang biasanya selalu buat Letta kesal tidak datang ke kantor hari ini. Alres bilang keluarga besarnya akan mengadakan arisan dan dia disuruh bantu bantu sama mamanya. Kerena itulah Alres sempat meminta ijin Letta bahwa dia tidak dapat masuk hari ini dan membuat Letta berpikir bahwa sebenarnya dialah bosnya dan Alres hanya bawahannya.

Letta ingin menampik kalau tidak hadirnya Alres merupakan penyebab Letta merasa sepi hari ini tapi memang seperti itulah nyatanya. Setidaknya kalau ada Alres Letta jadi punya teman buat berdebat. Alres juga sering mengajaknya keluar bertemu klien jadi dia jenuh harus berada di kantor seharian penuh. Letta senang melihat Alres kesal saat mencium aroma matcha latte yang sering Letta buat. Alrescho Abiseka memang tidak menyukai aroma matcha yang katanya bikin pusing.

Dering telepon genggam milik Letta yang diletakan di atas meja hanya membuat Letta meliriknya sekilas. Letta menduga itu merupakan telepon dari Baska jadi dia memilih mengabaikan. Dia masih kesal dengan Baska karena kejadian semalam. Di saat telepon milik Letta berdering untuk kedua kalinya, dia menghela napas. Sepertinya itu bukan Baska karena Baska tipe laki-laki yang kalau sekali telepon nggak diangkat maka akan menelepon kembali beberapa jam kemudian.

Nama Alres yang terpampang pada layar ponselnya membuat Letta meringis. Dia dengan cepat menggeser tombol hijau sebelum Alres semakin hilang kesabarannya. Bisa habis kena semprot nanti Letta.

"Ya, Hallo Pak?"

"Kamu sibuk?"

"Hah? Enggak kok, Pak."

Matcha On The TableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang