Malam itu, Letta sedang menyisir rambutnya di depan cermin pada setelah selesai mandi, saat pinti kamar yang dia gunakan diketuk dari luar. Mengernyit heran, Letta berjalan menuju pintu dengan hati-hati karena phinisi yang dia tumpangi mengalami guncangan akibat ombak. Saat pintu terbuka, sosok Alres yang tersenyum hadir dengan celana pendek dan kaos hitam yang membungkus tubuh tegapnya.
"Hello!"
"Kamu ngapain kesini?"
Pria itu tersenyum lebar kemudian tanpa ragu-ragu menjawab, "i just want to see you."
Letta berdecak kemudian membuka pintu lebih lebar mempersilakan Alres masuk. Dia hanya menggeleng melihat Alres yang langsung melempar tubuh ke tempat tidurnya. Pria itu berguling-guling sebentar lalu menatap Letta melalui pantulan cermin.
"Aku tidur di sini ya?"
"No!" Letta yang sedang menggunakan skincare spontan menjawab. Apa-apaan pria itu! Kasur empuknya hanya boleh dinikmati oleh dirinya seorang. Mumpung dapat fasilitas liburan secara gratis.
"Please?"
"No, Alres!"
Tidak ada jawaban. Letta melirik pria itu sekilas. Alres sedang duduk di pinggir kasur sambil mengamati Letta yang masih sibuk merawat wajah.
Memilih cuek, Letta melanjutkan ritual malamnya. Dia dengan lembut menepuk-nepuk wajah agar —katanya— skincare yang dia pakai cepat meresap. Asik menepuk wajah, Letta dikejutkan dengan Alres yang tiba-tiba melingkarkan tangan di bahunya. Dia mendongak untuk menatap Alres dari cermin. Walaupun mereka sudah biasa melakukan skinship, tapi Letta masih suka kaget dengan sikap clingy Alres.
"Kenapa?" Tanyanya.
Pria itu tersenyum, lalu mengecup puncak kepala Letta. "Pretty."
"Gombal terus deh bapak Alres!" Sanggah Letta walaupun sebenarnya dia tersipu.
"No, i'm not! Really! i'm one hundred percent serious that you're so pretty."
"iyaa, aku tau, Kamu udah bilang itu sejuta kali."
Letta dapat melihat Alres tersenyum di belakangnya, membuat perasaan juga Letta ikut menghangat. Senyum Alres yang dulu pasti susah payah lelaki itu ciptakan karena traumanya. Dia berdiri kemudian berbalik menghadap Alres yang menatapnya bingung. Dikecupnya pipi pria itu, kemudian dia peluk tubuh tegap Alres yang balas mendekap Letta walaupun penuh tanda tanya.
"What's wrong?"
Dalam dekapan Alres, Letta tersenyum dan menggeleng. Dia menjauhkan wajahnya agar dapat menatap Alres dan kemudian berujar, "this is warm. i like it."
Kening Alres berkerut, tapi kemudian dia tersenyum yang lebih mirip seringai, "i can make you warmer anyway."
Letta tertegun. Dia tatap mata Alres yang menatapnya lekat. Entah bagaimana tiba tiba suasana di sekelilingnya berubah. Letta tidak tahu. Tapi, dia merasa mendadak tubuhnya gugup dan menghangat. Jadi saat wajah Alres mendekat, Letta justru tanpa sadar berbisik.
"How?"
Saat itulah, dia merasakan bibir Alres menyentuh bibirnya. Letta tahu apa yang dia lakukan saat ini mungkin karena suasana sunyi di atas kapal, atau mungkin karena suara ombak di luar yang membuat tubuhnya dingin sehingga dia semakin merapatkan diri pada tubuh Alres. Mungkin karena itu juga Letta tanpa diminta membuka bibirnya, menyambut Alres.
Pria itu menarik bibir bawahnya pelan sebelum menjauhkan wajah mereka. Alres tersenyum, dia mengusap pipi Letta penuh kasih sayang sebelum kemudian membubuhi wajah Letta dengan kecupan-kecupan kecil yang membuat Letta tertawa geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matcha On The Table
Chick-Lit"Oh! Jadi bapak yang suka naruh matcha di meja saya?!" "Ngawur! Jangan sembarangan kamu kalo ngomong! Mau saya pecat?!" "Lha, itu buktinya!" "Kamu pikir cuma kamu yang suka sama matcha di sini?!" "Emang bapak suka juga?" "Enggak!"